Sungguhkah Penyembuhan Kristen Berdampak?

Dasar Alkitab bagi pelayanan penyembuhan Kristen, bagi saya terkesan tidak dapat ditolak. Saya heran dan agak malu bahwa saya mengabaikannya cukup lama.

Telah kita lihat bahwa pelayanan ini pertama bertumpu pada perintah yang Yesus berikan kepada para pengikut-Nya untuk memberitakan dan menyembuhkan. Mereka yang berharap membaca sebuah buku pegangan kecil tentang otoritas dan pelayanan penyembuhan Kristen tidak akan menemukan yang lebih baik ketimbang membaca Injil Lukas pasal 8, 9, dan 10.

Dalam pasal 8 kita baca bahwa Yesus melakukan misi pribadi berkhotbah dan menyembuhkan. Di dalamnya terdapat pengajaran penting termasuk perumpamaan penabur. Tercatat tiga penyembuhan penting. Seorang yang terganggu dan berbahaya di sebuah pekuburan dipulihkan menjadi tenang dan waras. Seorang perempuan yang bertahun-tahun menderita pendarahan kronis disembuhkan. Seorang gadis muda yang diduga telah meninggal, dihidupkan kembali oleh kehadiran, firman, dan jamahan Yesus.

Para murid pasti takjub dengan pelayanan ini dan pasti menganggap hal itu unik–sampai ketika dengan heran mereka mendengar Dia mengotorisasi dan memerintah mereka untuk berbagi hal itu. Mereka pun harus menyembuhkan orang! “Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang” (Luk. 9:2). Mereka terkejut mendapatkan diri mereka “memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat” (9:6).

Kini giliran orang Kristen lainnya untuk takjub pada fakta bahwa Dua Belas orang itu dapat berbagi karya dan kuasa Kristus. Tetapi dalam pasal 10 Yesus memerintahkan semua pengikut yang bersama dengan Dia untuk terlibat di dalam hal ini. Ia mengutus tujuh puluh dua orang dengan perintah ganda yang terngiang dalam telinga mereka: “sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: ‘Kerajaan Allah sudah dekat padamu’” (10:9).

Penugasan ini dengan cepat meluas ke semua orang percaya. Yesus memerintahkan “semua orang percaya” untuk “menumpangkan tangan mereka atas orang sakit” dan menjanjikan bahwa kesembuhan akan terjadi (Mrk. 16:17-18).

Yakobus menggambarkan pelayanan penyembuhan dalam jemaat Kristen biasa dalam kata-kata berikut:

Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yak. 5:14-16)

Jaminan Yesus

Untuk seorang Kristen perintah Alkitab yang jelas harusnya cukup untuk meluncurkan dia ke dalam pelayanan penyembuhan, tetapi dalam anugerah-Nya Yesus tidak menjadikan hal ini semata sebagai masalah ketaatan. Kepada perintah-Nya Ia menambahkan janji-Nya yang serius. “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Maka dalam pelayanan penyembuhan Kristen hanya perlu seorang penyembuh, dan Ia adalah Yesus sendiri, yang kehadiran-Nya secara pribadi dijamin. Dalam ucapan penjelajah bernama David Livingstone, “Ini adalah ucapan paling sakral dari seorang gentleman yang amat terhormat, dan cukuplah itu.”

Perintah dan janji Yesus yang di atasnya pelayanan penyembuhan Kristus dibangun tidak ditemukan dalam sudut terasing dalam Alkitab. Kini saya melihat Alkitab utamanya berkenaan dengan penyembuhan, bukan saja penyembuhan jasmani tetapi penyembuhan yang dapat menyentuh manusia di setiap tingkatan–tubuh, akal, roh, sikap, relasi, kehidupan pribadi, kehidupan bersama, penyembuhan dalam waktu dan penyembuhan untuk kekekalan. Suatu hari saya berharap dapat menghasilkan sebuah buku yang akan merupakan suatu kilas menyeluruh tentang seluruh Alkitab dari titik pandang ini. Judul yang terlintas di pikiran saya ialah “Perubahan Daun,” sebab Alkitab mulai dengan “daun penutup aib” di mana Adam dan Hawa menutupi ketelanjangan mereka ketika mereka kehilangan persekutuan dengan Allah, dari satu sama lain dan dengan integritas batin mereka sendiri, tetapi Alkitab kemudian berakhir dengan “daun penyembuhan” dari pohon kehidupan di pasal terakhir kitab Wahyu.

