Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa dan Harun: “Ambillah jelaga dari dapur peleburan
serangkup penuh, dan Musa harus menghamburkannya ke udara di depan mata
Firaun. Maka jelaga itu akan menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir,
dan akan menjadikan barah yang memecah sebagai gelembung, pada manusia
dan binatang di seluruh tanah Mesir.” Lalu mereka mengambil jelaga dari
dapur peleburan, dan berdiri di depan Firaun, kemudian Musa
menghamburkannya ke udara, maka terjadilah barah, yang memecah sebagai
gelembung pada manusia dan binatang, sehingga ahli-ahli itu tidak dapat
tetap berdiri di depan Musa, karena barah-barah itu; sebab ahli-ahli
itupun juga kena barah sama seperti semua orang Mesir. Tetapi TUHAN
mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka–seperti
yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa. — Keluaran 9:8-12
Tulah
keenam itu adalah yang kedua didatangkan TUHAN tanpa firman peringatan.
TUHAN memerintahkan Musa dan Harun untuk melemparkan segenggam jelaga
dapur dan dilemparkan langsung di depan mata Firaun, lalu jelaga itu
berubah menjadi debu yang memenuhi seluruh Mesir. Debu itu menimbulkan
penyakit kulit yang dahsyat, disebut barah yaitu semacam bentol-bentol
yang menimbulkan sakit dan panas, inflamasi kulit. Bahkan para ahli
sihir Mesir terjangkit penyakit kulit dahsyat itu dan tidak dapat
melakukan mukjizat tiruan mereka. Tulah ini kemungkinan ditujukan kepada
Imhotep yaitu dewa pengobatan orang Mesir, sebab dengan para ahli sihir
tidak sanggup berbuat apa-apa lagi membuktikan bahwa ilmu pengobatan
mistis / magis Mesir telah dilumpuhkan.
Penting
dan perlu menjadi perenungan waspada kita masa kini ialah bahwa tulah
keenam ini mirip dengan cawan pertama kutukan TUHAN Allah ke atas para
anti Kristus di Wahyu 16:2. “Maka pergilah malaikat yang pertama dan ia
menumpahkan cawannya ke atas bumi; maka timbullah bisul yang jahat dan
yang berbahaya pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan
yang menyembah patungnya.” Kita memang tidak diminta untuk meramal
berbagai peristiwa di sekitar kedatangan Tuhan Yesus kedua kali; juga
kita harus menghindari tafsir “COCOKOLOGI” dalam membaca baik
nubuat-nubuat Alkitab mauoun “membaca” berbagai peristiwa yang terjadi
di seluruh dunia zaman demi zaman, abad demi abad, dekade demi dekade,
tahun demi tahun, khususnya hal-hal seperti petaka lokal, regional
maupun global seperti serangan wabah berbagai penyakit fatal, beragam
bencana alam, goncangan ekonomi dan politik, dlsb. Namun, kita perlu
memiliki panorama alkitabiah tentang berbagai tanda zaman yang
membentang dari Kejadian sampai Wahyu, khususnya menara Babel,
Sodom-Gomora, tulah-tulah Keluaran, kitab Daniel, Yehezkiel dan para
nabi lain yang bersifat apokaliptik, termasuk ujaran Yesus di
Injil-injil sampai ke paparan kitab Wahyu. Semua bagian alkitabiah itu
berangkai, berhubungan, membentuk pola, dan saling menjelaskan, dan
dalam iluminasi Roh Kudus kita boleh mewaspadai berbagai petaka yang
dari waktu ke waktu menerpa dunia masa kini.
Hendaknya
kesadaran kita akan kekudusan-keadilan Tuhan Allah, keprihatinan kita
akan kemanusiaan yang cemar dosa, antisipasi kita akan “Maranatha”
semakin tumbuh.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.