Perspektif Kristen (selesai)

Jadi bagamana menerapkan semua kebenaran tentang kehidupan, perbuatan dan kematian-kebangkitan-kenaikan Yesus Kristus ini ke dalam perjuangan para murid-Nya membawa perubahan ke dalam dunia yang terancam bencana dan wabah ini?

Orang Kristen harus menghayati arti dan realitas pemuridan sepanjang kehidupannya. “Murid” adalah konsep yang dipakai sepanjang catatan injil-injil tentang para pengikut Yesus Kristus. “Murid” juga dipakai di awal komunitas orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus yang membawa dampak dahsyat ke dalam dunia nyata mereka, sampai kemudian diubah dengan panggilan “orang Kristen” yang artinya segaris dengan murid, yaitu menjadi para Kristus kecil akibat Yesus Kristus hadir dalam kehidupan dan perbuatan para pemercaya. Murid berarti merespons panggilan Yesus, mengikut Dia, belajar tentang Yesus belajar dari Yesus dan belajar Yesus, sampai siap diutus oleh Yesus menjadi penerus misi Yesus Kristus, misio Dei, melangsungkan proses pemuridan berkelanjutan.

Maka dalam pemuridan berlangsung berbagai aspek: 1) relasi pengenalan, 2) pemodelan-peniruan kehidupan, 3) pelatihan dan pemberian otoritas untuk berbuat seperti sang Guru. Ketiga hal ini berlangsung sepanjang kehidupan orang Kristen dan bisa dialami sebagai aspek-aspek yang berjalan berurutan atau secara tumpang tindih. Dengan kata lain pemuridan tidak saja mencakup pembentukan moral dan spiritualitas (relasi, pengenalan, model dan peniruan), tetapi juga mencakup pembentukan berbagai kapasitas karya Kerajaan. Seperti yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan Pokok Anggur yang Benar, dengan hubungan murid yang melekat-menyatu dengan Guru Yesus, terjadi pemurnian dan peningkatan kapasitas para murid-Nya untuk berbuah lebat, bahkan sampai melakukan perbuatan yang lebih besar dari yang Yesus pernah lakukan.

Apa saja proses pemuridan dalam pembentukan kapasitas karya Kerajaan yang dijalani oleh para murid pertama dan para murid selanjutnya? Pertama, para murid belajar tentang sikap dan sifat Yesus yang penuh dengan belas kasihan kepada yang menanggung berbagai penderitaan – sakit penyakit, kerasukan roh jahat, kebutuhan makan. Kita perlu meminta Roh memberi kita hati peka dan berbelas kasih seperti yang Yesus miliki. Kedua, mereka belajar bahwa Yesus memiliki hubungan yang sangat intim dengan Bapa, dan semua pengajaran dan mukjizat yang Ia lakukan memiliki kuasa Kerajaan karena Ia bergantung penuh kepada kehendak dan perkenan Allah Bapa. Kita harus memupuk hubungan iman-harap-kasih yang riil dalam keseharian kita dengan Allah Tritunggal. Ketiga, Yesus cukup sering memperlihatkan kemarahan kudus, khususnya terhadap kuasa-kuasa kejahatan yang menindas atau membelenggu manusia. Kiranya kemarahan kudus terhadap semua kekuatan yang merusak dunia dan manusia milik Tuhan juga hadir di dalam interaksi sosial kita. Keempat, para murid diberi kesempatan untuk belajar mempraktikkan sikap, sifat, prinsip pelayanan Yesus dengan diutus berdua-berdua untuk berbagi kabar Injil dan memberlakukan otoritas ilahi dari Yesus atas roh-roh jahat, sakit penyakit. Praktik dan pemberdayaan kuasa rohani membutuhkan pelatihan, ketekunan, penyiapan diri, dan persekutuan dengan sesama murid lainnya. Kita perlu lebih sungguh bahwa kini Roh menyertai dan memberdaya gereja dan orang percaya dengan berbagai karunia untuk pewujudan karya-karya Kerajaan di dunia ini. Kelima, mereka belajar bahwa karya dan kuasa Yesus Kristus mewujudkan Kerajaan di bumi ini berfokus pada kematian dan kenaikan-Nya. Dan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya menjadi definisi dan sumber bagi pembaruan tuntas dan total Allah atas seluruh ciptaan yang telah dirusak dosa, yaitu pada kedatangan-Nya yang kedua kelak. Maka kematian-kebangkitan menegaskan bahwa solusi tuntas dan total atas dosa, bencana dan wabah sepenuhnya dikerjakan oleh Allah. Solusi ilahi itu sudah terjadi di dalam kematian dan kebangkitan Yesus, sedang terjadi antara lain di dalam karya Kerajaan para murid yang belajar dan mempraktikkan hal-hal tadi dalam kepenuhan Roh Kudus, juga dalam berbagai kejadian natural, budaya, ilmu, sosial, politik secara yang tidak sepenuhnya dapat dimengerti oleh manusia sendiri, dan akan berpuncak pada satu tindakan supernatural penyempurnaan segala sesuatu di dalam semua proses tadi ketika Yesus Kristus datang kelak.

Maka, pemuridan adalah salah satu jalur utama datang dan terwujudnya Kerajaan Shalom yang tanpa bencana dan wabah dan dosa. Itu kita lakukan dengan pola hidup bertanggungjawab menatalayan sumber-sumber daya alami yang mengkonter kerusakan alam karena pola hidup eksploitatif dan konsumtif. Itu kita lakukan dengan partisipasi aktif dalam berbagai karya yang me-re-visi. me-re-formasi, men-transformasi irama kehidupan manusia di berbagai lingkup di mana kita terlibat – komunitas, keluarga, pendidikan, hukum, kesehatan, kesenian, kegiatan ilmiah, teknologi, dlsb. supaya antisipasi kehadiran tanda-tanda Kerajaan boleh terwujud di semua lingkup kehidupan. Itu kita lakukan juga dalam penginjilan dan pemuridan yang tidak berhenti pada keselamatan individual saja tetapi meluas ke relasi dan komunitas dan kontribusi yang holistik komprehensif. Terakhir, pemuridan berarti ada kuasa Roh yang menyertai, memenuhi dan memberdaya orang Kristen untuk melakukan berbagai karya ajaib Kerajaan, termasuk di dalam mengusir roh jahat, membawa shalom ke tengah alam raya, menyembuhkan orang dari sakit penyakit. Shalom telah dimungkinkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus, shalom dalam arti kehidupan yang terintegrasi serasi adalah kehendak umum Tuhan untuk ciptaan, maka orang Kristen boleh dengan yakin memberlakukan shalom dalam kuasa Roh ke berbagai konteks yang membutuhkan shalom. Pada kenyataannya, sebagaimana para murid pernah gagal namun pernah juga berhasil, demikian juga kita mesti melalui proses gagal-berhasil dalam pelayanan mewujudkan tanda dan karya Kerajaan ini. Dan meski kehendak umum Allah adalah tatanan hidup yang bebas bencana, wabah, penderitaan, namun kita menyadari bahwa pewujudan sempurna langit baru bumi baru akan terwujud kelak pada kedatangan Yesus kedua. Maka, yang bisa para murid-Nya kerjakan sekarang bersifat relatif: — relatif ke kemenangan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, — relatif ke belum datangnya Yesus kedua kali, — relatif bahwa kita hidup dalam masa antara. Di masa antara ini entah kita kuat atau kita lemah, kuat kuasa Allah cukup menopang dan memberdaya kita. Maka berarti kita tidak saja berdoa “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” dalam kaitan dengan kehidupan dan karya Yesus Kristus dulu tetapi juga dalam kenyataan kehidupan dan karya kita melalui Roh yang memungkinkan kita menyatu dengan Yesus Kristus yang menang dan akan menuntaskan apa yang sudah Ia kerjakan dulu.

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gamil.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply