Kepenuhan

Stefanus, yang penuh iman dan kuasa, membuat keajaiban-keajaiban dan tanda mujizat di tengah orang banyak. Bangkitlah beberapa orang dari sinagoga kaum Libertini, orang-orang Kirene, orang-orang Aleksandria, orang-orang Kilikia dan Asia, berdebat dengan Stefanus. Namun, mereka tidak mampu melawan hikmatnya dan Roh yang menuntunnya berbicara. Lalu, mereka menghasut orang-orang dengan mengatakan, “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujatan terhadap Musa dan Elohim.” Mereka menggerakkan massa, para tua-tua dan para ahli Taurat, lalu mendatangi dia, menangkapnya, dan menyeretnya ke Sanhedrin. Dan mereka menghadirkan saksi-saksi palsu yang mengatakan: “Orang ini tidak henti-hentinya mengucapkan kata-kata hujatan terhadap Tempat Kudus ini dan hukum Taurat. Sebab, kami telah mendengar ketika ia berkata bahwa YESUS orang Nazareth itu akan menghancurkan tempat ini dan akan mengubah kebiasaan yang telah diwariskan Musa kepada kita.” Ketika memandang kepadanya, semua orang yang duduk dalam Sanhedrin itu melihat wajahnya seperti wajah malaikat. — Kisah Para Rasul 6:8-15 (IMB)
Ciri Utama Stefanus ada dalam komentar Lukas: “penuh” — ia penuh Roh, penuh iman, penuh hikmat, penuh kuasa dan ketika ditangkap dan diadili ia ternyata juga penuh firman,
Stefanus ini sebenarnya diangkat menjadi diaken, pengelola pelayanan kebutuhan para janda miskin dari orang percaya asal diaspora dari wilayah helenis – Yunani. Namun kepenuhan dan kelimpahan tersebut membuat ia sanggup juga melayani seperti yang dilakukan para rasul, yaitu memberitakan Injil dan melakukan banyak tanda mukjizat. Pengkhususan bidang pelayanan tidak membuat ia terpaku dan terbatasi melainkan sanggup mengintegrasikan bidang khususnya dengan bidang khusus lainnya. Kita sekarang menyebut ini “out of the box,” atau “disruptive,” atau “kreatif,” artinya kemampuan untuk membuka jalan baru di luar yang biasa dan yang resmi. Kemampuan seperti ini pada Stefanus lahir dari kepenuhan Roh bukan dari keliaran atau pemberontakan terhadap tradisi dan aturan.
Stefanus ditentang oleh pihak sinagoge, yaitu orang-orang Libertini (kemungkinan menunjuk pada asal tempat yaitu Libertina), Kirene, Kilikia, Aleksandria dan Asia. Dari nas ini ada dua kemungkinan mereka menentang Stefanus, 1) karena Stefanus melakukan banyak tanda ajaib, dan/atau 2) pemberitaan Stefanus tentang Yesus Kristus menyebabkan posisi tafsir teologis yudaisme tentang Musa dan Bait seolah diremehkan.
Dari Stefanus para pengerja gereja, aktivis Kristen, rohaniwan, penatua, diaken, pembina, guru Sekolah Minggu, guru agama konselor, pelawat, penyambut tamu, kolektan, pemerhati, dlsb.  masa kini perlu merindukan kualitas kepenuhannya itu — penuh Roh, hikmat, iman, kuasa, dan firman supaya dapat secara kreatif membuka jalan-jalan baru untuk kemajuan misi Kerajaan.
Mari dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply