Temperamen Tomistik (NT)

Temperamen Tomistik adalah yang terakhir dalam daftar kita untuk Thomas Aquinas, seorang teolog besar gereja. Thomas Aquinas adalah seorang pemikir cemerlang yang meninggalkan warisan sangat besar dalam karya-karya tulisnya dan dalam teladan hidup serta karyanya. Berbagai universitas dan perguruan tinggi dinamai menurut namanya. Banyak filsuf dan teolog telah dipengaruhi oleh pemikirannya.
Temperamen Tomistik (plegmatis dalam terminologi klasik), seperti halnya Agustinian, memercayai intuisi lebih dari pengalaman konkrit. Namun, beda dari Agustinian, Tomis lebih menyukai pikiran ketimbang perasaan. Di mana Agustinian suka bermimpi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru, Tomis ingin hidup dalam dunia pemikiran dan intelek. Mereka berusaha untuk berkuasa atas dunia mereka melalui logika dan aturan, tanpa gangguan emosi. Mereka ingin mengerti dan menjelaskan segala sesuatu dan lebih memilih untuk menghindari semua klaim misteri atau paradoks. Bila mereka mengakui paradoks, hal itu lebih sebagai realitas intelektual daripada sebagai yang dialami.
Mereka yang memiliki temperamen Tomistik adalah para pemikir skeptis, ilmuwan, guru, teolog dan saintis. Bahkan dalam iman mereka mengusahakan aturan dan arti, terkadang dengan melupakan bahwa iman tidak dapat dicapai melalui akal. Mereka yang terlibat dalam debat-debat logis tentang apologetika biasanya bertemperamen Tomistik. Tomis menikmati struktur lebih dari proses dan suka memiliki sasaran-sasaran yang jelas, terukur untuk dikejar.
Dosa ciri diri Tomis ialah keangkuhan intelektual. Tomis tergoda untuk menghina orang lain yang tidak terlalu logis dan terdisiplin dalam pemikiran. Mereka bisa bersikap membedakan diri dari orang yang percayanya berbeda. Di mana Fransiskan akan percaya apa yang ia rasa atau alami, Tomis akan memercayai konklusi akal atau pertimbangan. Kecenderungan pada logika dan aturan terkadang membuat Tomis menghindari dunia bising relasi manusia. Beda dari Ignatian yang cepat bertempur membela kebenaran mereka, Tomis kerap akan menghindari konflik relasional. Mereka cenderung lebih suka memberi kuliah daripada berdiskusi. Mereka langsung dan jujur dan menjadi bingung ketika orang lain terluka oleh keterusterangan mereka. Seringkali
Tomis adalah guru yang baik dan karena itu bisa menjadi pastor, tetapi mereka tidak dikaruniai dengan keahlian empati. Tomis bisa jadi bingung tentang bagaimana memberikan perhatian untuk kebutuhan-kebutuhan emosional jemaatnya.
Ketika temperamen Tomis meragukan kebaikan Allah, itu menyangkut kesan bahwa Allah gagal menjaga dunia-Nya dan para pengikut-Nya dalam keadaan yang lebih teratur. Untuk Tomis pemikiran dan kepercayaan yang
benar selalu adalah lebih penting daripada pengalaman intuitif, terutama jika pengalaman berbeda dari doktrin yang ditetapkan. Temperamen Tomis berusaha memakai otoritas objektif seperti Alkitab untuk menjawab setiap pertanyaan tentang arti dan seringkali akan melakukan itu dengan sikap yang mendekati harfiah. Temperamen ini
cenderung curiga akan kebaikan Allah ketika terbuka adanya paradoks dalam Alkitab.
Sekali waktu ketika kami mengajar suatu loka karya tentang doa kontemplatif, istri saya dan saya berjumpa seorang pria yang menegaskan bahwa doa hening berbahaya. Ia percaya bahwa orang harus selalu berdoa dengan perkataan atau paling tidak dengan mengutip Alkitab sebab keheningan membuka ruang bagi pikiran tidak benar dan hasrat jahat. Komentarnya ini memberi ilustrasi bentuk temperamen Tomistik yang ekstrim. Pengalaman apa pun yang tidak cocok persis dengan struktur kaku pemikiran dan kepercayaan yang benar dianggap salah sampai bisa dibuktikan bahwa hal itu tidak salah. Kekuatan temperamen ini, pembelaannya yang kuat akan kepercayaan ortodoks, memimpin kepada bangkitnya tokoh-tokoh otoritas yang dipercaya untuk menjagai portal-portal kebenaran.
Obat penawar dari dosa-dosa temperamen Tomistik menuntut para Tomis untuk mengakui bahwa dunia paradoks yang misterius dan morat-marit, emosi dan relasi memiliki nilai dan kebenarannya yang tidak dapat mereka genggam. Mereka harus surut dari kepercayaan mereka akan kecukupan mutlak akal budi. Tomis harus menerima dengan iman bahwa sebagian kebenaran tidak dapat diukur dan sebagian paradoks tidak dapat dipecahkan. Para Tomis harus mengakui bahwa hidup yang dihidupi secara eksklusif dalam dunia logis dan doktrin benar pada akhirnya tidak memuaskan bila tidak diimbangi dengan dunia keindahan dan emosi. Mereka perlu menerima aspek lain dari ibadah di samping membaca Alkitab dan khotbah.
