Pimpinan “gila” Tuhan

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian: “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.” Lalu mereka berbuat demikian. Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan (di bawah pimpinan Tuhan — IBIS; dengan gagah dan berani — terjemahan lainnya). Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon.  — Keluaran 14:1-9
Pimpinan Tuhan atas Israel benar-benar “gila.” Coba saja lihat peta perjalanan Keluaran. Dari Raamses di Gosyen mereka berangkat ke Sukot lalu hari berikutnya tiba di Etam, di tepi padang gurun. Andai karena Tuhan berpikir ingin meluputkan Israel dari perang terhadap bangsa Filistin dengan tidak mengambil rute di utara menyusur Laut Tengah sepanjang jalur Gaza, bisa saja Ia memimpin Israel di jalur sedikit ke bawah yaitu menuju Shur, Beersyeba, ke Hebron. Tetapi tiba-tiba Allah memutuskan untuk menyuruh Israel balik dari Etam lalu “berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon.” Ini berarti alih-alih memasuki jalan yang menuju ke tanah perjanjian, mereka dipimpin ke selatan ke posisi terjepit antara padang gurun di belakang dan laut Merah di depan. Dan, tidak lain maksud “gila” Tuhan ini adalah untuk memancing Firaun berpikir akan dapat membalas Israel yang sedang dalam kondisi terjepit. Firaun ternyata tidak pernah kapok beneran. Bolak-balik dihajar dengan rentetan tulah mengerikan, ulang-ulang keras hati, minta diringankan, minta diampuni. Bahkan dengan pukulan Tuhan yang paling dahsyat yaitu maut yang melawat semua sulung Mesir, kini begitu tahu bahwa Israel ada di posisi terjepit ia memutuskan untuk mengejar Israel. Ternyata pimpinan Tuhan itu adalah untuk maksud membuat Firaun dan Mesir kembali mengeraskan hati dan kemudian harus mengalami lagi tanda ajaib Tuhan yang menghancur-binasakan mereka
Pesan rohani dari nas ini, kira-kira adalah: 1) musuh rohani kita tidak pernah akan rela melepas orang percaya maju menjalani jalan keselamatan dan pembaruan dari Tuhan, berbagai kekuatan jahat, pencobaan, akan mengejar orang percaya sampai kadang dalam kondisi lemah dan terjepit. 2) dalam kondisi lemah tak berdaya itulah kita menyadari mutlak perlu dan butuhnya kita akan kehadiran, anugerah, kuasa Tuhan. Dan justru berbagai pengalaman “gila” yang Tuhan atur dalam kehidupan kita bertujuan agar kita menyadari ketidakberdayaan kita dan kedahsyatan kasih dan anugerah dan kuasa Tuhan.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply