Relevansi Sakramen Dulu dan Kini

Adakah sakramen dalam Perjanjian Lama? Apakah kepada umat Perjanjian Lama Allah juga memberikan tanda dan simbol yang menunjuk dan yang di dalamnya hadir kemuliaan serta anugerah Allah?

Apabila kita ingat bagaimana Alkitab mencatat bahwa “Allah melihat” setiap hasil tindakan penciptaan-Nya “itu baik,” maka jelas bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini sungguh menunjuk kepada kemuliaan Tuhan dan di dalamnya hadir anugerah Tuhan. Itu sebabnya pohon, pelangi, pasir, bintang, angin, dan semua benda dan makhluk ciptaan-Nya bersifat sakramental dan dapat dijadikan-Nya sakramen penunjuk dan pembawa anugerah-Nya. Orang Ibrani tidak mengenal pembedaan yang sampai memisahkan dan merendahkan derajat tubuh dari roh, luar dari dalam, bentuk dan zat dari keindahan dan nilai. Kebaikan, kemuliaan, kuat-kuasa, kehadiran Allah dapat dilihat, disentuh, dicicipi, dirasakan, di-alam-i. Umat Perjanjian Lama melihat, mengalami, merasakan anugerah pengampunan Allah yang dahsyat dalam korban-korban curahan darah binatang. Di dalam Kemah Sembahyang — bentuk, pembagian, alat-alat dan berbagai ritus di dalamnya — adalah tempat di mana mereka dapat melihat, menyadari, mengalami kehadiran Allah. Sunat, menjadi tanda perjanjian dan kemilikan Allah yang terekam seumur hidup pada kulit kelamin semua pria umat Allah. Melintasi Yordan dan menaruh batu-batu di tengah sungai itu menjadi tanda dan simbol permulaan umat mengukir sejarah baru.

Bagaimana dengan Perjanjian Baru?

Yesus dididik dalam spiritualitas Yahudi yang di dalamnya benda kongkrit membangkitkan pujian, menyentakkan memori, mengingatkan orang untuk mengucapkan “terima kasih.”… Komunitas inilah yang dalam perayaan semacam Paskah dan Pentakosta, tindakan seperti mengangkat tangan dan menumpangkan tangan, suara seperti deru angin dahsyat, singkatnya apa saja yang dapat dirasakan oleh kelima indra, mengalami semua itu sebagai pengingat tentang kehadiran dan kemuliaan Allah. Dalam konteks ini mudah untuk mendeteksi operasi sakramen sebagai tanda lahiriah dan kasat mata dari anugerah yang di dalamnya dan yang tidak kasat mata. (Arlo D. Duba, “Worship, Daily Life, and the Sacraments,” Reformed Liturgy and Music 31, no. 1 (1997): 47.) Dengan kata lain sakramen yang kini dikenal dalam kalangan Kristen karena dilembagakan oleh Yesus Kristus pada dasarnya meneruskan penghayatan tentang sifat sakramental segala sesuatu seperti yang dihayati dalam Perjanjian Lama.

Di Kisah Rasul 2 dan 4 disimpulkan bahwa kenyataan yang dipraktikkan oleh jemaat awal itu menarik pemenangan banyak jiwa untuk juga menjadi pengikut Yesus Kristus. Apa yang menarik dari sifat, ciri dan praktik mereka itu? Pengajaran / pewartaan firmankah? Persekutuan mereka yang sedemikian hangat dan kongkritkah sampai terjadi saling berbagi milik untuk memenuhi kebutuhan masing-masing? Sakramen baptisan dan perjamuan Tuhankah yang menghadirkan secara kasat mata operasi kemuliaan dan kuasa anugerah Tuhan? Doakah yang memperlihatkan hubungan sangat intens dan berdampak dalam keseharian umat? Ya, semua itu. Semua itu mengena ke pikiran, penglihatan, perasaan, tindakan — dan karena tiap manusia memiliki titik sentuh berbeda-beda dari semua kapasitas yang ada padanya, maka ragam manifestasi dalam gereja perdana itu menjadi sangat powerful dipakai Roh dalam jangkauan mereka.

Berbagai ibadah raya yang belakangan ini muncul di kalangan gereja-gereja karismatik menunjukkan keampuhan mereka dalam menjangkau generasi now, generasi muda kini. Pengutamaan musik, panggung, band, layar mirip teater cukup jelas sangat cocok dengan kehausan akan pengalaman audio dan visual, serta ekspresi emosi. Sayangnya penjelasan firman menjadi dikerdilkan jika bukan dinafikan total. Satu aspek diutamakan, banyak aspek lainnya diabaikan. Padahal Tuhan menciptakan kita utuh — hati, akal, perasaan, kemauan, tindakan, sebagaimana yang Ia minta dalam hukum kasih. Padahal yang terjadi di gereja mula-mula itu — firman, persekutuan, sakramen, doa, tanda mukjizat — bila sungguh diadakan sepenuhnya dalam naungan Roh Kudus, pasti akan menjadi daya tarik dan jangkau luar biasa untuk generasi yang haus akan pengalaman dan ungkapan emosi kini. Andai saja sungguh ada ragam jalur perjumpaan dengan Tuhan dalam ibadah gerejawi kita…?!

Mari dukung pelayanan Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply