Pertajam Akal Budi

Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa,
yang… mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

I B R A N I 5 : 14

K erohanian yang sehat mengirimkan akar-akar yang dalam ke dalam akal budi yang dirawat; pengetahuan sangat hakiki bagi perkembangan kerohanian. Kita merasa dan bertindak atas dasar pengetahuan sebab pikiran kita memengaruhi perasaan kita. Akal budi juga memengaruhi kehendak sebab pilihan kita bergantung pada pengetahuan kita.

Ya, akal menyiarkan, tetapi sambil mencakup intuisi dan pengetahuan dari pengalaman, ia juga menyiarkan ke keseluruhan keberadaan kita. Ia memperluas cakrawala dan memperdalam perspektif kita; ia merangkul kehidupan, dan sungguh menumbuh-kembangkan akal budi.

Apabila saya merujuk ke akal budi, saya memaksudkannya lebih daripada sekadar kemilikan pengetahuan. Akal budi mencakup berbagai kemampuan. Kesadaran diri. Kesiagaan. Konsentrasi. Persepsi. Kepekaan rohani. Akal budi yang istimewa dapat melihat melalui “jendela” jiwa.

Mengembangkan kepekaan rohani merupakan pelatihan yang menuntut; tetapi tidak lebih menuntut ketimbang menumbuhkan dan mendewasakan kecakapan mencerap (persepsi) umumnya. Menyimpan dan mempelajari Alkitab dalam hati mengembangkan kesanggupan mencerap baik dalam akal maupun jiwa. Kedewasaan sering kali bergantung pada kapasitas mencerap ini.

Surat untuk orang Ibrani banyak membicarakan hal yang sama. “Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang… mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat” (Ibrani 5:14). Di pihak lain orang yang tidak dewasa tidak dapat membedakan jahat dari baik.

Penumbuh-kembangan akal budi menuntut kebiasaan melatih proses pemikiran. Kita kerap berkata bahwa kita ingin “mempertajam akal budi kita” atau “mengasah” argumen kita. Salah satu cara mencapai ini adalah dengan mempelajari Alkitab dalam hati. Mengukirkan firman ke hati kita bukan pekerjaan mudah, tetapi ganjarannya sangat bermakna. Sambil keterampilan mencerap kita berkembang, akal budi kita meningkat dalam kepekaannya sehingga segala sesuatu dilihat dalam terang baru dan secara lebih dalam.

Untuk mengubah dunia lebih dulu kita harus mengubah cara kita melihat dunia; kita harus melihatnya dari perspektif yang berbeda. Akal budi yang telah bertumbuh dapat melihat alam semesta di sehelai daun gugur, kebun di dalam sebutir benih, lautan di dalam setetes air, kekekalan di dalam sebutir pasir.

Akal budi yang bertumbuh-kembang menghasilkan lebih banyak wawasan, memiliki kepekaan yang jauh lebih kaya tentang dunia ini dan menikmati pengalaman lebih menarik tentang realitas. Akal budi kita dipengaruhi oleh apa yang datang dari luar kita. Kita tidak dapat mencipta dunia kita sendiri, namun kita dapat mencipta wawasan dunia kita sendiri. Kelimpahan dan kekuatan dunia yang kita tinggali bergantung pada bagaimana kita melihatnya. Apabila akal budi kita ditumbuh-kembangkan oleh Firman Allah melalui penghafalan Alkitab, kita dapat melihat dunia yang telah dicipta Allah ini dalam cara sesuai Allah melihatnya.

Dalam artian ini, mempelajari Alkitab dengan hati merentang-luaskan imajinasi kita sambil di saat sama mempertajam kapasitas kita untuk berpikir.
(Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl. 5)

Be the first to comment

Leave a Reply