Sajian Syukur

“Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya. Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-anak Harun, imam-imam itu. Setelah diambil dari korban itu tepung segenggam dengan minyak beserta seluruh kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-ingatan korban itu, sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. Korban sajian selebihnya adalah teruntuk bagi Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api-apian TUHAN. Apabila engkau hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar di dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak. Jikalau persembahanmu merupakan korban sajian dari yang dipanggang di atas panggangan, haruslah itu dari tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, berupa roti yang tidak beragi. Korban itu harus dipotong-potong, lalu kautuangkanlah minyak ke atasnya; itulah korban sajian. Jikalau persembahanmu merupakan korban sajian dari yang dimasak di dalam wajan, haruslah itu diolah dari tepung yang terbaik bersama-sama minyak. Maka korban sajian yang diolah menurut salah satu cara itu haruslah kaupersembahkan kepada TUHAN, yakni harus disampaikan kepada imam, yang membawanya ke mezbah. Kemudian imam harus mengkhususkan dari korban sajian itu bagian ingat-ingatannya lalu membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. Korban sajian selebihnya adalah bagian Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api-apian TUHAN! Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada TUHAN janganlah diolah beragi, karena dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar sesuatupun sebagai korban api-apian bagi TUHAN. — Imamat 2:1-11

Sesudah mengatur tentang korban pendamaian, YHWH kini mengatur tentang korban sajian. Karena ini bukan korban darah yang menjadi syarat pendamaian maka korban sajian tersebut adalahpersembahan syukur umat kepada YHWH. Apa saja prinsip persembahan syukur dari pengaturan YHWH ini untuk kita simak dan terapkan masa kini?
Pertama, seperti halnya dengan korban pendamaian, korban sajian syukur pun harus memakai unsur-unsur yang terbaik. Tepung yang terbaik, minyak dan kemenyan kemudian disatukan dengan sajian dari tepung itu menjadikannya persembahan yang layak untuk dipakai sebagai ungkapan syukur kepada TUHAN Perjanjian.
Kedua, ada tiga cara pengolahan sajian tersebut disebutkan di sini. Yaitu, sajian yang dibakar di pembakaran roti, sajian yang dipanggang di panggangan, dan sajian yang dimasak dalam wajan. Ketiga cara penyiapan sajian yang dibuat dari hasil cocok tanam memang wajar merupakan persembahan syukur atas pemeliharaan YHWH. Namun persembahan itu tidak dalam bentuk bahan-bahan mentah melainkan harus disiapkan menjadi sajian oleh pihak yang bersyukur. Artinya. selain syukur kita harus dalam isi, nilai, bentuk yang terbaik,, juga harus melibatkan kerja sebagai ungkapan hati, pikiran, kemauan — mengolah semua bahan itu sampai menjadi hidangan. Sebab, bukankah yang YHWH inginkan dari kita sebagai syukur dan jawab bagi pembukaan hati kasih-Nya juga adalah kasih kita sepenuh hati, segenap pikiran, seluruh kekuatan, sebulat tenaga?
Ketiga, supaya berkenan kepada YHWH diberikan peringatan bahwa lambang dosa — ragi, tidak boleh dipakai, juga bahan yang lazim dipakai dalam ibadah kekafiran — madu, pun tidak boleh dipakai. Artinya, ibadah, liturgi, persembahan syukur, pelayanan kita jangan sekali-kali melibatkan unsur dan cara yang berdosa dan yang duniawi.
Keempat, sebagian dari persembahan syukur itu dibakar di mezbah sebagai simbol pemberian syukur kepada YHWH, sebagian untuk diberbagikan dengan para pelayan imamat, yaitu imam dan orang Lewi. Memang Tuhan Allah adalah sumber dari hidup kita, dari tenaga dan hikmat dalam usaha serta kerja, maka Ia adalah sumber segala berkat. Persembahan syukur kita [ada akhirnya bukan supaya Tuhan “dikenyangkan, dikayakan, diberdaya” melainkan supaya umat sesama umat boleh berbagi berkat. saling dukung dalam berbagai aspek kebutuhan hidup.

DOA: Kami bersyukur Engkau bukan saja mendamaikan kami dengan-Mu tetapi juga melimpahi kami dengan banyak berkat keseharian dan melayakkan kami untuk mensyukuri itu dengan cara, isi dan bentuk yang sepadan limpah kasih-Mu. Demi Tuhan Yesus. Amin

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply