“Saya Sembuh!”

Begitu ungkapan yang keluar dari ucapan Pdt.Christine Bangun, yang memimpin sebuha gereja di Surabaya ketika dihubungi lewat telpon, Rabu (25/3) malam. Sebelumnya ia sempat diisolasi di Rumah Sakit Dr. Soetomo selama 18 hari.

Lewat percakapan ponsel itulah, ia bercerita, pertama kali ia merasakan gejala demam dan panas beberapa hari setelah mengikuti sebuah kegiatan di Bogor.

“Badan saya seperti mau patah, sakit semua. Saya mampir ke rumah saudara untuk urus kepulangan ke Surabaya. Di Surabaya saya sempat mimpin ibadah dan setelah itu saya sudah tidak kuat dan minta suami untuk anter ke Rumah Sakit Mitra Satelit Surabaya. Awalnya di diagnosa Typhus dan DBD. Namun beberapa hari setelah itu demam saya hilang tapi justru mata saya dan tenggorokan juga sakit sehingga saya dirujuk oleh dokter yang memeriksa ke RS. Dr Soetomo,” katanya dengan semangat.

Dengan nada haru, Pdt. Christine mengaku bahwa dirinya harus berjuang ketika hasil swab test menunjukkan gejala COVID-19. “Dokter justru tidak menyebut itu virus corona tapi hasil swab test yang kedua dikatakan paru-paru saya seperti ada awannya dan semakin lama semakin memburuk. Tapi mereka juga memotivasi saya untuk tetap kuat. Dokter bahkan mengatakan bahwa imun ibu kuat dan ibu sendiri yang dapat menyembuhkan ,” ujarnya berapi-api.

Dalam pergumulan dan kondisi seperti itu, Pdt. Christine mengaku menguatkan hatinya sendiri, dan ia yakin bahwa Tuhan Yesus pasti menolongnya.

“Dan betul, di hari 18 saya dinyatakan bebas COVID-19. Saya dinyatakan sembuh. Saya sembuh. Dan ajaib kasih Tuhan Yesus pada saya. Saya merasakan pertolongan Tuhan selama saya diisolasi meskipun merasakan tekanan yang sangat luar biasa,” ujarnya.

Pasca ia dinyatakan sembuh, Pemprov Jawa Timur mewawancarai untuk disebarkan ke masyarakat dan menjadi contoh bahwa COVID-19 dapat dikalahkan dengan hidup sehat dan mengikuti anjuran pemerintah.

Pdt. Christine juga bercerita bahwa anaknya sehat dan tidak terpapar, sementara suaminya masuk dalam ODP hingga tanggal 30 Maret mendatang. “Semua karena pemeliharaan Tuhan. Jemaat saya juga tidak ada yang terpapar.
Meski dalam kondisi saat itu kami menjaga jarak, ada beberapa jemaat yang lewat depan rumah lalu mereka menyapa saya dan itu sangat menguatkan saya sebagai seorang pendeta.”

Be the first to comment

Leave a Reply