Lalu
Musa dan Harun pergi menghadap Firaun dan berkata kepadanya: “Beginilah
firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Berapa lama lagi engkau menolak untuk
merendahkan dirimu di hadapan-Ku? Biarkanlah umat-Ku pergi supaya
mereka beribadah kepada-Ku. Sebab jika engkau menolak membiarkan umat-Ku
pergi, maka besok Aku akan mendatangkan belalang-belalang ke dalam
daerahmu; belalang itu akan menutupi permukaan bumi, sehingga orang
tidak dapat melihat tanah; belalang itu akan memakan habis sisa yang
terluput, yang masih tinggal bagimu dari hujan es itu, bahkan akan
memakan habis segala pohonmu yang tumbuh di padang. Belalang itu akan
memenuhi rumahmu, rumah semua pegawaimu, rumah semua orang Mesir seperti
yang belum pernah dilihat oleh bapamu dan nenek moyangmu, sejak mereka
lahir ke bumi sampai hari ini.” –Melalui ucapan Musa dan
Harun ini TUHAN menyatakan: 1) Ia mahasabar — “berapa lama lagi” —
sekaligus menyiratkan bahwa kesabaran Tuhan tidak dapat terus menerus
dipermainkan; 2) “engkau menolak untuk merendahkan hati” — kesombongan
adalah inti dari semua sikap Firaun yang menolak Tuhan. Ia telah
mengalami manifestasi nyata kesejatian, kekuasaan, kedahsyatan TUHAN
Allah, tetapi karena tinggi hati ia tidak bersedia tunduk kepada
kehendak TUHAN Allah dengan sepenuh hati.
Lalu
berpalinglah ia dan keluar meninggalkan Firaun. Sesudah itu berkatalah
para pegawai Firaun kepadanya: “Berapa lama lagi orang ini akan menjadi
jerat kepada kita? Biarkanlah orang-orang itu pergi supaya mereka
beribadah kepada TUHAN, Allah mereka. Belumkah tuanku insaf, bahwa Mesir
pasti akan binasa?” — Kini bahkan orang-orang ring satu istana Firaun
berusaha menyadarkan dia bahwa penolakan akan kehendak Allah akan
membinasakan Mesir.
Lalu
Musa dan Harun dibawalah kembali kepada Firaun dan berkatalah Firaun
kepada mereka: “Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu.
Siapa-siapa sebenarnya yang akan pergi itu?” Jawab Musa: “Kami hendak
pergi dengan orang-orang yang muda dan yang tua; dengan anak-anak lelaki
kami dan perempuan, dengan kambing domba kami dan lembu sapi kami,
sebab kami harus mengadakan perayaan untuk TUHAN.” Tetapi Firaun berkata
kepada mereka: “TUHAN boleh menyertai kamu, jika aku membiarkan kamu
pergi dengan anak-anakmu! Lihat, jahatlah maksudmu! Bukan demikian, kamu
boleh pergi, tetapi hanya laki-laki, dan beribadahlah kepada TUHAN,
sebab itulah yang kamu kehendaki.” — Lagi-lagi Firaun memperlihatkan
sikap mendua dan keputusan berubah-ubah — rela dan enggan, memberi izin
tetapi membatasi, menyebut TUHAN tetapi menuduh hamba Tuhan jahat.
Kesombongan, gila kuasa, kegelapan kesia-siaan penyembahan berhala,
“playing god,” nafsu memperbudak, dlsb. campur aduk membuat Firaun makin
berkeras melawan Tuhan Allah.
Lalu
mereka diusir dari depan Firaun. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
“Ulurkanlah tanganmu ke atas tanah Mesir mendatangkan belalang dan
belalang akan datang meliputi tanah Mesir dan memakan habis segala
tumbuh-tumbuhan di tanah, semuanya yang ditinggalkan oleh hujan es itu.”
Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke atas tanah Mesir, dan TUHAN
mendatangkan angin timur melintasi negeri itu, sehari-harian dan
semalam-malaman, dan setelah hari pagi, angin timur membawa belalang. —
Maka sebagaimana yang dinubuatkan Musa belalang pun datang sementara ia
mengukurkan tangannya ke atas Mesir. Tulah kedelapan ini sekali lagi
menyerang kepercayaan sia-sia akan kuasa dewa Seth yang dianggap adalah
pelindung semua tanaman.
Datanglah
belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah
Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang
demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan terjadi lagi yang
demikian. Belalang menutupi seluruh permukaan bumi, sehingga negeri itu
menjadi gelap olehnya; belalang memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di
tanah dan segala buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh
hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau
tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir. Maka segeralah Firaun
memanggil Musa dan Harun serta berkata: “Aku telah berbuat dosa
terhadap TUHAN, Allahmu, dan terhadap kamu. Oleh sebab itu, ampunilah
kiranya dosaku untuk sekali ini saja dan berdoalah kepada TUHAN, Allahmu
itu, supaya bahaya maut ini dijauhkan-Nya dari padaku.” Lalu keluarlah
Musa meninggalkan Firaun dan berdoa kepada TUHAN. Maka TUHAN membuat
angin bertiup dari jurusan sebaliknya, yakni angin barat yang sangat
kencang, yang membawa belalang itu dan melemparkannya ke dalam Laut
Teberau: tidak ada satu belalangpun yang tinggal di seluruh daerah
Mesir. Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga tidak mau
membiarkan orang Israel pergi.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.