Salib dan Keunggulan Keimamatan Kristus

Apabila kita membaca keseluruhan Surat Ibrani, kita hanya akan menemukan satu kali saja penyebutan tentang Salib Kristus. Sedikit lebih banyak, penulis Ibrani merujuk juga kepada kematian-Nya. Meski demikian sebenarnya arti dan kepentingan Salib Kristus / kematian Kristus oleh penulis Ibrani disiratkan ke dalam pembahasannya tentang keimamatan, korban-korban, darah dan kematian Kristus.

Kita akan kembali ke pembahasan tentang keimamatan Kristus – bagaimana keunggulan keimamatan Kristus tersalib dengan Salib-Nya? Keimamatan Kristus unggul atas keimamatan Lewi dalam hal berikut ini. “setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa” (10:11). Tiga ciri dari yang dilakukan para imam dalam keimamatan Perjanjian Lama, yaitu 1) ia harus mempersembahkan korban-korban tia-tiap hari, 2) dan itu dilakukannya berulang-ulang sepanjang masa pelayanannya, dan 3) semua korban yang dilakukan tersebut tidak dapat menghapuskan dosa. Sedangkan keimamatan Kristus itu unggul karena hal berikut: 1) Ia hanya memberikan persembahan satu kali untuk selama-lamanya, bukan tiap-tiap hari dan bukan berulang-ulang (10:12), 2) korban yang Kristus persembahkan bukan binatang melainkan tubuh-Nya sendiri (10:10), 3) dan itu menghasilkan pengudusan orang percaya (10:11), bahkan 4) keberhasilan-Nya bukan saja dalam menguduskan orang percaya dari dosa tetapi juga Ia mengawali kemenangan atas musuh-musuh-Nya dan kini Ia bertakhta dalam kemuliaan (10:12-13).

Pembahasan penulis Ibrani tentang keimamatan Kristus mencakup juga kelebihan lain. Para imam Perjanjian Lama sendirinya tidak dapat memberikan bantuan atau penguatan signifikan bagi orang berdosa yang meminta pelayanannya, karena mereka sendiri adalah orang berdosa. Beda dari para imam tersebut, Imam Besar Agung kita telah dicobai dalam segala aspek yang mungkin dialami manusia tetapi Ia tidak berdosa (4:15). Fakta bahwa Yesus pernah dicobai menjadi dasar untuk Ia dapat bersimpati dengan segala pencobaan yang menimpa manusia dan semua kelemahan kita. Sejalan dengan kemampuan bersimpati, Ia juga menjadi sumber penguatan dan dorongan bagi orang yang dalam pencobaan, sebab Ia mampu mengalahkan semua pencobaan dan kemenangan-Nya boleh menjadi sumber kekuatan kita (4:15). Dampak dari korban Kristus di ayat 10 memakai bentuk waktu lampau selesai, sedangkan kita menikmati pengudusan itu dalam bentuk waktu masa kini dengan keterangan “untuk selama-lamanya.” Singkatnya korban Kristus di salib itu sudah selesai dan dampaknya berlaku untuk semua orang percaya sepanjang kehidupan sampai kelak masuk ke dalam kekekalan.

Be the first to comment

Leave a Reply