TAHUN YOBEL (1)

Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun. Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya. Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. – Imamat 25:8-12

Sampai sebelum perikop ini kita telah berjumpa dengan berapa jumlah peraturan tentang Sabat? Pertama, hari Sabat. Kedua, Sabat Mingguan. Ketiga, Bulan Sabat yaitu bulan ketujuh ketika diadakan tiga perayaan penting bagi umat Perjanjian Lama, yaitu Hari Raya Sangkakala, Hari Raya Pendamaian, dan Hari Raya Pondok Daun. Keempat, Tahun Sabat – Sabat Sabaton – yang telah dibicarakan sebelum perikop ini. Dan, tiap hari raya itu selalu dirayakan suasana Sabat selama seminggu lamanya, Kini Allah mengatur tentang Tahun Yobel, yaitu Tahun sesudah 7 x 7 tahun, Tahun Sabat Raya.

Pada Hari Raya Pendamaian di Tahun Yobel itu, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ketujuh, kembali diperdengarkan zofhar – sangkakala terbuat dari tanduk domba jantan dengan bunyi berat dan nada rendah. Trompet tanduk itu harus ditiup dan diperdengarkan di mana-mana di seluruh negeri, sebagai tanda dimulainya perayaan pembebasan agung. Masing-masing umat harus kembali ke tanah asalnya, dan tepat seperti peraturan untuk Sabat Sabaton, di Tahun Yobel juga umat diminta untuk mengistirahatkan tanah dan beristirahat dari bekerja. Spirit dari aturan ini adalah umat menumbuh-kembangkan hubungan dengan Tuhan (tahun kudus bagi umat), menumbung-kembangkan hubungan antar umat, dan juga memberi kesempatan untuk sumber daya alam beristirahat untuk diperbarui kembali potensinya.

Ketika Tuhan Yesus membaca Yesaya 61 di sinagoge – “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara…” – dan mengklaim bahwa hari itu nubuatan tersebut digenapi, banyak teolog berpendapat bahwa Yesus mengklaim diri-Nya adalah Penggenap Yobel ini. Sebab, hanya oleh Injil dan ketika Injil disambut dan diberlakukan dalam kehidupan, semua pembebasan, pendamaian, pemulihan sebagaimana yang Tuhan Allah maksudkan dengan Tahun Yobel, sungguh sedang digenapi.

Mengkilas balik ke semua hari raya dan peraturan sabat ini, kita kagum bagaimana Tuhan Allah membuat roda kehidupan dan sejarah keumatan bukan sekadar menjalani nasib tak menentu arah, tujuan dan makna. Melainkan, kehidupan dan sejarah menjadi penjelajahan berbagai prinsip penuh sukacita, harap dan kasih tentang penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, pemaknaan hidup dari Tuhan untuk umat manusia. Sekaligus dengan itu kita menyelaraskan diri dan hidup kita dengan kehendak Allah yang indah dan mulia bagi manusia, bukan dengan mengumbar keinginan kedagingan dosa kita.

Be the first to comment

Leave a Reply