Perspektif Kristen tentang Bencana dan Wabah (4)

8.       Tanya: Jika memang, “ada rencana dan maksud ilahi” di dalam berbagai bencana dan wabah yang menimpa dunia ini, apa sajakah itu?

Jawab: Seperti ketika memikirkan tentang sifat-sifat Allah kita kerap berhadapan dengan misteri dan paradoks, demikian pun tentang tujuan dan maksud Tuhan dalam berbagai bencana dan wabah. Maka kita butuh pertolongan Roh dan sikap rendah hati agar sanggup melihat isu ini dalam perspektif catatan dan ajaran Alkitab.

Kisah Kejatuhan merupakan pola dasar untuk kita mengerti asal mula kesengsaraan dalam dunia ini, juga memberi terang tentang apa tujuan dan maksud Tuhan di dalam kesengsaraan dunia ini untuk manusia. Kejadian 3 tepat dilihat sebagai pola dasar bagi catatan Alkitab tentang bencana dan wabah berikutnya – air bah Nuh, menara Babel, Sodom dan Gomora, sepuluh tulah atas Mesir, ular tedung karena ketidakpercayaan Israel, kekeringan zaman Elia, berbagai peristiwa dan nubuat tentang bencana dan wabah dalam kitab nabi-nabi, sampai ke rangkaian bencana dan wabah yang terjadi melalui sangkakala, meterai, guruh, bokor dalam catatan / nubuatan Kitab Wahyu. Apa saja tujuan dan maksud ilahi tersebut?

Pertama, Tuhan mencari dan memanggil. Mengingat Allah Mahahadir dan Mahatahu, maka tujuan Ia mencari dan memanggil bukan untuk diri-Nya melainkan untuk manusia. Ia mencari dan memanggil supaya manusia sadar akan keterhilangan dirinya dan membuka diri serta mencari Tuhan. Ini tujuan penting pertama Tuhan melalui bencana dan wabah – manusia sadar akan keterhilangannya dan kebutuhannya akan Tuhan.

Kedua, Tuhan menegur dan menyadarkan. Dalam peristiwa Kejatuhan hati nurani Adam dan Hawa membuat mereka takut dan menghindari hadirat Tuhan Allah. Pertanyaan Allah menegur dan menyadarkan Adam dan Hawa tentang pelanggaran yang mereka lakukan dan akibatnya. Pencarian, panggilan, teguran Tuhan Allah yang menginsyafkan itu bekerja melalui hati nurani, dan firman yang diberdayakan oleh Roh Kudus yang terjadi wajarnya melalui kesaksian hidup dan kata orang percaya. Maka, apabila kita ingin agar dampak penyadaran dan penginsyafan serta dorongan untuk mencari Tuhan karena terpaan bencana dan wabah ini sungguh terjadi, kita perlu berdoa dan turut berperan serta di dalam rangkaian tersebut, terlebih dalam sikon wabah pandemi kini.

Lebih jauh, dalam peristiwa sepuluh tulah di Mesir, teguran Tuhan bertujuan membongkar dan melumpuhkan berbagai kepercayaan dan praktik penyembahan berhala – yaitu memperlakukan ciptaan Allah menjadi pengganti Allah – antara lain menyembah kekuatan alam, harta, kekuasaan, kesuburan / seks, musim, benda-benda langit, dlsb. Penting untuk diperhatikan dengan bijak bagaimana masa kini berbagai berhala modern – olahraga, kesenian, kuliner, turisme, ritual keagamaan, dunia fashion, ekonomi yang telah berubah fungsi dari melayani kehidupan masyarakat menjadi kiat-kiat memperkaya diri sendiri, politik, pendidikan, dlsb. – oleh wabah covid-19 dibatalkan, dilumpuhkan, diguncangkan, dijungkirbalikkan, dikembalikan ke “basic” yang seharusnya.

Ketiga, Tuhan Allah menghukum sambil mengerahkan berbagai proses penyelamatan. Pada hakikatnya hukuman Tuhan sebelum hukuman kekal kelak bertujuan untuk menginsyafkan, mendisiplin, memurnikan, membangkitkan proses pertobatan dan menyediakan jalan keselamatan (baca: solusi substansial bagi sebab dan fakta kesengsaraan dunia ini). Jenis hukuman yang Tuhan Allah jatuhkan ke atas Hawa, Adam, dan alam, kendati berbeda-beda jenisnya namun sama tujuan hakikinya yaitu mengandung janji dan efek penyelamatan. Maka, dalam perspektif ini, kini kita alami langsung bagaimana covid-19 sedang memaksa terjadinya berbagai pemurnian dan tranformasi esensial pada kehidupan keluarga, peribadahan, ekonomi, ekologis, sikap hidup, dlsb.

Keempat, bencana dan wabah adalah tanda kuat eskatologis. Dalam ujaran Yesus tentang akhir dari zaman ini, juga dalam rangkaian tulah yang dipaparkan dalam Kitab Wahyu, kita diingatkan untuk awas, berjaga-jaga, waspada membaca tanda-tanda zaman. Karena selain berfungsi sebagai penginsyafan, penyelamatan, pemurnian, pembaruan bendana dan wabah juga berfungsi sebagai alarm kuat akan datangnya tindakan final dari Allah atas manusia dan dunia ini, yaitu entah itu keselamatan kekal atau kebinasaan kekal bergantung pada sikap hidup dan fakta nyata iman manusia.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa tujuan dan maksud Tuhan Allah dalam bencana dan wabah adalah untuk menyatakan semua sifat-sifat-Nya – kasih, rahmat, suci, adil, kuasa, hikmat, dst., sambil membuat berproses dua tujuan kekal final – kemuliaan kekal atau kerusakan kekal atas seluruh tatanan ciptaan.

Karena itu, bagaimana respons manusia orang per orang, keluarga per keluarga, komunitas, suku, bangsa, dunia ini terhadap tujuan dan maksud kekal ilahi itu, akan menentukan destini kekal kita kelak.

 

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply