SALIB DAN PEWARTAAN KITA

Sudah menjadi rahasia umum bahwa gereja dan berbagai pelayanannya makin menyesuaikan diri dengan selera zaman dan dunia ini. Kalau gereja mau “maju” – jumlah hadir kebaktian meningkat, aktivitas gerejawi bergairah diminati banyak orang, kolekte melimpah, dst. – kemaslah khotbah, ibadah, kegiatan gereja yang menarik, meriah, nyaman; dan jangan sajikan pewartaan, corak ibadah, aktivitas gereja yang terkesan jauh dari kemeriahan, kenyamanan, kemudahan. Ketimbang menjadi garam dan terang dunia, jangan-jangan gereja kini sedang menampilkan diri sebagai “sirop dan camilan” dunia. Ketimbang memiliki visi dan misi yang maju dalam arak-arakan kemenangan Kristus, jangan-jangan gereja kini sedang jalan di tempat atau ikut-ikutan tarian keduniawian. Sebaliknya dari mewartakan salib Kristus, jangan-jangan yang kita beritakan adalah yang senada dengan keinginan sifat kedagingan dosa manusia…?! Memang tidak semua gereja dapat digeneralisasi seperti di atas. Tetapi tetap saja harus kita akui dan perlu bertobat dari kecenderungan untuk mengadopsi kriteria dan strategi kemajuan dan keberhasilan dari dunia bisnis ke kebenaran dan realitas pekerjaan ilahi.

Mari kita renung lagi bagaimana implikasi Salib Kristus dalam pewartaan dan penatalayanan gerejawi. Untuk itu perikop yang paling sarat membincangkannya adalah 1 Korintus 1:18-2:5. Bagaimana skandal – batu sandungan baik untuk orang agamawi (bersunat dan ber-taurat, orang Yahudi) maupun untuk orang bukan Yahudi justru menjadi hikmat dan kekuatan Allah yang menyelamatkan. Yaitu, hikmat dan kuat-kuasa yang dinyatakan apabila Injil berpusatkan Salib Kristus diberitakan dan dijadikan prinsip pelayanan dengan setia.

Skandalnya Salib Kristus

Mengapa Salib merupakan skandal, batu sandungan? Paulus sendiri dalam kehidupan awalnya sebelum akhirnya menyerahkan diri kepada Kristus, sebagai Yahudi asli, menganggap pewartaan salib itu adalah kelemahan. Lalu sesudah ia menjadi pewarta Salib Kristus, ia peka akan anggapan dunia Romawi-Yunani yang dijumpainya bahwa salib adalah kebodohan. Bagaimana sampai terjadi penilaian kelemahan dan kebodohan itu?

Apabila kita teliti sikap orang Yahudi terhadap Yesus Kristus, nyata bagaimana mereka menuntut Yesus melakukan banyak tanda ajaib. Motif mereka menuntut mukjizat bukan karena ingin menguji untuk percaya akan kemesiasan Yesus, melainkan karena mereka justru skeptis dan ingin memperalat Yesus untuk berbagai kepentingan egois mereka sendiri. Dan dalam konteks sosial politik waktu itu mereka sedang mengharapkan seorang pemimpin yang dapat memberikan kemerdekaan dari penjajahan Romawi. Maka pewartaan tentang Mesias yang tersalib bertolakbelakang dengan pengharapan mesianis mereka dan terhadap penilaian mereka tentang kuasa. Mesias yang disalibkan adalah mesias yang lemah, tak berdaya, dan gagal. Dilihat dari perspektif Taurat – orang yang tergantung di pohon adalah orang yang terkutuk (Ulangan 21:23), dan dilihat dari perspektif politik bahwa salib adalah alat Romawi untuk membungkam orang Yahudi zelotes, maka salib Kristus jelas adalah skandal.

Untuk orang Romawi pun salib adalah skandal. Penyaliban adalah alat ampuh Romawi untuk melibas semua pihak yang menunjukkan gejala dan gerak ingin berontak terhadap mereka. Penyaliban adalah cara penghukuman mati paling keji, menyakitkan, memalukan, dan yang bisa berlangsung berlama-lama sampai menjadi tontonan peringatan keras untuk membungkan lawan politik mereka. Untuk orang Romawi kematian yang terpuji adalah para laskar yang mati secara heroik, bukan dengan cara disiksa keji disalib. Maka jelas salib untuk orang Romawi pun tergolong batu sandungan dan bukan kabar baik.

Untuk orang Yunani yang sangat mengutamakan hikmat filosofis, mewartakan bahwa Yesus yang tersalib adalah jalan untuk mendapatkan pendamaian dan pengenalan akan Allah, adalah sesuatu yang tidak masuk akal sehat. Makanan sehari-hari para bijak Yunani adalah isu-isu ontologis, epistemologis, logika, metafisika, penataan polis (politik), dlsb. Maka mewartakan bahwa Kristus yang tersalib adalah jalan pendamaian manusia dengan Allah sungguh merupakan kebodohan luar biasa bagi orang Yunani.