Ketika saya mulai menghadiri gereja Episkopal sesudah masa pertumbuhan tradisi injili konservatif, banyak aspek liturgi yang menggerakkan saya dengan kuat. Aspek-aspek simbolis dari liturgi dan tahun gereja berbicara dalam kepada jiwa saya. Aspek-aspek Tomis dari masa pertumbuhan saya membuat saya lapar akan spiritualitas Kristen yang melampaui akal budi. Saya ingin lebih dari khotbah-khotbah agung. Saya juga digerakkan dengan kuat oleh ibadah doa penyembuhan dan doktrin hadirat riil Kristus melalui Ekaristi.
Pengalaman saya itu mewakili obat penawar untuk dosa ciri diri temperamen Tomistik. Jiwa membutuhkan lebih dari pemikiran benar. Cinta Agustinian akan simbol dan liturgi yang menangkap kedalaman-kedalaman melampaui akal budi akan menolong Tomis, sebagaimana juga praktik-praktik kontemplatif yang merupakan
“kedalaman memanggil ke kedalaman.” Penghargaan Ignatian akan tradisi akan menolong Tomis mengerti pentingnya kesinambungan dengan para orang kudus dari zaman-zaman yang telah lalu, tidak saja dengan mereka
yang menyetujui cabang teologi yang kita anut. Fransiskan dapat mengajar Tomis tentang kasih mengalami Allah di sini-dan-kini dan dalam alam, dalam hati seperti juga dalam kepala.
SUATU PENILAIAN KUNO
Satu lagi cara populer untuk menilai temperamen rohani adalah Enneagram. Asalnya tidak jelas, tetapi di abad lalu, khususnya di kalangan Katolik ia telah sangat populer. Ia lebih berbentuk suatu tradisi lisan daripada suatu sistem atau skala dari tulisan-tulisan ilmiah.
Masing-masing dari sembilan jenis kepribaian Enneagram dihubungkan dengan kebutuhan khas dan dosanya sendiri. Sembilan paparan kategori temperamen ini memiliki keuntungan dibanding tes-tes kepribadian modern: yaitu mereka telah melalui ujian waktu. Tes-tes kepribadian kontemporer segaris dengan pandangan Barat tentang diri manusia, sedangkan Enneagram tampaknya datang dari gereja Timur purba.
Pembahasan apa pun tentang Enneagram dirumitkan oleh fakta bahwa para pelaku astrologi, pemercaya Gnostik dan spiritualis Zaman Baru telah memakainya untuk tujuan-tujuan yang melampaui pengidentifikasian
temperamen. Karena alasan itu ia dikritik oleh orang Kristen yang menolaknya. Yang lain berpendapat bahwa orang Kristen dapat memakai hikmat dari Enneagram untuk menolong mengerti temperamen-temperamen
spiritual dan psikologis lepas dari tradisi-tradisi yang bukan Kristen.
Karena pengarang Enneagram tidak diketahui dan ia tidak di bawah hak cipta, ia dapat disesuaikan ke penggunaan spesifik manapun. Mereka yang memakainya masa kini sering memilih memberikan judul-judul mereka sendiri untuk sembilan pokoknya.
Banyak yang telah mensistemkan Enneagram ke dalam kuesioner kepribadian yang dapat diukur dan ditafsir secara objektif. Bila ia diubah menjadi kuis pilihan jamak, kita tidak saja akan kehilangan tradisi lisannya yang kaya, kita juga akan kehilangan kepercayaan tradisional bahwa seorang tidak dapat mengidentifikasi jenis Enneagramnya sendiri.
Di dalam tradisi spiritual kuno, orang yang serius tentang pembentukan rohaninya menundukkan diri mereka kepada perhatian seorang mentor rohani. Berusaha untuk memeriksa jiwa seseorang sendiri akan seperti usaha melakukan bedah usus buntu sendiri.
Kita harus mendekati tugas menamai temperamen kita dan dosa ciri diri kita sendiri dengan hati-hati. Pemeriksaan diri adalah suatu bagian penting dari proses pembentukan rohani, tetapi tidak dapat memercayai
penuh evaluasi kita sendiri tentang diri kita. Dosa-dosa ciri diri kita terjadi karena gangguan dalam bagaimana kita melihat Allah, diri kita dan dunia. Secara batiniah kita termotivasi untuk menghindari kebenara-kebenaran yang menyakiti, khususnya tentang diri kita sendiri. Kita harus memeriksa ide-ide kita dengan membandingkannya dengan pandangan orang lain yang kenal kita dengan baik.
Dengan keberatan tadi, di sini ringkasan dari sembilan jenis Enneagram. Melalui waktu mereka telah menerima berbagai judul. Saya telah memakai judul-judul yang biasa untuk masing-masingnya.
(Michael Mangis, Dosa Ciri Diri, psl. 5.3)

Be the first to comment

Leave a Reply