Raja Hamba: Injil Markus

Kita mulai dengan dua gambar. Yang pertama datang dari sebuah buku popular tulisan psikiater besar Carl Jung. Ia memperlihatkan foto Adolf Hitler dalam kibaran penuh retorika. Di bawahnya sepenggal komentar: “Orang ini akan menyebabkan seluruh Eropa terbakar melalui hasutan impiannya untuk mendominasi dunia.” Cukup tepat, Anda pikir.
Dan dalam teks, Jung menunjukkan bahwa perkataan itu adalah ucapan Hitler tentang Churchill. Membuat Anda berpikir ulang, ya ‘kan?
Foto kedua adalah dari injil Markus, pasal 10. Yakobus dan Yohanes datang kepada Yesus dan meminta agar mereka dibolehkan duduk, di kanan dan kiri-Nya, ketika Ia datang dalam kerajaan-Nya. Yesus menjelaskan bahwa duduk di kanan atau kiri-Nya itu bukan hak-Nya untuk memberikan; itu adalah hak Bapa. Cukup tepat, Anda pikir. Lalu sementara kita
meneruskan membaca, kita menyadari apa arti hal tersebut. Untuk Markus, Yesus menjadi Raja ketika Ia disalibkan, secara publik diumumkan sebagai “Raja orang Yahudi.” Dan di kanan dan kiri-Nya terdapat dua orang bajingan, dua orang pengacau. Tidak heran Yesus memberitahu Yakobus dan Yohanes mereka tidak mengerti apa yang mereka minta.
Apa yang terjadi dalam dua gambar itu? Dalam keduanya, kita diperhadapkan dengan apa yang para psikiater sebut “proyeksi.” Saya tidak dapat menghadapi kejahatan dalam diri saya sendiri; maka saya “memproyeksikan” itu ke orang lain. Saya menuduh mereka tentang sesuatu yang saya khawatirkan sebab ia menyusup dalam ke dalam hati saya. Secara kebetulan, itu adalah alasan mengapa para orangtua seringkali merasa paling kesal dengan anak-anak yang paling mirip mencerminkan orangtuanya; dan itu barangkali juga menjelaskan dalam arah kebalikannya. Kita dapat cukup jelas melihat bagaimana proyeksi bekerja dalam kasus Hitler. Sebagaimana semua sejarahwan dari semua mazhab akan setuju, Hitler sendirilah yang lama memimpikan dominasi dunia, dan yang membuat seluruh Eropa terbakar sebagai akibatnya. Tetapi bagaimana tentang Yakobus dan Yohanes?
Dalam pelukisan tentang perilaku mereka dalam semua kisah injil, Yakobus dan Yohanes sangat bergairah agar Yesus mencetuskan suatu revolusi Yahudi yang serius. Seperti kebanyakan revolusi kudus lainnya dalam zaman itu, mereka menginginkan seorang Mesias yang akan mengalahkan Romawi, membersihkan tanah dari kekafiran, dan menegakkan
Israel sebagai bangsa top dalam dunia. Masalah dengan impian itu ialah bahwa ia selalu melukis gambar-gambar dalam nada-nada kontras baik-jahat, hitam-putih. Salah satu dari Gulungan Laut mati, mencerminkan ini, menyebut dirinya “Perang Anak Terang melawan Anak Gelap.”
Orang Yahudi zaman Yesus mendukung impian revolusioner mereka, seperti halnya para revolusioner sebelum dan seterusnya, dengan melukiskan para penindas mereka sepenuhnya jahat dan mereka sendiri sepenuhnya murni. Masalah dengan gambaran demikian ialah kehidupan nyata ternyata tidak sesederhana itu. Masalah dengan pola pikiran dalam ungkapan
revolusi, pemberontakan militer melawan Roma, ialah bahwa dirinya sendiri adalah suatu pengkhianatan total terhadap maksud-maksud yang awalnya Allah tetapkan sebagai panggilan untuk Israel. Israel telah dipanggil untuk menjadi terang dunia; Yakobus dan Yohanes condong memperluas kegelapan, dengan jalan mengalahkan suatu rezim jahat dengan kejahatan revolusi yang menggunakan kekerasan. Allah menjanjikan Abraham bahwa dalam benihnya semua keluarga di bumi ini
akan diberkati; Yakobus dan Yohanes akan cukup merasa puas bahwa semua keluarga lain di bumi dikutuk dan ditaklukkan.
Jadi Yesus memberikan peringatan serius kepada para murid, untuk Markus itu menunjuk kepada kepentingan salib, dan untuk kita menunjuk pada arti salib lebih luas pada masa kini, paling tidak implikasi jelasnya tentang apa arti mengikut Yesus. Ia berkata:
“Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di
antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (10:42-45)
Ada jenis kerajaan yang lain; jenis kuasa yang lain. Dunia secara keseluruhan berlangsung atas dasar prinsip bahwa kuat berarti tepat. Kita suka berpura-pura bahwa kita sungguh lebih beradab daripada itu, namun berulang-ulang, bahkan dalam abad kita kini, kita telah menyaksikan bahwa ketika dadu jatuh kita kembali ke aturan sama: jika dalam ragu, kirim tank. Masalahnya ialah, kadang itu berhasil. Itu berhasil untuk orang Yahudi di masa yang belum terlalu lama berselang;
Yakobus dan Yohanes, dan ribuan lainnya menyukai mereka, berharap bahwa itu akan berhasil juga untuk mereka. Dan mereka memandang kepada Yesus untuk memelopori seluruh gerakan itu.
Kini perhatikan: Yesus tidak bereaksi terhadap hal itu dengan apa yang kita kenal sebagai sikap pasifis. Untuk mengerti seluruh kekuatan pokok ini kita perlu surut sejenak.
(Tom Wright, Mengikut Yesus, psl. 5.1)

Be the first to comment

Leave a Reply