Di antara awal Kejadian dan akhir Wahyu, Alkitab menceritakan kisah berlangsungnya perubahan daun itu. Dalam Perjanjian Lama Allah memilih suatu umat untuk belajar tentang penyembuhan dan maksud penyelamatan-Nya dan menawarkan mereka enam saluran yang melaluinya wawasan ini datang kepada mereka: saluran pengalaman, saluran hukum taurat, Bait dengan pola ibadahnya, sastra hikmat dengan falsafah hidupnya, para nabi, dan sebuah janji tentang Dia yang datang dan akan mewujudkan secara unik karya dan kehendak Allah. Lalu Perjanjian Baru menceritakan tentang penggenapan potensi penyembuhan dari saluran-saluran tadi dalam Kristus, gereja, dan Kerajaan. Perjanjian Baru mengundang kita untuk ambil bagian dalam proses penyembuhan dan penyelamatan ini di sini dan kini.

Tetapi Bagaimana Jika Tidak Berdampak?

Jika semua ini benar, jika penyembuhan Kristen didasari dalam perintah dan janji Yesus sendiri, jika itu meliputi seluruh kehidupan dan menyatu dengan seluruh Alkitab, mengapa ada keraguan tentang pelayanan ini pada sebagian orang Kristen–atau secara lebih pribadi, mengapa bertahun-tahun saya menolak pelayanan yang kini terkesan bagi saya sebagai inti dari injil Kristen dan pesan gamblang Alkitab?

Saya pikir jawabannya sangat sederhana. Saya tidak yakin bahwa pelayanan ini akan sungguh berhasil dalam pelaksanaannya. Saya bertanya sendiri, “Andaikan semua ini tidak berlangsung seperti yang diharapkan. Akankah pelayanan ini merusak iman jemaat saya? Akankah ini merusak iman saya sendiri? Bagaimana dapat saya pastikan bahwa pelayanan ini akan berdampak?”

Jujur, Anda tidak dapat memastikan bahwa pelayanan penyembuhan Kristen ini akan selalu berdampak sebagaimana yang Anda inginkan.

Seperti yang ditulis oleh Paul Tournier dalam A Doctor’s Casebook, “Allah bukan melayani kita. Mengklaim bahwa kita bisa menerobos masuk ke dalam rahasia-Nya, mengetahui tanda-Nya dan memiliki kuasa-Nya ketika kita memberi isyarat dan berseru bukanlah iman, tetapi magis” (London, SCM Press, 1954, hlm. 87).

Namun demikian meski penyembuhan Kristen tidak pernah merupakan penjelajahan ke dalam magis, itu tidak berarti bahwa pelayanan ini suatu pelayanan yang lemah atau tak berdaya.

Bagian berikut pasal ini mengandung kisah-kisah penyembuhan, dan akan ada banyak lagi dalam sisa buku ini. Saya mengikutsertakan kisah-kisah itu dengan sederajat keraguan, sebab pada umumnya Yesus menghindari publisitas, dan karena jenis pelayanan penyembuhan yang memberi kesan sensasionalisme, pencarian kemuliaan diri dan ketidakmungkinan untuk keliru selalu membuat saya ngeri. Namun demikian akan menolong dan menguatkan siapa pun yang ragu di tepi pelayanan penyembuhan untuk mengetahui berbagai jenis hal yang dapat terjadi dalam sebuah gereja biasa dan seorang pelayan biasa seperti saya bila perintah Yesus untuk memberitakan dan menyembuhkan diterima dengan serius.

Saya percaya bahwa jemaat mana pun jika bertekun dalam pelayanan penyembuhan Kristen, cepat atau lambat akan mengalami terjadinya berbagai jenis penyembuhan.

Penyembuhan Tubuh

Sebagian penyembuhan akan bersifat jasmani. Ketika Yesus mengirim pesan kepada Yohanes Pembaptis untuk menolongnya mengatasi keraguan dan ketertekanannya di penjara, banyak dari pesan itu mengandung pengingat tentang penyembuhan-penyembuhan jasmani yang telah terjadi. “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat. 11:4-5).

Di bagian lain saya telah menulis tentang tiga kategori pertama dalam daftar ini dan bagaimana cara-cara penyembuhan tersebut masih dapat ditemukan dalam kehidupan dan pelayanan gereja masa kini, tetapi sejauh itu saya belum menulis tentang pemulihan pendengaran oleh penyembuhan Kristen. Kini izinkan saya melengkapi kekurangan tersebut.

Beberapa tahun yang silam saya dan istri saya diminta untuk mengajar tentang doa penyembuhan di Pulau Man. Kesempatan itu sangat berarti. Kami menyaksikan kesembuhan-kesembuhan yang terasa seakan langsung keluar dari Perjanjian Baru. Pada satu tahap, ada empat sampai lima puluh orang yang terlibat dalam perenungan tentang karya penyembuhan Roh Kudus. Metode doa ini dipaparkan dalam buku saya How to Pray When Life Hurts (Bagaimana Berdoa Ketika Hidup Menderita–Milton Keynes, Scripture Union, 1995, hlm. 75). Istri saya memerhatikan seorang perempuan yang hadir, Lydia, menatap ke luar jendela dengan ekspresi wajah penuh kegembiraan.

Sesudah acara itu, sementara sesi “laporan,” Lydia memberitahu kami alasannya. Sekian lama ia telah menderita kemunduran pendengaran. Mulanya ia mengkritik suaminya bergumam, tetapi ketika ia tak dapat lagi mendengar burung berkicau, ia menyadari bahwa burung-burung itu tidak mungkin bergumam; ia telah menjadi tuli. Sementara pada saat sekolah doa itu orang-orang di sekitarnya menerima dan berbagi pencurahan Roh Kudus, ia kedapatan berdoa, “Tuhan, jika Engkau masih memiliki sebagian cadangan kuasa Roh Kudus, tolong aku perlu sebagian untuk diriku. Dapatkah Engkau berbuat sesuatu untuk ketulianku?” Sementara ia berdoa ia merasakan gerakan di bagian dalam telinganya, dan secara tiba-tiba pendengarannya pulih. Bukti langsungnya ialah kini ia dapat mendengar suara kicau burung di luar jendela gereja. Ia terlihat bersemangat menceritakan ini kepada kami, dan kami semua memuji Allah bersama.

Saya teringat lagi suatu kejadian di awal pelayanan saya di Prenton. Kami baru memulai ibadah penyembuhan, dan salah seorang anak laki-laki anggota paduan suara tidak begitu yakin ia memercayai apa yang saya ucapkan di kesempatan tersebut. Namun demikian nenek Nigel hampir tuli total. Sang nenek menyebabkan seluruh keluarga terganggu karena memaksa agar volume TV disetel maksimal. Keluarga tersebut hampir tidak bisa berbicara atau berpikir karena kerasnya suara TV. Jadi Nigel kedapatan maju ke depan untuk penumpangan tangan dan berdoa, “Tuhan, ini untuk Nenek. Saya tidak tahu apakah ada sesuatu yang nyata dalam penyembuhan Kristen, tetapi jika ada dapatkah Kau berbuat sesuatu untuk ketulian Nenek, sebab itu telah menyusahkan kami semua.” Ketika ia tiba di rumah sejam kemudian volume TV telah disetel balik ke normal, dan ibunya berkata, “Nigel, kamu boleh tidak percaya, tetapi sementara kamu di gereja, pendengaran nenek pulih.”

Beberapa bulan lalu saya memimpin ibadah Komuni tengah minggu dan bacaan Injil hari itu pas tentang kisah “Efatha” yang termashur itu ketika Yesus memulihkan pendengaran seorang tuli (Mrk. 7:31-37). Di masa lalu ketika saya berkhotbah tentang kisah ini, saya selalu mengubahnya menjadi semacam perumpamaan dan mengajar bahwa Allah ingin membuka telinga-telinga tuli dunia ini agar mendengarkan Firman-Nya dan membuka bibir-bibir terkunci Gereja supaya kita menjadi pewarta injil yang lebih baik. Semua ini benar tentunya. Tetapi arti utama kisah itu lebih bersifat harfiah. Kisah itu mengajar bahwa penyembuhan Kristen dapat juga berupa penyembuhan orang tuli, dan saat itu saya merasa terdorong mengatakan itu.

