Postur dan Gestur Doa

Mereka bertekun … dalam berdoa.
Berdoa intinya adalah memanggil nama Yahweh, memohon Ia bertindak sesuai rencana-janji-sifat-Nya kepada kita. Lalu bagaimana dengan sikap dan cara doa kita ketika menghadapkan diri kepada Tuhan. Postur dan gestur yang bagaimana yang sungguh serasi dengan kemuliaan-kekudusan-kebaikan Allah dan juga kerendahan-keberdosaan-ketidakberdayaan kita saat berdoa? Pasti tidak tepat kita asal-asalan seperti yang kadang kita dengar dalam ucapan ini: “Yang penting hati, entah kita sambal berbaring, atau sambal ber-medsos ria, atau ke gereja dengan pakaian seminim mungkin, ‘ga ngaruh.'”
Alkitab menyatakan bahwa tubuh adalah rumah Roh, dan bagaimana yang kita buat dengan tubuh menyatu dengan keadaan hati / roh kita sejatinya. Alkitab juga memberi contoh bagaimana para orang kudus dalam Perjanjian Lama dan Baru, termasuk Yesus Kristus berdoa dengan bahasa tubuh yang jelas menyatu dengan keadaan rohani mereka.
Sangat banyak catatan bagaimana para orang kudus berdoa sambal bersujud di hadapan Allah. Abraham, Musa, Yosua, Daud, para hakim, nabi, iman dan raja — sujud ketika berdoa atau menyembah Tuhan, Sujud adalah sikap meninggikan dan menghormati Tuhan.
Demikian juga dengan berlutut atau bertelut — sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya atau mengungkapkan kerinduan hati untuk meninggikan Tuhan.
Bertiarap atau merebahkan diri dengan tubuh dan wajah rata menghadap ke tanah adalah sikap yang paling ekstrim dalam kesadaran akan ketidaklayakan dan ketidakberdayaan diri pendoa / penyembah sambal mengungkapkan kebutuhan terdalam untuk ditolong, dikuatkan, ditopang oleh anugerah-Nya. Yang luar biasa adalah, Yesus Kristus berdoa dalam sikap tubuh demikian di Getsemani.
Berdiri, menengadah ke atas, mengangkat tangan atau menadahkan tangan juga dicatat dalam Alkitab sebagai beberapa postur dan gestur yang lazim dilakukan oleh para kudus Perjanjian Lama dan Baru.
Sementara itu, duduk, lipat tangan, tutup mata dan diam tidak bersuara hampir tidak dapat kita temukan contohnya dalam Alkitab. Lalu, mengapa postur dan gestur tubuh yang tidak sepenuhnya menyalurkan suasana dan sikap hati itu menjadi sikap dan cara doa yang dianggap paling tepat dan benar kini? Anda  kita praktikkan postur dan gestur tubuh seperti yang dicontohkan dalam Alkitab, kira-kira bagaimana yang akan terjadi dalam mutu doa kita pribadi dan komunitas?
Mari dukung pelayanan Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply