Tujuh Hari Masa Pentahbisan

Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan selama tujuh hari, sampai kepada genapnya perayaan pentahbisan, karena perayaan pentahbisan akan berlangsung tujuh hari lamanya. Seperti yang diperbuat pada hari ini, demikian juga diperintahkan TUHAN kamu perbuat kelak untuk mengadakan pendamaian bagimu. Di depan pintu Kemah Pertemuan haruslah kamu tinggal siang malam tujuh hari lamanya, dan kamu harus lakukan kewajibanmu terhadap TUHAN dengan setia, supaya janganlah kamu mati, karena demikianlah diperintahkan kepadaku.” Maka Harun dan anak-anaknya melakukan segala firman yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa. – Imamat 8:33-36

Perikop terakhir tentang pentahbisan Harun dan anak-anaknya yang harus dilakukan Musa atas perintah Tuhan Allah menyatakan bahwa upacara pentahbisan ini berlangsung selama tujuh hari. Ayat 35 menegaskan bahwa seluruh prosesi persembahan korban penghapus dosa – pertobatan berkelanjutan, korban bakaran – pembaruan penyerahan hidup, korban unjukan / sajian – penghayatan syukur seluruh hidup dan karya sebagai persembahan untuk Tuhan, dan persekutuan makan bersama – hidup dalam relasi akrab dengan Tuhan dalam lingkup komunitas yang riil, harus dilakukan selama tujuh hari. Mengapa tujuh hari? Apa maksud Tuhan? Apa dampak yang Ia inginkan agar terbentuk dalam para imam dengan menjalani upacara itu selama tujuh hari penuh?

Bilangan tujuh dalam Alkitab mewakili kesempurnaan. Sesudah enam hari Allah mencipta pada hari ketujuh – sesudah semuanya jadi sesuai dengan kehendak kreatif-Nya dan dikomentari-Nya sendiri “sungguh sangat baik adanya,” pada hari ketujuh Allah mengadakan perhentian. Maka memerintahkan prosesi pentahbisan dilaksanakan selama tujuh hari berarti Allah ingin agar secara sempurna, penuh, utuh para imam itu menghayati arti mereka diampuni, dikhususkan, dipersekutukan, dipanggil dengan disertai kehormatan, tanggungjawab dan urapan untuk menjadi para pelayan-Nya.

Hal ini lebih jauh dinyatakan di ayat 34 dan 35. Ayat 34 menyatakan bahwa perintah itu terhubung dengan “pendamaian” atau “penebusan” mereka. Dengan kata lain mereka diminta untuk sungguh menghayati secara mendalam arti korban-korban pendamaian itu untuk diri mereka sendiri lebih dulu sebelum mereka layak untuk melayankan yang sama kepada orang lain. Ayat 35 memberikan ancaman menakutkan yaitu bila mereka gagal melaksanakan aturan yang Tuhan berikan itu, mereka akan dihukum mati. Bagian ini diterjemahkan dalam kebanyakan versi Alkitab Inggris atau Indonesia sebagai “memelihara perintah / tugas / kewajiban” yang Tuhan perintahkan. Alkitab Terjemahan Lama menyatakan sebagai “melakukan pengawalan Tuhan.” Kata yang digunakan mengandung lingkup arti tumpang tindih antara memelihara, menjalankan, menjaga dan pemeliharaan, pengawalan yang terkandung dalam perintah itu. Saya pikir maksud dari perintah untuk memelihara atau menjalankan semua upacara korban-korban dalam pentahbisan imam adalah supaya para imam itu sungguh memelihara arti yang sangat dalam dan agung dari karunia Allah memberikan jalan pemeliharaan-Nya terhadap dosam melalui korban pengampunan dosa, pemurnian dan pemulihan persekutuan dengan-Nya. Dengan kata lain, tujuan dari tujuh hari memelihara pelaksanaan rangkaian berbagai korban tersebut adalah supaya para imam sungguh terpelihara di dalam jalan penyelamatan dari Tuhan dengan menghayati secara mendalam, menjunjung tinggi dan menghormati bagaimana Tuhan Allah telah memungkinkan umat-Nya beroleh jalan pengampunan dan pendamaian melalui cara korban-korban dalam layanan keimamatan itu. Itu sebab melalaikan perintah ini berarti mengabaikan atau meremehkan jalan pemeliharaan keselamatan dari Tuhan berakibat kematian.

Memang supaya informasi dari pikiran melekat ke dalam hati bertunas menjadi prinsip lalu berkembang dalam komitmen yang kemudian berbuahkan perilaku baru, dibutuhkan banyak latihan rohani. Inilah yang kita sebut pemuridan yaitu proses penciptaan baru oleh Tuhan Allah di dalam kita melalui berbagai alat anugerah, tindakan, ritus supaya target akhir Allah menjadikan kita anggota keluarga-Nya boleh mewujud makin nyata. Tidak cukup sekali dua kali doa-baca Alkitab, dengar khotbah, ikut ibadah, memuji Allah dengan sepenuh hati, terlibat dalam berbagai aksi pelayanan gerejawi dan misional. Dibutuhkan kesediaan melakukan karunia dari Tuhan dalam berbagai bentuk ritual, tradisi, aksi, dlsb. dengan penyegaran dari Roh secara intens berkelanjutan supaya akhirnya kita boleh sungguh menghidup-nyatakan keselamatan kita dan pengabdian kita dengan sepenuh hidup sepadan dengan kuat-kuasa anugerah Allah di dalam kita.

DOA: Ya Tuhan Yesus yang lebih dulu menjalani ketaatan, penaklukan diri, pelayanan yang berkenan kepada Bapa, tolong oleh Roh-Mu kami dengan niat mengerjakan keselamatan kami dengan takut dan gentar, dan melakukan segala sesuatu sebagai pelayanan kasih kami kepada-Mu. Amin.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply