Saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. — Kisah Para Rasul 7:58, 8:1-3
Siapakah Saulus pada masa menjelang dan sesudah Stefanus dihakimi dan dihukum rajam? Beberapa kali catatan khusus diberikan Lukas tentang Saulus, mengisyaratkan bahwa ia seorang yang berpendirian yudaisme keras yang menyokong perajaman Stefanus, setuju — dalam arti membenarkan, bahkan dengan gembira dan senang memang menginginkan Stefanus dirajam sampai mati. Bukan hanya senang dengan kematian Stefanus, ketika selanjutnya timbul aniaya besar terhadap orang percaya di Yerusalem, Saulus tampil lebih aktif ketimbang hanya menonton dan menyokong. Ia sendiri terlibat dalam kegerakan anti pemercaya Kristus, dengan demikian nyata bahwa ia yudais garis keras, radikalis-teroris anti Kristus, menyerobot masuk ke rumah-rumah orang percaya, menangkapi mereka baik laki-laki maupun perempuan dan memenjara mereka.
Siapa punya keberanian berharap waktu itu bahwa teroris ini akan berubah menjadi penyiar dan penganjur Kristus paling hebat? Kiranya perspektif anugerah Allah yang melimpah memampukan kita melihat kondisi paling suram dan menakutkan sekali pun dengan antisipasi untuk mengalami surprise dari sang Raja sejati.
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.