Refleksi Daniel 1-3

Sebelum lanjut dengan pasal 4 – 6, ada baiknya kita mengendapkan beberapa prinsip penting dari pasal 1 – 3 baik eksegetis, teologis maupun aplikasi praktis dengan merenungkan beberapa pertanyaan berikut:

1) Konteks narasi ini memaparkan umat Tuhan sedang berada dalam opresi penakluk dan dipaksa untuk berubah menyesuaikan diri bahkan diracuni untuk diperalat melalui berbagai cara dan pengkondisian. Tidak dapat disangkal bahwa semua Kristen di seluruh dunia, di negara atau lokasi atau di tengah suku bangsa apa pun, tidak ada yang tidak mengalami opresi, bahaya diracuni iman, rayuan menduniawi melalui gaya hidup, dlsb. Dari pasal 1 kita tidak mendapatkan masukan tentang bagaimana para muda belia, Daniel, Hananya, Misael, Azarya sampai memiliki kearifan rohani, komitmen iman, keberanian menyatakan prinsip, daya dan kapasitas untuk berperan besar seperti di tiga pasal awal ini. Jawabnya pasti, melebihi peran manusia dan metode pembinaan adalah peran Tuhan Allah membina, menyertai, membentuk mereka melalui alat dan cara serta sikon yang tersedia waktu itu. Untuk kita masa kini bagaimana kuasa dan kedaulatan Allah di balik pembentukan hidup itu boleh mengambil wujud lagi? Apakah berbagai sarana yang banyak dipraktikkan sekarang – KTB, ibadah raya / penyembahan, khotbah, latihan untuk saat teduh, dlsb. sungguh efektif dan menghasilkan D-H-M-A baru? Manakah yang lebih prioritas, hasrat untuk mengubah nilai-nilai dan wawasan orang dunia ini atau memenuhi perintah untuk memuridkan orang dunia ini? Dari pasal 1, ide apakah dapat disimpulkan untuk menjadi fokus utama pelayanan gerejawi masa kini?

2) Seluruh kitab Daniel ini, atau paling tidak pasal 1, 2 dan juga 3 mengkonfrontir kita dengan realitas lebih dalam atau di balik realitas dunia materiil, natural, logika, rasional, mekanistis belaka. Yaitu kitab ini memaparkan tentang perjumpaan dengan ilmu-ilmu perklenikan, dengan mimpi yang menjadi sarana penyingkapan jalan hidup orang dan bahkan jalan sejarah dunia, dengan manifestasi kemuliaan dan proteksi ilahi, dst. Zaman ini, sesudah letih dan kecewa oleh gagalnya modernisme dengan rasionalisme, saintisme dan teknologisme menghasilkan hidup yang lebih baik; bahkan modernisme kini mewariskan pemanasan global, sampah plastik, konflik ras, terorisme, dan menggunung lagi masalah destruktif lainnya, orang beralih perhatian dan harapan kepada realitas transnatural, transrasional, translogika, transsendens. Bagaimana rambu-rambu alkitabiah tentang pemahaman dan pengalaman transendens ini?

3) Untuk kita yang pengkhotbah atau pembawa renungan atau guru SM, guru agama, dlsb. kebenaran “baru” apa kita dapatkan dari tiga pasal ini dan bagaimana pewartaan yang sejatinya lebih setia kepada narasi ini? Mungkin ada yang ingin mengusulkan juga ide untuk renungan atau khotbah atau cerita dari tiga pasal ini?

4) Tema utama Kitab Daniel adalah kedaulatan Allah, kendali Allah, penyertaan Allah. Sesudah tema primer ini baru tema-tema sekunder seperti pembentukan Daniel dkk., pengalaman dan pergumulan para pemimpin dunia, konfrontasi dengan pemraktik klenik, dst. Supaya tema utama ini menjadi kesadaran kita hari lepas hari, perlu bagaimana kita?

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gamil.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply