Penumpangan Tangan dengan Doa

Foto: komikalkitabanak.com

Doa adalah sabuk penyelamat hidup kita yang utama kepada Allah. Jika hidup Allah diharapkan mengalir ke dalam kita, dan melalui kita ke dalam dunia, kita harus menjadi orang-orang yang berdoa.

Orang Kristen terbiasa mendengar ini dibicarakan, sebab gereja-gereja selalu memberitahu para anggotanya untuk berdoa bagi dunia, bagi masyarakat, bagi kesembuhan orang sakit, bagi penyembuhan bangsa, dan bagi kedatangan Kerajaan Allah. Namun demikian meski diberitahu kita harus berdoa, kerap itu hanya suatu anjuran umum dan kita tidak diberikan petunjuk rinci tentang bagaimana kita harus berdoa.

Dalam jemaat saya kami telah belajar banyak dengan berbagi dalam suatu sekolah doa yang berlangsung selama dua tahun, dengan kami datang bersama sekali sebulan untuk belajar tentang doa penyembuhan. Bulan demi bulan kami menelusur berbagai metode doa sederhana. Setiap metode dijelaskan dengan bantuan bahan panduan tercetak. Sesudah penjelasan, tiap anggota jemaat diberikan kesempatan untuk pergi ke suatu tempat yang tenang dalam gedung gereja dan secara pribadi menaikkan jenis doa yang telah diajarkan. Lalu ada kesempatan untuk bertanya dan berbagi pengalaman. Di akhir petang itu seluruh jemaat dipimpin untuk mengalami/mempraktikkan bersama metode doa yang sama.

Sejak saat itu merupakan privilese bagi saya untuk memimpin sekolah-sekolah doa yang serupa di sejumlah jemaat dan kelompok lainnya. Dalam buku How to Pray When Life Hurts telah saya paparkan sebagian metode doa yang kami temukan dan sebagian pengalaman yang terjadi mengiringi penggunaan metode itu. Saya tidak akan mengulang bahan itu di sini, tetapi izinkan saya memakai buku itu sebagai pendamping pasal ini.

Dua Metode Doa

Metode doa terbagi ke dalam dua jenis. Dalam jenis pertama para penyembah mulai dengan merenungkan kebenaran Kristen dasar seperti tentang kuasa perlindungan dari damai Allah, atau janji bagi orang-orang beriman tentang kehadiran Yesus hari lepas hari, atau karya penyembuhan batin dari Roh Kudus, atau banyak kebenaran yang tertampung dalam Doa Bapa Kami atau Pengakuan Iman Rasuli. Sementara kita merenungkan kebenaran-kebenaran ini kita menemukan diri kita menyerap dan menyalurkan implikasi-implikasi penyembuhan dari dalamnya, baik manfaat bagi kita sendiri maupun bagi orang lain.

Jenis doa satunya lagi mulai dengan mengakui pengalaman sama tentang hidup dan menemukan bahwa dalam tiap kasus ada satu cara doa spesifik yang cocok bagi pengalaman tersebut. Jenis pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah sebagai berikut:

Bagaimana Anda berdoa ketika Anda merasa bersalah atau malu?
Bagaimana Anda berdoa ketika Anda marah atau tertekan?
Bagaimana Anda berdoa ketika hidup terluka?
Bagaimana Anda berdoa ketika Anda cemas atau takut?
Bagaimana Anda berdoa ketika Anda sibuk dan tegang?
Bagaimana Anda berdoa ketika Anda merasa cemburu atau iri?
Bagaimana Anda berdoa ketika Anda atau orang lain sakit?
Bagaimana Anda berdoa ketika sepertinya sakit tidak membaik?
Bagaimana Anda berdoa ketika dalam kedukaan?

Dari semua situasi itu dan banyak lagi lainnya, kehendak Allah adalah menjumpai kita di keadaan kebutuhan kita melalui Yesus Kristus dan melalui perjumpaan itu terjadi kesembuhan dan perbedaan yang mengubah hidup.