Ketika saya kembali ke rumah pastori, ada dua orang pengunjung singgah untuk beramah tamah. Yang seorang Joy, istri seorang pendeta dari gereja tetangga. Yang lain Sally, seorang sahabat yang tinggal dengannya. Sally sementara akan menyerahkan diri menjadi anggota aktif gerakan Bala Keselamatan, tetapi ia memiliki masalah. Salah satu telinganya tuli total, dan situasinya menjadi makin buruk karena masalah tinitus (suara denging yang terdengar dalam telinga) yang menjadi-jadi. Ia tidak bisa membayangkan bahwa dengan masalah itu ia dapat melayani. Dokternya mengatakan tidak tahu ada cara untuk menyembuhkan kondisi seperti itu.

Sementara perkataan dalam khotbah saya masih terngiang dalam telinga saya sendiri, saya merasa harus bertanya kepadanya apakah ia pernah mencari pelayanan penyembuhan Kristen. Dengan tegas Sally menjawab,”tidak!” (dengan malu harus saya akui bahwa saat itu saya agak merasa lega). Namun demikian jelas ia memikirkan pertanyaan itu, sebab sebelum pamit ia meminta Joy dan suaminya serta tiga putri mereka untuk menumpangkan tangan ke atasnya dalam nama Yesus.

Sehari kemudian, ia menelpon Joy dengan berita bahwa tinitusnya hilang dan ia tengah menaruh telepon di telinga yang tadinya tuli total dan sudah mendengar dengan sempurna. Dokternya heran dan berkata agaknya hal yang mustahil secara medis telah terjadi.

Kisah-kisah tadi adalah wakil dari bagaimana penyembuhan Kristen menghasilkan dampak jasmani. Namun demikian terkadang dampaknya terjadi di akal budi ketimbang di tubuh.

Penyembuhan Akal Budi

Dua tahun lalu saya diundang memberi ceramah tentang penyembuhan Kristen di perkumpulan para manik-depresif cabang setempat. Seusai ceramah seorang perempuan yang hadir, Lill datang bersama suaminya dan meminta waktu untuk bicara dengan saya. Lill berkata bahwa meski beberapa tahun lamanya ia telah didiagnosis menderita manik-depresif, ia selalu yakin bahwa suatu hari akan bertemu seseorang yang akan membawa kesembuhannya. Saat itu ia percaya bahwa sayalah orangnya. Kami bicara bersama untuk beberapa saat, dan kemudian saya menumpangkan tangan dengan doa dalam nama Yesus. Setahun kemudian ia menelpon memberitahu saya, rumah sakit yang selama ini ia datangi telah memberitahu bahwa karena alasan tertentu yang tidak dapat mereka jelaskan ia tidak dapat lagi dianggap sebagai penderita manik-depresif dan ia tidak perlu lagi kontrol di sana.

Ilustrasi lain tentang penyembuhan mental oleh kuasa Kristus dapat ditemukan secara rinci dalam pasal lima buku How to Pray When Life Hurts, di mana ada kisah tentang Meryl, yang oleh para dokter telah dinyatakan menderita sakit mental yang tak dapat disembuhkan, meski ia sendiri pun seorang dokter. Tetapi, ia kemudian dibimbing oleh pelayanan penyembuhan Kristen dan kini telah membuka praktik dokter kembali dan mengalami para pasiennya mendapat manfaat dari kebenaran spiritual yang telah ia telah alami sendiri.

Penyembuhan di Tingkat Rohani

Terkadang penyembuhan yang terjadi bukan jasmani atau mental melainkan spiritual yang berakibat pada sikap, relasi, iman, dan ketidak-imanan, keyakinan dan gaya hidup.

