Bergaram

Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam. – Imamat 2:13

Mengapa sajian syukur oleh YHWH diharuskan untuk dibubuhi dengan garam? Rasanya semua kita memiliki pengertian dari dunia kuliner tentang fungsi dan manfaat garam bukan?

Pertama, garam berfungsi memurnikan. Adanya garam dalam makanan akan membuat bahan seperti daging, sayuran dan lainnya yang cenderung membusuk karena bakteri atau mikroba lain dapat dimurnikan dari unsur-unsur pembusuk itu. Maka YHWH ingin agar korban syukur kita murni dari semua “pembusuk.”

Kedua, garam dengan fungsi pemurnian itu membawa dampak pengawetan. Tanpa garam semua bahan makanan akan menjadi busuk, rusak dan akhirnya hanya dibuang. Dengan garam makanan menjadi awet dan dapat disimpan untuk kebutuhan makan di waktu mendatang. Korban sajian syukur juga harus awet sebagaimana sikap, sifat dan sumber syukur yaitu segenap hati kita harus secara pernamen penuh dengan syukur. Syukur bukan saja pada waktu dompet tebal tetapi juga pada masa kita harus mengencangkan ban pinggang. Syukur bukan saja di suasana ibadah namun juga di suasana keseharian biasa. Syukur yang tidak dapat dirusakkan, diubahkan, dirampas oleh suasana dunia luar atau suasana dalam diri yang pasang surut. Syukur yang terus membara dan menyala-nyala karena dipelihara oleh kesadaran akan kasih setia kekal YHWH yang limpah bagi kita.

Ketiga, garam adalah sesuatu yang berharga. Bukan saja karena fungsi dan manfaatnya maka garam berharga, juga karena di tanah perjanjian garam adalah bahan yang agak langka maka menjadi berharga. Mari kita belajar bersyukur bukan dengan ungkapan yang mudah dan murah tetapi dengan ungkapan yang mahal, berharga yang sebisanya merespons sepadan pengorbanan Yesus Kristus untuk kita. Yang berharga untuk kita adalah tubuh – kesehatan, kebugaran, kekuatan – maka persembahkanlah tubuh sebagai korban syukur yang bernilai bagi Tuhan. Yang berharga untuk kita adalah kedudukan – posisi, pengaruh, reputasi, karier – maka bergiatlah dalam semua yang telah Tuhan karuniakan itu untuk memuliakan Dia. Yang berharga untuk kita adalah diri kita, keluarga kita – hidup ini dan semua relasi terintim di dalamnya – maka oleh pertolongan Roh, kiranya hidup dan keluarga kita menjadi korban syukur bagi Tuhan dan pekerjaan kerajaan-Nya.

Terakhir, dengan petunjuk dari Bilangan 18:19 – “Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu”; dan 2 Tawarikh 13:5 – “Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?” – Marilah “selama-lamanya” kita nilai dan junjung tinggi Perjanjian YHWH yang permanen dengan kita pun menjaga kepermanenan – murni, awet, teguh – komitmen iman, harap, kasih kita dalam kebersyukuran kepada-Nya.

DOA: Ya Tuhan sumber segala yang baik, murni, abadi, mohon agar hati, pertimbangan dan tindakan kami terus Engkau perbarui menjadi persembahan syukur yang memperkenan-Mu. Demi Yesus Sumber Perkenan, Amin.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply