Teknologi Pro Relasi

Kedengaranlah kepada Yitro, imam di Midian, mertua Musa, segala yang dilakukan Allah kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya, yakni bahwa TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir. Lalu Yitro, mertua Musa, membawa serta Zipora, isteri Musa–yang dahulu disuruh Musa pulang– dan kedua anak laki-laki Zipora; yang seorang bernama Gersom, sebab kata Musa: “Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing,” dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: “Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun.” Ketika Yitro, mertua Musa, beserta anak-anak dan isteri Musa sampai kepadanya di padang gurun, tempat ia berkemah dekat gunung Allah, disuruhnyalah mengatakan kepada Musa: “Aku, mertuamu Yitro, datang kepadamu membawa isterimu beserta kedua anaknya.” — Keluaran 18:1-6

Perbuatan besar TUHAN Allah atas umat-Nya terdengar oleh Yitro, mertua Musa. Rupanya di satu saat antara peran positif Zipora mengingatkan Musa untuk menyunat anak-anaknya dan kepergian Musa dan Harun menghadap Firaun diiringi rangkaian tulah menghancurkan atas Mesir, ketiga pribadi yang sangat berarti dan dikasihi oleh Musa itu dikirimnya balik ke Midian. Untuk tinggal sementara bersama Yitro. Dari jarak yang cukup jauh meski tidak terlampau jauh, Yitro jelas mengikuti berita-berita tentang Musa dan konfrontasinya terhadap Mesir, dan ia mendengar bagaimana TUHAN Allah telah melakukan begitu banyak perbuatan ajaib sampai Israel di bawah kepemimpinan Musa bisa dibebaskan dari perbudakan Mesir. Hubungan mertua-mantu, kekerabatan, ikatan sanak keluarga adalah kekuatan alami yang menghadilkan sikap saling peduli, saling mendukung, saling berbagi suka dan duka. Ini adalah hubungan filial — kasih kekeluargaan. Sama kuat dan aslinya bahkan melebihi hubungan filial adalah kepedulian, keterlibatan, saling dukung, saling mengasihi yang diciptakan oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus, antara para saudara-saudari seiman, se-pemuridan, se-panggilan, se-tujuan, sehati. Hanya saja karena hubungan kedua ini tidak natural, tetapi supernatural maka perlu dihidupkan dan dihidupi dalam relasi yang riil dengan sang Sumber Kasih, Bapa-Anak-Roh Kudus.

Meski alat komunikasi zaman itu jauh tertinggal dibanding era IT masa kini, tidak berarti bahwa zaman “baheula” itu nir-informasi, nir-komunikasi dan nir-relasi! Bahkan mungkin sebaliknya dari yang kini terjadi bahwa kemajuan teknologi masa kini telah menggantikan esensialnya substansi dan maksud informasi-komunikasi sejatinya yaitu transformasi yang menghasilkan konstruksi positif relasi-relasi antar manusia, Zaman dulu ketertinggalan dalam kecanggihan teknologi informasi, malah mungkin menjadi kondisi yang lebih keberkatan, lebih mencipta ruang bagi informasi yang konstruktif, bagi komunikasi yang transformatif, dan menjadi insrumen yang serasi untuk menunjang relasi yang riil. Semakin canggih teknologi apa pun, semakin perlu kita waspadai beberapa pertanyaan ini: 1) kapasitas manusiawi mana yang disingkirkan atau dilumpuhkan oleh teknologi tersebut? 2) nilai-nilai hidup alkitabiah mana yang mulai digeser oleh apa yang dihadirkan oleh teknologi informasi itu? 3) apakah berbagai kelebihan / keuntungan dari teknologi itu — misalnya kecepatan dan limpah pilihan yang dimungkinkannya — sungguh esensial bagi kemanusiaan dan relasi sosial kita? Jadi adalah mutlak perlu untuk kita memikirkan pertanyaan ini dan mengambil keputusan yang membuat kita sungguh tuan atas teknologi dan bukan teknologi tuan dan kita budaknya. Terlebih penting lagi hal-hal ini dipikirkan secara mendalam untuk pengambilan keputusan tentang pemakaian teknologi informasi – komunikasi dalam kehidupan gereja dan ibadah gerejawi kita.

 

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan/persembahan kasih Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply