Ketiga, Persembahan Pentahbisan dan Unjukan

Kemudian disuruhnya membawa domba jantan yang lain, yakni domba persembahan pentahbisan, lalu Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. Domba jantan itu disembelih, lalu Musa mengambil sedikit dari darahnya dan membubuhnya pada cuping telinga kanan Harun, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanannya. Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu membubuh sedikit dari darah itu pada cuping telinga kanan mereka, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanan mereka, lalu Musa menyiramkan darah selebihnya pada mezbah sekelilingnya. Diambilnyalah lemaknya, ekornya yang berlemak, segala lemaknya yang melekat pada isi perut, umbai hatinya, kedua buah pinggang serta lemaknya dan paha kanannya. Dan dari dalam bakul berisi roti yang tidak beragi, yang ada di hadapan TUHAN, diambilnyalah satu roti bundar yang tidak beragi, satu roti bundar yang diolah dengan minyak dan satu roti tipis, lalu diletakkannya di atas segala lemak dan di atas paha kanan itu, dan ditaruhnya seluruhnya di telapak tangan Harun dan di telapak tangan anak-anaknya, dan dipersembahkannya semuanya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN. Kemudian Musa mengambil semuanya dari telapak tangan mereka, lalu dibakarnya di atas mezbah, yaitu di atas korban bakaran. Itulah persembahan pentahbisan untuk menjadi bau yang menyenangkan; itulah suatu korban api-apian bagi TUHAN. Musa mengambil dada domba itu, dan mempersembahkannya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN. Itulah yang didapat Musa sebagai bagiannya dari domba jantan persembahan pentahbisan itu, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Dan lagi Musa mengambil sedikit dari minyak urapan dan dari darah yang di atas mezbah itu, lalu dipercikkannya kepada Harun, ke pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan ke pakaian anak-anaknya. Dengan demikian ditahbiskannyalah Harun, pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya. Berkatalah Musa kepada Harun dan kepada anak-anaknya: “Masaklah daging itu di depan pintu Kemah Pertemuan; di sanalah harus kamu memakannya dengan roti yang ada di dalam bakul untuk persembahan pentahbisan, seperti yang telah kuperintahkan dengan berkata: Harun dan anak-anaknya haruslah memakannya. Dan apa yang tinggal dari daging dan roti itu haruslah kamu bakar habis dengan api. – Imamat 8:22-30

Rangkaian sesudah korban bakaran memeragakan beberapa aspek indah dan penting baik tentang apa yang diinginkan Tuhan dan para imam pelayan-Nya maupun apa yang ingin Tuhan karuniakan kepada para pelayan-Nya tersebut. Rangkaian korban persembahan pentahbisan, pembubuhan darah di beberapa bagian tubuh para imam yang menjadi perlambangan prinsip tertentu tentang pengkhususan hidup, pemberian korban unjukan, sajian, dan akhirnya persekutuan makan, memperlihatkan semua isi hati Tuhan untuk pengkhususan / pengudusan dan pemeliharaan para hamba-Nya.

Korban pentahbisan itu sama seperti korban bakaran yaitu domba jantan. Juga imam harus menumpangkan tangannya atas domba jantan itu lambang dari pertukaran posisi. Sesudah disembelih, darah korban pentahbisan itu dibubuhkan di telinga kanan, ibu jari kanan, dan ibu jari kaki kanan Harun oleh Musa, yang sesudah itu diteruskan sama oleh Harun kepada anak-anaknya para imam. Lalu selebihnya dari darah korban pentahbisan itu dicurahkan ke sekeliling mezbah, Kemudian bagian-bagian yang mahal dari korban itu – lemak, ekor, paha, ginjal, hati – diserahkan Harun kepada anak-anaknya, lalu roti sajian diletakkan di atas potongan korban itu, dan semua itu dijadikan persembahan unjukan untuk dibakar habis di hadapan Tuhan, dan itu menyenangkan hati Allah. Lalu pakaian para imam dipercik dengan darah, bagian dada diunjukkan di hadapan Tuhan. Terakhir daging korban dan roti sajian dimasak dan dimakan bersama oleh para imam.

Simbolisme penting dari upacara korban pentahbisan ini adalah: 1) darah dibubuhkan di bagian-bagian tubuh yang mewakili seluruh tubuh para imam. Telinga dalam Alkitab penting, bicara tentang dengar-dengaran perkataan / firman Tuhan. Tindakan pertama Allah kepada manusia yang jatuh adalah memanggil dan bertanya. Sepanjang sejarah keselamatan “Allah berulang kali bicara – memanggil, menegur, mengajar, mengarahkan… dan akhirnya / puncaknya Ia bicara di dalam Yesus Kristus. Maka hal dengar-dengaran di pihak umat apalagi hamba-Nya menjadi yang esensial dan vital, Dengan dengar-dengaran firman, hati, pikiran, hasrat, imajinasi dibentuk oleh firman sampai perkataan yang diucapkan sanggup memberi penguatan kepada orang lain (Yesaya 50:4). Tangan – perbuatan, kaki – tindakan, pada gilir berikutnya ikut dikuduskan oleh darah. Dengan proses pengudusan itu akhirnya mata akan layak untuk melihat Tuhan Allah dalam kekudusan-kemuliaan-Nya (Matius 5:8). Pengunjukan dada korban di hadapan Tuhan adalah simbol dari komitmen untuk sepenuhnya hidup bagi Tuhan, yang kemudian diikuti dengan penggabungan persembahan sajian yaitu ungkapan syukur yang adalah puncak dari penghapusan dosa, dan bagian integral dari pengkhususan hidup untuk keimamatan.

Bagaimana beberapa prinsip dari ritual keimamatan ini – 1) mandi – pembasuhan hidup, 2) pengenaan pakaian dan atribut – kesadaran akan panggilan dan tanggungjawab pelayanan, 3) pengurapan – penyertaan Roh dengan hadirat, kuat dan kuasa ilahi, 4) korban penghapus dosa – pertobatan berkelanjutan, 5) korban bakaran – pembaruan penyerahan hidup, 6) korban unjukan / sajian – penghayatan syukur seluruh hidup dan karya sebagai persembahan untuk Tuhan, dan 7) persekutuan makan bersama – hidup dalam relasi akrab dengan Tuhan dalam lingkup komunitas yang riil – boleh diterapkan kepada semua kita Kristen yang adalah imamat rajani Perjanjian Baru dan juga para pelayan Tuhan penuh waktu gerejawi dan rekan-gerejawi?

DOA: Doa sesuai respons terhadap tujuh poin simpulan di atas.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply