Pikirkan

Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Kolose 3:2

S tereo mobil saya, seperti juga kebanyakan orang lain, memiliki penangkap siaran dua gelombang berbeda: AM dan FM. Saya tidak mengerti bagaimana cara bekerjanya atau mengapa demikian; saya hanya tahu bahwa bila saya menekan tombol AM radio saya menangkap pemancar AM, dan bila saya menekan tombol FM radio saya berubah ke pemancar frekuensi FM. Suatu hari pemancar AM yang telah diset adalah program radio Kristen dengan seorang pengkhotbah membaca Alkitab. Ketika saya pindahkan ke FM, pemancar musik pop sedang memainkan lagu dengan lirik tidak beres melulu tentang uang, seks dan materialisme. Saya kembalikan ke pemancar AM, Roma 8 sedang dibacakan:

Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (Roma 8:5)

Kemudian saya menyadari: dua pemancar ini adalah contoh amat tepat tentang ayat tersebut. Satu pemancar menyiarkan hal-hal “dari daging,” dan pemancar lainnya tertuju pada hal-hal “dari Roh.” Pemancar mana yang akan saya dengarkan? Jika saya dengarkan pemancar FM itu, saya akan membuka akal budi saya kepada nilai-nilai kerajaan dunia ini sambil pemancar itu menyiarkan kesenangan dalam seks terlarang, minum sampanye mahal dan mengagungkan kekayaan. Jika saya mendengarkan pemancar AM, saya akan mendengarkan pengkhotbah membicarakan nilai-nilai kerajaan Allah: penyerahan, kepercayaan dan iman.

Pada dasarnya menghidupi kehidupan Kristen adalah soal ke mana kita menujukan dan apa yang akal budi kita pikirkan. Setiap kesempatan dalam waktu kita terjaga, kita memiliki pilihan tentang apa dan ke mana kita tujukan akal budi kita. Kita bebas melakukan itu. Sesudah dibangkitkan bersama Kristus dan diampuni selamanya, serta Yesus bersama kita dalam segala hal yang kita lakukan, tindakan utama dari hidup sebagai orang Kristen terpulang pada apa yang kita pikirkan, apa yang kita diami, nilai-nilai apa yang kita simpan dalam pikiran kita, kebenaran (atau dusta) apa yang kita simpan dalam kesadaran kita.

Tidak saya katakan bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang baik kita harus mendengarkan radio Kristen tiap hari, atau kita tidak boleh mendengar radio sekuler mana pun. Peraturan hitam dan putih selalu gagal dalam masalah ini. Saya juga tidak mengatakan kita harus membaca Alkitab sepanjang hari atau tidak boleh membaca buku atau majalah bukan Kristen.

Yang saya katakan ialah ke mana kita tujukan akal budi kita dan apa yang kita pikirkan memiliki dampak besar pada bagaimana kita hidup, merasa dan bereaksi kepada dunia di sekitar kita. Kita punya pilihan, dan pilihan itu akan berdampak pada kita. Jika saya benamkan akal budi saya dalam “perkara yang di atas,” saya mengalami diri saya diberdaya dan dikuatkan. Jika saya memusatkan perhatian pada “perkara yang di bumi,” saya akan frustrasi dan kecewa.

Apa yang dimaksud dengan “di atas,” atau “dari Roh” itu, yang kepadanya saya diminta untuk menujukan perhatian? Saya pikir maksudnya ialah kasih Allah yang tidak berakhir dan tak berubah; pemeliharaan dan kuasa Allah; pengampunan atas dosa-dosa; fakta bahwa Allah bersama kita di dalam semua hal yang kita hadapi; pengangkatan anak ke dalam keluarga Allah bagi semua orang percaya; belas kasih mesra Allah yang mendorong kita menyeru, “Abba,” sebuah ungkapan akrab bahasa Aram untuk ayah di bumi ini, yang barangkali paling baik diterjemahkan sebagai “papa sayang.” Sekadar merenungkan fakta bahwa saya telah mati dan bangkit bersama Kristus cukup untuk mengubah wajah saya. Menujukan akal budi saya ke realitas dahsyat bahwa Yesus mendoakan saya menimbulkan kesan takjub. Dan itu membuat saya gembira.

