Salib Kristus dan Kemenangan Kita

Dari kemenangan Kristus di Salib-Nya kita pindah ke kemenangan kita. Bagaimana dalam perang rohani yang masih berlangsung di sisi waktu sebelum kedatangan Yesus kedua kelak, boleh kita menangi? Bagaimana pencobaan, tekanan, bujukan, ancaman, sampai ke berbagai kesukaran rohani-jiwani-jasmani yang kita alami kini boleh kita menangi?

Pertama, kita perlu hati-hati untuk tidak menganggap semua kesukaran yang kita alami berasal dari si iblis / roh-roh jahat dan harus selalu dilawan dengan menghardiknya. Sebaliknya kita juga perlu waspada pada sikap mengabaikan roh-roh jahat dan menjelaskan semua fenomena dunia hanya sebagai faktor materiil-jasmani-jiwani belaka. Secara umum memang semasih bumi ini belum diperbarui dan karya penyelamatan oleh Yesus Kristus belum sampai ke eskaton (titik akhir kesempurnaannya), iblis dan roh-roh jahat di angkasa masih memakai kesempitan waktu sisanya untuk berulah. Tetapi kita harus ingat dua hal. Pertama, mereka tidak setara Yesus Kristus. Mereka adalah makhluk jahat yang berontak dan oleh Salib Kristus sudah “diremukkan kepalanya” (Ingat proteuangeium di Kejadian 3:15?!). Kedua, seperti dipaparkan dalam Alkitab dalam hikmat, kendali dan kedaulatan Allah, seperti yang telah kita bahas di atas bagaimana melalui “penelanjangan terhadap Yesus” justru mereka yang ditelanjangi dan dilucuti, maka setiap kesukaran yang bisa dianggap sebagai ulah roh jahat, dapat kita lawan dan perlakukan dalam perspektif pengendalian Allah dan kemenangan Kristus atas mereka demi kebaikan kita. Jadi, pencobaan pun menjadi kesempatan untuk Allah memberikan jalan keluar (1 Korintus 10:13), dan sengsara apa pun menjadi sarana kita diproses menjadi tahan uji, dimurnikan dan pengharapan kita dikukuhkan. Ketiga, berbagai kesukaran yang mungkin di baliknya ada ulah roh-roh jahat pun bisa jadi juga melibatkan jendela atau celah yang asalnya adalah kekurangan atau kesalahan kita sendiri yang dimasuki oleh roh jahat. Dan karena kita adalah makhluk jasmani-jiwani / rohani, maka jendela atau celah masuknya pengaruh, godaan, bujukan, serangan, atau tekanan si iblis itu bisa melalui isu-isu jasmani-jiwani / rohani kita sendiri juga. Itu sebabnya dalam nasihat Paulus berikut ini kita dapatkan pemanfaatan senjata perang untuk semua aspek kemanusiaan kita itu – jasmani-jiwani / rohani dalam melawan iblis:

Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah… (Efesus 6:10-18)

Perhatikan bahwa Paulus di sini mengambil kondisi jasmani-jiwani / rohani laskar tempur Romawi untuk rujukan bagaimana kita harus memperlengkapi diri dalam pertempuran rohani kita. Kemampuan tempur mereka bukan saja kehebatan strategi perang tetapi juga latihan fisik, keterampilan memakai berbagai senjata untuk defensif maupun ofensif. Tambahan beberapa alat yang Paulus singgung terkait secara metaforis dengan bagian-bagian dari kepribadian kita. Semisal ketopong dengan kepala / akal budi, baju zirah dengan hati / inti kemanusiaan, dlsb.

Meski tidak dikatakan secara eksplisit, implisit jelas bahwa kunci dari kemenangan kita adalah kemenangan Yesus Kristus. Dan kita tahu bahwa kemenangan Yesus Kristus sudah terjadi sejak Dia masih bayi dilindungi Allah ketika diburu Herodes, sewaktu dicobai dengan Ia berpegang tunduk penuh kepada firman-firman Allah, dan seterusnya sampai di Salib. Keseluruhan hidup Yesus Kristus adalah progres kemenangan demi kemenangan. Ia yang menang dalam sepanjang kehidupan-Nya adalah sumber kekuatan kita ketika Paulus menasihati agar orang percaya “kuat di dalam Tuhan, di dalam kuat-kuasa-Nya.” Jangan pernah lupa bahwa kuat-kuasa Allah di dalam Yesus Kristus terus menerus sampai di puncaknya di Salib, adalah kuat dalam kelemahan, kuasa dalam penghambaan, kemenangan dalam “kekalahan.” Artinya kuat-kuasa bukan dalam model triumfalisme dunia ini yang banyak diadopsi oleh kalangan Kristen masa kini, melainkan dalam model yang bagi dunia adalah misteri dan penuh surprise.

Jadi dari penaklukan diri, model dan prinsip Salib – ada senjata-senjata yang bisa kita pakai untuk memperlengkapi hati kita (baju zirah kebenaran), perilaku benar kita (ikat pinggang keadilan), langkah pelayanan kita (kasut Injil), daya tahan kita (perisai iman), pola pikir yang serasi keselamatan yang telah Allah karuniakan kepada kita (ketopong keselamatan), perlawanan terhadap si jahat (pedang Roh), dalam doa dan syafaat baik untuk diri sendiri maupun untuk kemajuan misi dan pekerjaan Tuhan.

Dalam perang rohani dahsyat yang kita alami, sebagaimana sudah kita bahas bahwa Pribadi, hidup, karya dan kemenangan Kristus yang memuncak di Salib-Nya juga menjadi sumber untuk kita mengalami penggenapan janji-Nya mengutus Roh Kudus, di sini pun kita diingatkan bahwa kemampuan kita untuk ofensif itu adalah karena kita memakai pedang Roh (Firman yang dihidupi dalam pemberdayaan Roh) dan semua persenjataan itu diambil dalam “ruang doa” (mengikuti John Bunyan dalam “Perjalanan Seorang Musafir”).

REFLEKSI:

1) Kebangkitan “kearifan lokal” kuat dimana-mana, juga memengaruhi banyak orang Kristen bahkan teolog. Ingat, membuka diri kepada berbagai filosofi politheis, dinamistis, animistis, spiritis mengandung dua sisi bahaya fatal: (1) merendahkan Kristus, dan (2) kehilangan posisi yang dimungkinkan dan dijamin oleh kepenuhan dan kemenangan Kristus.

2) Ketika saya mengalami kelemahan, tekanan, pencobaan, serangan jasmani-jiwani / rohani tertentu, pertama dan utamanya saya perlu mengingat dan memandang Kristus, Salib-Nya dan kemenangan-Nya di Salib dan Kebangkitan. Dari kemenangan-Nya ambillah semua perlengkapan perang rohani yang telah Ia sediakan, dan majulah dalam kuat=kuasa-Nya dan kemenangan-Nya.

3) Sekian jauh kita membahas perspektif Paulus, kita melihat rasul Tuhan ini juga memberikan kepada kita model, penjelasan, pemahaman yang sangat kaya dan tidak hanya satu tentang bagaimana Salib Kristus menghasilkan keselamatan, penebusan, pengampunan, pendamaian, pengudusan, dan pemrosesan kemuliaan di dalam kita. Kiranya penelusuran ini membuat kita juga memiliki penghayatan makin kaya tentang Salib Kristus dan keselamatan, sambil membuat sikap kita terhadap penjelasan berbeda dari saudara seiman bukan setradisi kita juga makin dinamis. Kiranya kira makin menyelami firman Allah dan makin membuka diri kepada tuntunan dan pemberdayaan Roh kebenaran.

Be the first to comment

Leave a Reply