Undangan ke Spiritualitas Kebersyukuran

Kebersyukuran yang mendalam meluap dari dalam. Sungguh bersyukur adalah hal yang teramat sukar, tetapi prosesnya yang sukar membuat hasilnya menjadi teramat sangat indah. Baru-baru ini saya mengalami masa kehidupan sangat sukar. Saya merasa tak berdaya dan tanpa harapan, dilemahkan dan dibuat tak berdaya oleh semua yang terjadi. Saya sebelumnya tidak buta tentang kerentanan saya, tetapi semasa hari-hari itulah saya menyadari betapa saya adalah makhluk yang fana. Namun sepanjang masa itu saya merindukan kebersyukuran. Saya ingin mengalami sikap syukur dan supaya kebersyukuran itu menopang saya.

Saya tidak bicara tentang kita diasyikkan oleh tragedi yang menimpa kita. Berterima kasih karena kesukaran atau tragedi atau kepedihan semasa krisis adalah hal yang luar biasa sukar, jika bukan mustahil. Bagaimana orang yang didiagnosis menderita kanker dapat bersyukur untuk kanker itu? Bagaimana orang yang kehilangan orang yang dikasihinya dalam kecelakaan tragis dapat bersyukur? Jika ada orang mengalami kebersyukuran dalam situasi semacam itu, itu bukan karena krisis itu sendiri, tetapi karena kedaulatan Allah di dalam penderitaan. Kita tahu bahwa Allah tidak akan mengizinkan tragedi terjadi kepada kita untuk tujuan menyatakan kedaulatan-Nya, tetapi kedaulatan-Nya dapat mengubah tragedi. Apa pun yang diangkat kepada Allah dapat dibuat-Nya menjadi indah.

Alkitab mengajar bahwa “Allah kasih adanya” dan bahwa Allah mengasihi secara berdaulat; Ia mengetahui segala sesuatu dalam kasih-Nya. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah bersyukur karena siapa adanya Ia dan apa yang telah Ia lakukan. Tetapi hanya apabila kita memercayai kedaulatan kasih Allah kita dapat bersyukur untuk segala sesuatu (Roma 8:28). Jadi kebersyukuran kita didasarkan atas karakter Allah. Kolose 2:7 mengingatkan kita tentang kebenaran ini, sebab ketika kita berakar secara mendalam di dalam Yesus Kristus kita akan melimpah dengan syukur.

Akar menentukan masa depan pohonnya. Supaya dapat menuai buah yang baik dengan limpah orang harus merawat akar-akar sebuah pohon. Tetapi tanda dari pohon yang mati kerap dapat luput dari perhatian dengan mudahnya, dan kecuali orang adalah ahli tanaman, akar yang sakit tidak selalu dapat diperiksa. Daun-daun yang terinfeksi — petunjuk adanya penyakit — dapat dikerat, tetapi itu saja tidak menyembuhkan. Jika sistem akarnya tidak diurus, pohon itu akan mati.

Menggerutu dan menyalahkan adalah buah dari akar-akar yang sakit dalam hati kita, dan petunjuk adanya pelapukan dinyatakan dalam perkataan kita. Ajakan untuk bersyukur adalah undangan ke dalam kehidupan perawatan dan pembimbingan taman batiniah hati kita, sambil mengingat bahwa “yang diucapkan dari mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). Entah kita bersyukur tidak bergantung pada keadaan kita, tetapi pada hati kita.

Kebersyukuran menyembuhkan dan memegangi kita, melekatkan kita satu sama lain, memberikan kita kesukaan dan kekuatan. Jadi marilah kita masuk secara mendalam ke dunia kebersyukuran. Mari kita berjalan bersama di perjalanan pengucapan syukur ini. Mari kita alami kedaulatan Allah, yang kepada-Nya kita berterima kasih selamanya. Dan mari kita pelajari kebersyukuran dan bahasa ucapan syukur sambil kita melanjutkan perjalanan hidup kita.

(Joshua Choonmin Kang, Spiritualitas Kebersyukuran, psl 1)

Be the first to comment

Leave a Reply