Perkara yang dari Roh dicirikan oleh kualitas seperti kebenaran, kebaikan dan keindahan. Paulus menyebutnya seperti ini:

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)

Keadilan. Kemurnian. Kemuliaan. Inilah “perkara dari Roh” dan kita diminta untuk memikirkannya. Bila kita lakukan ini, kita akan mendapati jiwa kita bertumbuh.

AM atau FM ?

Tiap hari saya harus memilih ke mana akan saya “setel” akal budi saya. Akankah ditujukan ke kehadiran Abba yang senantiasa mengasihi dan tersenyum yang bersama saya, atau ke dunia keras dan dingin di mana uang, seks dan kuasa dipandang sebagai cara mengalami kebahagiaan? Jam dan hari terbaik saya adalah ketika saya tertuju ke gelombang kerajaan surga. Hanya perlu beberapa tindakan kecil, tetapi dampaknya atas hidup saya luar biasa.

Memilih untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Allah yang saya ketahui (Allah baik; Allah indah; Allah benar; Allah berkurban, dst.) dan merenungkannya sebanyak mungkin sepanjang hari menolong saya melihat dunia di mana saya hidup dengan perspektif baru. Saya melihat kebudayaan melalui lensa kerajaan Allah. Berbuat itu juga menolong saya mengubah hubungan dan percakapan ketika jelas bahwa mengizinkan sesuatu yang buruk masuk melalui pintu telinga dan pintu mata sampai masuk ke akal budi saya tidak menghasilkan kebaikan nyata apa pun. Saya punya pilihan akan membenamkan akal budi saya dalam hal apa, yang kelak membentuk jiwa saya, baik atau buruk. Saya lebih suka memilih yang baik.

Menghidupi Kebenaran Ini

Hari ini sisihkan sepuluh menit hanya untuk merenungkan beberapa “perkara Roh.” Sebut saja antaranya:

• kasih Allah yang tak berakhir dan tak berubah

• penyediaan dan kuasa Allah

• pengampunan dosa

• fakta bahwa Allah bersama kita dalam semua yang kita hadapi

• pengangkatan anak ke dalam keluarga Allah untuk semua orang percaya

Ambil satu atau dua hal ini dan pakai beberapa menit saja untuk menujukan akal budi Anda ke kebenaran tersebut. Pikirkan tentang kasih setia Allah. Renungkan seberapa besar pemeliharaan Allah untuk Anda dan kebutuhan Anda. Renungkan kemurahhatian pengampunan Allah. Selami misteri dan keagungan dari kebersamaan Allah dengan Anda — dan praktikkan saja kehadiran-Nya. Akhirnya, benamkan akal budi Anda dalam ketakjuban bahwa Anda diangkat anak ke dalam keluarga Allah.

Penegasan

Tiap hari saya harus memutuskan ke mana menujukan akal budi saya. Jika saya tujukan ke kebenaran Allah saya akan bahagia, kudus dan kuat. Karenanya, saya akan memilih untuk menujukan akal budi saya pada perkara Roh hari ini.

Doa

Saya tidak kuat, Tuhan. Saya butuh pertolongan-Mu dalam hal ke mana saya menujukan akal budi saya. Tolong saya, Roh Kudus, menujukan pikiran saya pada perkara yang di atas.

Renungan

Bagaimana Anda mengalami perbedaan antara menujukan akal budi pada daging versus menujukan akal budi pada perkara dari Roh?

Jika Anda hanya dapat menujukan akal budi pada satu kebenaran Allah (yang disebutkan di atas), apa itu? Mengapa?

(James Bryan Smith, Tersembunyi dalam Kristus, psl. 4)

Be the first to comment

Leave a Reply