Tinggal — Hakikat Pemuridan

“Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” — Yohanes 1:38
Pertanyaan Yesus bukan saja membimbing dua calon murid itu untuk introspeksi jujur tentang alasan dan tujuan mengikut Yesus. Lebih dari itu pertanyaan tersebut membangkitkan jawaban yang mengandung arti dan hakikat pemuridan. Kata tersebut menjadi kunci untuk kita menghidupi pemuridan dengan benar, sebagaimana sang rabbi sendiri mencontohkan
bagi para murid-Nya dan itu menjadi prinsip dan model untuk pemuridan semua murid Yesus Kristus sepanjang zaman.
Kata “tinggal” (akar kata Yunaninya :menoo) mengandung artian yang bisa berkaitan dengan tempat, waktu dan keadaan atau status. Sebagai rujukan pada tempat, tinggal berarti menetap, diam, tidak pergi.
Sebagai rujukan kepada waktu, tinggal berarti ada yang berkelanjutan, tidak binasa, menetap, berlangsung terus. Dan sebagai rujukan kepada keadaan atau status, tinggal berarti tetap sebagaimana adanya.
(Definisi Thayer). Simpulan menurut Strong, menoo / tinggal adalah, menetap di suatu tempat, keadaan, relasi atau pengharapan, diam, diam berkelanjutan, bertahan, hadir, tetap, lanjut, berlangsung terus,
Perhatikan bagaimana Yohanes murid menampung ketiga artian tersebut untuk mengenal siapa Yesus dari bagaimana ia melakukan permainan kata berikut ini:
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
(1:1-2) — bersama-sama di sini adalah kata lain untuk tinggal, bukan?
Baik dalam artian tempat, waktu maupun status!
Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. (1:9-10) — Yesus tidak tinggal dalam tempat, waktu dan status asal-Nya melainkan masuk ke lingkup baru yaitu dunia manusia untuk tinggal menjadi terang di sini.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (1:14) – kata diam ini dapat juga diterjemahkan sebagai “berkemah” karena pada intinya inkarnasi Yesus adalah yang menggenapi sempurna kehadiran
Allah di kemah sembahyang Perjanjian Lama. Dan, bukankah kata diam ini, mengandung persamaan arti dengan kata “tinggal”? Dengan kata lain, inkarnasi Yesus Kristus adalah pemuridan-Nya demi memungkinkan pemuridan semua para pengikut-Nya sejati. Ini yang kemudian disarikan dalam paparan indah bermelodi oleh Paulus dalam Filipi 2:5-11).
Inilah yang kendati ketika diucapkan pertama oleh Andreas dan Yohanes murid, baru sedikit saja tertampung kekayaan kebenaran tadi, namun saya yakin ketika Yohanes murid menuliskan ini di usia lanjutnya ia memberi isyarat kepada para pembacanya untuk memasukkan pengertian melimpah tersebut ke dalam arti tinggal untuk Yesus.
Sewaktu berjalan ke tempat tinggal Yesus, sepanjang sore dan malam sampai subuh bercengkerama, menikmati kehadiran, keteladanan, kepedulian Yesus, dan persekutuan Yesus dengan Bapa-Nya,, mereka menyadari siapa sang rabbi ini sebenarnya. Mereka mulai melihat cercah indah awal tentang mengapa Yohanes Pembaptis bicara bahwa melepas tali kasut-Nya pun ia tidak layak. Sungguh Ia adalah Anak Domba Allah yang mengangkut dosai isi dunia, benar Ia adalah terang yang mengenyahkan kegelapan, sungguh di dalam-Nya Allah hadir dan aliran anugerah demi anugerah untuk segala tempat, waktu dan keadaan kita tersedia di dalam Dia, benar sekali bahwa Ia yang memungkinkan pemberdayaan menjadi anak-anak Allah dengan memasukkan kita ke dalam Roh dan api pemurnian-Nya. Semua ini adalah akibat Ia tinggal dalam arti tempat,
waktu dan status bersama Bapa dan masuk untuk tinggal dalam arti tempat, waktu dan keadaan di dunia ini. Semua ini adalah pemuridan yang Ia mungkinkan kita jalani dan hidupi. Dimulai dari diri-Nya sendiri menundukkan diri kepada kehendak Bapa. Dan dari sinilah pemuridan kita mengalir (pokok ini kita bahas esok)
Doa: O Tuhan Yesus, tolong kami mensyukuri pemuridan yang Engkau sendiri hidupi dan mungkinkan, agar kami belajar menjadi murid-Mu yang benar. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply