Pemuridan

Tanah Lot, Bali

Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Y O H A N E S 5 : 2 4

Di zaman modern, pemuridan sering dihubungkan dengan nama Dawson Trotman, pendiri Para Navigator. Sewaktu masih muda bekerja di bengkel pengolahan kayu, ia mulai menghafalkan Alkitab. Ia berkonsentrasi pada dua puluh ayat, sambil berpikir ia dapat memenangi hadiah di kelompok pemuda gereja. Tetapi hadiahnya bukan seperti yang ia pikirkan. Sebaliknya, satu ayat khusus mengubah perjalanan kehidupannya.

Di dalam otobiografinya Born to Reproduce (Lahir untuk Mereproduksi), ia memaparkan apa yang telah terjadi. Ia sedang berjalan ke tempat kerja di bengkel kayu ketika satu dari dua puluh ayat yang telah ia hafalkan, dengan maksud semata menimbulkan kesan pada gadis cantik berambut pirang di gereja, mulai bergema berulang-ulang di pikirannya. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yohanes 5:24). Kata-kata “mempunyai hidup yang kekal” khususnya menarik perhatiannya. Ia mengeluarkan Alkitab saku Perjanjian Baru dari kantongnya, menemukan ayatnya dan memeriksa bagian seterusnya: “tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maur ke dalam hidup.” Aku ingin itu, demikian reaksinya cepat. Dan ia berdoa kepada Tuhan, doa pertama yang ia ucapkan sebagai orang dewasa, untuk hidup kekal itu. Tuhan menjawab. Trotman muda lahir baru.

Trotman datang kepada Kristus melalui menghafalkan Alkitab. Praktik tersebut menumbuhkan jiwanya, sebagaimana kita pun akan mengalami yang sama. Sebagai pemercaya baru ia berkomitmen menghafal satu ayat setiap hari selama tiga tahun. Di akhir masa itu, sementara mengemudi truk di pemotongan kayu, ia mengingat tiga ribu ayat.

Ketika tiba masa untuk Trotman menumbuhkan orang lain, ia mengusulkan penghafalan Alkitab; itu adalah praktik mendasar dalam memuridkan orang lain. “Menjadi orang percaya,” ujar Trotman, “adalah 10% berbanding 90% yang adalah penumbuhan.”

Trotman kerap menantang para pemercaya baru. “Sungguhkah kamu ingin menghafalkan Firman? Apa yang akan merintangi orang seperti Anda dari melakukannya? Mengapa para pemercaya baru datang ke gereja tetapi umumnya tidak mengenal Alkitab?”

Kita harus banyak belajar dari orang seperti Trotman. Memuridkan para petobat adalah keharusan, tetapi itu menuntut waktu dan usaha. Penghafalan Alkitab adalah salah satu harga yang petobat harus bayar. Itu lama dan sukar, dan seperti yang telah Trotman pelajari, tidak ada jalan pintas dalam menumbuhkan para murid.

Contoh terbesar dalam memuridkan melalui mempelajari Alkitab dalam hati adalah Yesus sendiri. Ia mengajar para murid-Nya; mereka pada gilir berikutnya mengajar orang lain sementara mereka mengingat perkataan yang telah ditanamkan oleh tuan mereka ke dalam hati mereka. Seperti Dia mereka menjadi dewasa dalam pengetahuan dan perenungan kebenaran.

(Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl 17)

Be the first to comment

Leave a Reply