Skandal Salib adalah Hikmat dan Kuat Allah

“Untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1:24), tegas Paulus. Bagaimana? Jawab Paulus berpusat pada fakta kekuatan Allah dan kebijaksanaan Allah. “Kebodohan” Allah melebihi hikmat manusia, “kelemahan” Allah melampaui kekuatan manusia (ay. 25). Atau dengan kata lain, yang dianggap lemah (Salib) oleh manusia justru di situlah nyata kekuatan Allah; dan yang dianggap bodoh (Salib) oleh manusia justru itulah manifestasi hikmat Allah yang luar biasa. Sebab apa yang tidak dapat diupayakan oleh kekuatan manusia yaitu keselamatan, justru itu yang dihasilkan oleh Salib Kristus, dan yang tidak dapat dijangkau oleh kecerdasan akal manusia yaitu pengenalan akan Allah, justru itu yang dimungkinkan terjadi oleh Salib Kristus.

Ungkapan Paulus ini bukan sekadar retorika kosong. Letak kekuatan Salib Kristus adalah dalam kekuasaannya mengurus masalah dosa dan putusnya hubungan manusia dengan Allah. Letak kebijaksanaan Salib Kristus adalah dalam pemanifestasian sifat-sifat Allah yang Mahakasih dan Mahakudus yang menjadi pangkal bagi penyelamatan manusia. Bukti bahwa Salib Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah adalah bagaimana ia mengerjakan panggilan Allah yang mengubah kehidupan orang. Dan akibat dari pengerjaan panggilan melalui Salib adalah yang dianggap bodoh oleh dunia dan yang dianggap lemah oleh dunia justru menjadi orang-orang yang diselamatkan oleh Salib Kristus. Jadi ada tiga aspek tentang Salib yang menjungkirbalikkan kriteria Yahudi tentang kekuatan dan kriteria Yunani tentang kebijaksanaan. Pertama, salib menelanjangi kelemahan dan kebodohan yang dianut oleh Yudaisme dan Yunani, sebab usaha terbaik manusia dan hikmat terunggul manusia tidak dapat menghasilkan apa yang dihasilkan oleh salib Kristus. Kedua, salib memiliki kekuatan dan hikmat yang memimpin orang kepada pertobatan, iman dan keselamatan. Hal tersebut tidak dapat dikerjakan atau dicapai baik oleh usaha terbaik manusia maupun oleh hikmat terunggul manusia. Ketiga, salib mempermalukan kriteria tentang kuat dan hikmat dunia ini sebab yang diselamatkan melalui pewartaan salib justru adalah yang lazim dianggap lemah dan bodoh, yaitu kalangan yang dalam ukuran posisi, pendidikan, kekayaan, politik, budaya, dlsb. justru adalah yang tergolong tidak masuk hitungan.

Bagaimana Kuat dan Hikmat Allah itu Dinyatakan?

Dalam 1 Korintus 1:30 Paulus menjabarkan lebih rinci bagaimana Salib menyatakan Kuat dan Hikmat Allah itu. Yaitu karena Salib Kristus membuat Kristus Yesus menjadi hikmat bagi orang percaya, pembenaran kita, pengudusan kita, dan penebusan kita.

Tentang hikmat dan kuat Allah dalam Salib Kristus sudah disinggung di atas. Kini Paulus membentangkan tiga hal besar yang dikerjakan oleh Salib Kristus yaitu pembenaran, pengudusan, dan penebusan. Kuat dan hikmat manusia tidak dapat mengubah fakta perbuatan dosa manusia dan akibat dari melanggar kehendak Allah manusia adalah pihak yang bersalah di hadapan Allah. Salib Kristus memungkinkan salah dan dosa kita tidak lagi diperhitungkan karena atas dasar Salib Kristus kita diperhitungkan benar oleh Allah dan hubungan kita dengan Allah diperbarui. Kuat dan hikmat manusia tidak dapat mengubah fakta keberdosaan manusia – sifat dan kecenderungan dosa yang mencemari semua segi kemanusiaan kita. Tetapi Salib Kristus mengerjakan pengudusan sebab oleh kematian-Nya kita dibeli dan dijadikan milik Allah, diserasikan dengan kehendak Allah, dan terus menerus dimurnikan oleh Roh Kudus-Nya yang mendiami kita (1 Korintus 6:19-20). Kiat dan hikmat manusia jelas tidak dapat memberikan manusia kelepasan dari dosa dan semua libatan akibat dan dampaknya yang membinasakan. Salib Kristus mengerjakan bagi orang percaya kelepasan dari kuat-kuasa dan kedegilan dosa serta semua ikutannya.

