Saling Tinggal — Wujud Nyata Pemuridan

Kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk semua proses dan pribadi yang melaluinya kita dibimbing kepada Kristus, tanpa mengidolakan apalagi mengkultuskan para “plang” penunjuk tersebut.
Kita perlu dari awal dan berkelanjutan memeriksa hati kita dan memastikan bahwa motivasi, alasan, maksud dan tujuan kita mengikut Kristus adalah Kristus sendiri dan bukan lainnya.
Kita melihat isyarat dari Yohanes murid bahwa menjadi murid Yesus itu berarti berjumpa, mengalami, mengenal beragam kasih karunia yang keluar dari Yesus Kristus dan dari karya-karya aaib-Nya untuk dunia ini. Dan ini dimungkinkan dengan Yesus Kristus sendiri menghidupi pemuridan — tunduk kepada kehendak Bapa, tidak mempertahankan tempat-waktu-status-Nya tinggal dalam kemuliaan demi memungkinkan Ia tinggal di antara kita menjadi sesama kita demi untuk mengenyahkan
kegelapan dan memotori beragam aspek regenerasi di dalam para pengikut-Nya.
Lalu pertanyaan menentukannya adalah, bagaimana wujud konkrit dari pemuridan kita di dalam kehidupan kita ini?
Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. —
Yohanes 1:10-13
Para murid Kristus bukan seperti dunia ini yang tidak mengenal / mengakui / menyambut Dia, bukan juga seperti orang Yahudi zaman Yesus yang tidak menerima Dia meski Ia sudah datang, hidup, melayani, mengasihi, menyatakan beragam karunia baik ilahi dari Allah di tengah-tengah mereka. Memang Ia adalah terang yang tidak bisa dikalahkan oleh kegelapan kecuali gelap lenyap di hadapan pancaran terang-Nya, namun untuk terang itu menjadi bagian nyata kehidupan para
murid harus ada tindakan membuka diri kepada terang. “Semua orang yang menerima-Nya” diberinya kuasa untuk hidup dalam terang, untuk menjadi murid yaitu Kristen sejai, yaitulah yang oleh Yohanes murid di sini disimpulkan indah dan dahsyat sebagai “kuasa dan hak menjadi anak-anak Allah.”
Jadi dalam perspektif Yohanes murid, hal menerima Yesus ini adalah kunci dari pemuridan. Apa maksud menerima ini? Ia sudah datang, Ia tinggal di antara kita menghadirkan beragam aspek karunia yang memungkinkan hal menjadi anak Allah itu beroperasi di dalam kita, dan kini giliran tanggungjawab kita adalah menerima Dia supaya Ia tinggal di dalam kita. Hakikat pemuridan adalah Ia bukan sekadar perantau di antara kita, Ia bukan sekadar tamu tak diundang di kehidupan kita,
melainkan Ia kita sambut menjadi tuan rumah kehidupan kita, tinggal di dalam kita untuk menerangi, mengampuni, memperbarui, memberdaya sedemikian rupa sampai kita menjadi seindah-semulia-selimpah Dia, kita para murid sejati-Nya menjadi kristus-kristus kecil.
Itulah sebagian dari hakikat pemuridan. Sebagian? Ya, karena bagian lainnya yang membentuk pemuridan sejati adalah berikut ini:
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”… “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. — Yohanes 14:21, 23
Kasih adalah hakikat dari semua relasi yang sejati, juga hakikat dari pemuridan. Kasih mendapatkan ungkapan nyata praktisnya di dalam kita memegang firman-firman Tuhan — memegang sampai melakukan pada dasarnya adalah membuat sang murid dan firman sang Rabbi saling masuk dan saling tinggal, firman Guru tinggal di dalam murid, murid tinggal
di dalam firman sang Guru yang pada hakikatnya berarti murid tinggal di dalam sang Guru. Dan, ini menjadi proses
dahsyat-istimewa-menakjubkan berikutnya yaitu sebagaimana Anak dan Bapa saling tinggal dan diam di dalam satu sama lain, demikian juga “Kami akan datang dan diam bersama-sama dengan dia.” Kata diam yang dipakai di sini (mone) berasal dari akar kata sama dengan tinggal (menoo).
Perhatikan rujukan satuy ini lagi:
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” — Yohanes 15:4-8
Inilah potret pemuridan yang Yohanes murid dapatkan dari ia menjadi murid Yesus sampai usialnya yang usur di pulau Patmos. Bagaikan ranting pokok anggur, tetap tinggal di dalam Yesus Kristus, berkelanjutan menyambut baik zat-zat kehidupan baru dari Tuhan melalui firman dan Roh maupun pembersihan-pemurnian dari Bapa, sampai terus menerus berbuah makin lama makin menyukakan sang pemilik pohon anggur, berbuah lebat  memberi banyak manfaat penyegaran kepada orang lain. Saling tinggal yang sedemikian hangat dan lekat sampai kehendak Allah dan kehendak kita menyatu dan “Apa pun yang kamu kehendaki dan mintakan dalam nama-Ku, akan kamu terima.”
Doa: O Yesus Kristus, terang kami, hidup kami, kuasa kami, kekudusan kami, kebermaknaan hidup kami, tinggallah di dalam kami dan kerjakanlah semua yang ingin Kau wujudkan sampai kami sungguh dan berkelanjutan tinggal dan semakin tinggal di dalam Engkau, berbagian di dalam kasih dan energi Tritunggal Kudus. Amin.
Renungkan: Bagaimana sejatinya pemuridan itu? Dan bagaimana senyatanya pemuridan di dalam kehidupan ku kini?

Be the first to comment

Leave a Reply