Tak lama sesudah saya menjadi pendeta di Prenton, BBC mengundang saya menyajikan dua program televisi dari gereja lokal kami untuk menjelaskan dan memberikan contoh tentang pelayanan penyembuhan Kristen. Yang pertama adalah eksposisi tentang fakta-fakta dan liputan kesaksian dari empat orang yang telah menerima kesembuhan melalui pelayanan ini. Ada seorang dokter gigi yang ketika dirawat di rumah sakit dengan kondisi jiwa terancam karena serangan pneumonia dari dua macam virus, kedapatan suhu badannya tiba-tiba balik ke normal sesudah saya mengunjungi ranjang tempat ia dirawat dan menumpangkan tangan atasnya dalam nama Tuhan kita. Ada seorang perempuan penderita artritis berat yang mengalami remisi spektakuler selama sepuluh tahun sesudah suatu kebaktian penyembuhan. Seorang laki-laki dengan kondisi lutut yang membuatnya tidak dapat berdansa, bermain badminton, dan berlutut untuk berdoa, kemudian kedapatan melakukan semua itu sesudah suatu kebaktian penyembuhan Kristen. Kondisi buruk lututnya tidak kembali. Akhirnya seorang perempuan yang lumpuh sebelas tahun karena kondisi kemerosotan akibat multiple sclerosis, yang biasanya dianggap tidak dapat disembuhkan. Kondisinya kedapatan membaik sesudah menerima pelayanan penyembuhan Kristen. Sesudah dua tahun terus menerus membaik ia diberitahu pihak rumah sakit bahwa ia tidak lagi dapat dianggap menderita MS. Semua orang ini diwawancara oleh David Davies, seorang tokoh BBC terkenal.

Program kedua adalah penayangan kebaktian penyembuhan Kristen secara langsung. Sementara penumpangan tangan terjadi dalam gereja, dalam privasi rumah mereka sendiri pemirsa diundang untuk mempraktikkan kehadiran Kristus yang menyembuhkan dan dengan cara itu terlibat dalam pengalaman penyembuhan Kristen.

Perlu diakui bahwa kedua program ini fokus pada penyembuhan jasmani. Terjadi respons luar biasa. Saya dan pihak BBC sampai terkejut, enam ratus orang entah menulis atau menelepon memberitahu saya tentang dampak kedua program itu pada mereka. Banyak yang melaporkan bahwa mereka telah mengalami satu dan lain jamahan Allah oleh pesan dan kuasa dari kebaktian tersebut.

Tetapi penyembuhan rohani juga terjadi. Dari semua reaksi ini, dua surat yang paling menyentuh saya ialah dari dua laki-laki yang tadinya ateis. Dalam masing-masing kasus mereka menceritakan bahwa sementara mereka menonton program itu mereka merasa iman mereka kembali ke diri mereka. Ini pun adalah penyembuhan Kristen dalam aksi.

Saya duga jika saya ingin mengingat-ingat semua kisah saya dapat memenuhi sisa buku ini dengan kisah-kisah serupa kesembuhan jasmani, akal budi dan rohani oleh kuasa Kristus.

Meski kita tidak memiliki tongkat sihir, penyembuhan Kristen adalah suatu pelayanan sangat penting sebab Yesus adalah Juruselamat yang berarti. Pelayanan ini tersedia sebab Ia adalah Juruselamat yang bersedia. Pelayanan ini membawa dampak sebab Ia membawa perbedaan. Pelayanan ini bisa mengubah hidup sebab Ia mengubah hidup. Dalam pengalaman saya sendiri yang terbatas saya tahu penyembuhan Kristen dapat dan memang berdampak, dan saya akan berkhianat kepada pengalaman dan terhadap kebenaran Alkitab jika saya mengatakan yang lain.

Saya tahu panggilan saya ialah berusaha mengerti penyembuhan Kristen tetapi tidak untuk memanipulasinya. Saya harus berusaha menyalurkannya tetapi tidak mengeksploitasinya.

Dan saya percaya, ini adalah panggilan Allah bagi kita semua.

(Revd. Canon Roy Lawrence, Praktik Penyembuhan Kristen, psl. 3)

Be the first to comment

Leave a Reply