Salib mencipta Pemisahan

Di awal paparan Paulus di ayat 18, ia menegaskan hal mengejutkan ini: “pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” Perhatikan di sini Paulus menyatakan bahwa Salib Kristus menghasilkan pemisahan antara orang yang menganggap salib Kristus lemah dan bodoh dari orang yang percaya bahwa salib Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. Pertama, pembagian atau pemisahan yang lazim diterapkan orang dalam hubungan antar manusia oleh Salib Kristus dibatalkan. Sebaliknya Salib Kristus kini memberlakukan pembagian dan pemisahan baru yang sangat radikal dan berdampak bukan saja pada kenyataan temporal tetapi lebih jauh pada kenyataan kekal. Yaitu Salib Kristus menyebabkan komunitas manusia terbagi ke dalam mereka yang sedang mengalami proses kebinasaan dan orang-orang percaya yang menaruh harap dan andal pada Salib Kristus yang sedang mengalami proses penyelamatan. Paulus memakai bentuk waktu masa kini untuk kata kerja binasa dan selamat itu. Jadi di hadapan operasi dan dampak Salib Kristus dunia bukan terbagi antara utara dan selatan, kaya dan miskin, terdidik dan kurang pendidikan, maju dan tertinggal, lelaki dan perempuan, pemodal dan pengutang, dst. Oleh Salib Kristus dunia ini sedang terbagi ke dalam dua realitas manusia – sedang mengalami kebinasaan atau sedang menghidupi keselamatan. Dan sebagai pemisahan ikutan dari dampak tersebut adalah manusia terbagi ke dalam yang memiliki kekuatan supernatural dari memercayai Salib Kristus dan mereka yang mengandalkan sumber kekuatan diri sendiri tetapi sejatinya lemah di hadapan Allah; juga manusia yang menganggap diri berhikmat karena mengandalkan sumber-sumber hikmat manusia yang terbatas dan berdosa, dari orang percaya yang karena memberlakukan prinsip Salib Kristus dalam pertimbangannya memiliki sumber hikmat yang melampaui kebijaksanaan dunia ini.

Salib Inti Pewartaan dan Pelayanan Kita

Oleh karena semua alasan di atas – bahwa Salib Kristus menjungkirbalikkan penilaian tentang kuat dan hikmat, satu-satunya yang sanggup menghasilkan pembenaran, pengudusan, dan penyelamatan, dan sebagai hikmat dan kuat Allah yang menghasilkan kemanusiaan baru dan akibatnya menghasilkan pemisahan radikal-kekal dalam dunia manusia, maka Paulus menegaskan komitmennya dalam menjalankan misi dan pelayanan, berikut: “aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah” (1 Korintus 2:2-5).

Ucapan Paulus ini sungguh mencengangkan kita. Sebab di antara para rasul hanya Paulus yang memiliki latarbelakang pendidikan dan keagamaan paling mumpuni – dibesarkan di Tarsus, tentu dalam kebudayaan helenistis (pendidikan dan kebudayaan Yunani), dan belajar di bawah salah satu rabi berpengaruh yaitu Gamaliel di Yerusalem. Tetapi ketika dalam perjalanan misinya, baik kepada komunitas Yahudi maupun kepada komunitas helenis dan Yunani, Paulus berkomitmen tentang beberapa prinsip berikut dalam pewartaan dan pelayanannya: 1) tidak memberitakan yang lain kecuali Yesus Kristus dan Salib-Nya, 2) sadar akan semua keterbatasan, kelemahan, kekurangan, ketakutan dan kegentarannya tanpa usaha untuk mengatasi itu dengan cara-cara manipulatif, dan 3) pewartaan yang ia sampaikan tidak mengandalkan retorika yang sanggup meyakinkan orang, melainkan dengan manifestasi dan kuasa Roh Kudus.

Maka Salib Kristus juga meletakkan garis pemisah antara pewartaan dan pelayanan yang sungguh mengandalkan kebenaran Salib Kristus dan penyertaan serta manifestasi kuasa Roh dari pewartaan dan pelayanan yang 1) pamer kebolehan diri sendiri, 2) bermotifkan pemuasan, penonjolan, pengayaan, penyanjungan diri sendiri, dan 3) penggunaan berbagai metode, trik dan strategi yang pada dasarnya tidak senafas dengan Salib Kristus dan Manifestasi Kuasa Roh Kudus. Poin 3) ini menegaskan bahwa manifestasi kuat dan kuasa Roh tidak dapat dipisahkan dari pewartaan yang berpusat, berisi dan bersemangat Salib Kristus.

Dengan semua prinsip dan komitmen inilah Tuhan Yesus Kepala Gereja telah berkenan memakai Paulus menjadi rasul-Nya yang membuat Gereja-Nya ditanam-tumbuh-kembangkan ke seluruh dunia beradab pada zaman itu.

REFLEKSI:

1) Apa kesalahan esensial dari mengandalkan trik, metode, strategi yang disesuaikan dengan penilaian kebudayaan kekinian sebagai jalan untuk memajukan penginjilan dan pengembangan gereja kita?

2) Apabila dalam penginjilan kita berjumpa dengan kasus perlunya apologetika, apa hal-hal yang harus dihindari dari cara kita “membela Injil” dan membimbing orang agar menyadari kekurangan / kesalahan keyakinan yang dianutnya? Bagaimana memperbaiki penginjilan supaya apologetika kita tidak mengabaikan prinsip Salib?

3) Dengan keterbukaan pada sorotan firman dan Roh, pikirkan apa saja yang dalam pengelolaan kegiatan, filosofi pelayanan, penataan ibadah, ciri khotbah, dlsb. dalam gereja kita yang tidak serasi / sederap dengan prinsip Paulus diatas?

Be the first to comment

Leave a Reply