Saya sangat bersukacita melihat perubahan nyata yang terjadi pada mereka yang berpartisipasi dalam suatu sekolah doa. Ingat Lydia yang pendengarannya sembuh di sebuah sekolah doa di Pulau Man. Kami ingat juga Jacyntha. Ia memberitahu saya bahwa ia ragu akan sanggupkah mengambil bagian yang berarti dalam sekolah doa yang ia ikuti, sebab intensitas kesakitan dari artritis yang ia derita. Tetapi ia mengalami bahwa ketika kursus petang itu berlangsung seluruh rasa sakitnya diambil darinya. Di akhir petang itu ia berbagi pengalaman penyembuhannya dengan kami, dan kami semua mensyukuri Allah untuk itu.

Bahkan lebih berarti lagi adalah kasus Mara, yang sepertinya mengalami suatu perubahan kepribadian secara total dalam suatu sekolah doa penyembuhan. Para anggota jemaatnya menghubungi saya sesudahnya dan mengatakan bahwa perempuan yang tadinya pahit, aneh, dan tidak puas ini, yang telah sering membuat mereka dicobai untuk menghindarinya, dalam waktu semalam telah menjadi kesukaan bagi mereka semua–suatu pengingat bahwa penyembuhan Kristen sama memerhatikan masalah mental dan roh seperti juga masalah tubuh.

Saya merasa bersemangat dan merendah bahwa hanya dengan membaca How to Pray When Life Hurts cukup membawa penyembuhan bagi beberapa orang. Lynne, asisten redaksi yang mengurus suatu penerbitan Kristen, kebetulan menemukan buku itu dan kemudian ia menulis ke saya demikian:

Betapa terberkati saya dengan membaca How to Pray When Life Hurts. Sesudah mengikuti doa-doa yang diuraikan dalam buku Anda itu, hanya dalam beberapa minggu saya menerima kesembuhan dari Tuhan untuk kondisi sakit leher dan sakit kepala saya yang untuknya sudah dua tahun saya menjalani fisioterapi.

Anda dapat menulis buku doa Anda sendiri, dan di dalamnya Anda dapat paparkan metode-metode doa yang terbukti menolong dan membawa penyembuhan bagi Anda secara pribadi, ketika hidup telah melukai Anda atau mereka yang Anda kasihi.

Sebagai contoh, metode doa Ignatian membayangkan peristiwa-peristiwa alkitabiah dalam akal budi Anda. Dalam imajinasi Anda mengalami pemandangan, suara, dan aroma dalam tiap kisah Alkitab. Anda berusaha masuk ke dalam pengalaman orang yang terlibat di tiap peristiwa itu dan mungkin dipimpin untuk mengidentifikasi diri Anda dengan salah seorang dari mereka atau barangkali membayangkan Anda sendiri ikut dalam kisah itu. Sementara dalam imajinasi itu Anda berjumpa Yesus, Anda berusaha mendengar suara-Nya dan merasakan jamahan-Nya. Anda membawa baik diri Anda sendiri maupun siapa saja yang Anda ingin doakan ke dalam hadirat-Nya, supaya mereka boleh menjadi pemberian bagi-Nya dan Ia menjadi pemberian bagi mereka.

Jika Anda rasa metode ini wajar dan menolong, Anda dapat secara bertahap menelusuri kehidupan Yesus, mulai dari kisah Natal dan kemudian memilih berbagai peristiwa dalam hidup dan pelayanan Yesus–misalnya, penyembuhan orang yang diusung teman-temannya dan diturunkan dari atap rumah ke hadapan Kristus (Mat. 9:1-8; Mrk. 2:1-12; Luk. 5:17-26)–dan kemudian beranjak ke peristiwa-peristiwa Minggu Kudus, Jumat Agung, dan Paskah, dan lanjut ke peristiwa-peristiwa penting Pentakosta dan Hari Kenaikan.

Mungkin menolong jika saya menawarkan sebuah contoh. Mari kita ambil salah satu kejadian dalam daftar di atas yang bagi banyak orang sukar untuk diimajinasikan–yaitu peristiwa Hari Kenaikan. Usul saya ialah Anda membuat kesempatan dalam jadwal Anda untuk berdoa, dan coba metode ini bagi diri Anda.

Embusan Udara Gunung:
Sebuah Meditasi-Doa di Hari Kenaikan

Mulailah dengan membaca kisah tentang kenaikan dalam Matius 28:16-20 dan Kisah Para Rasul 1:6-9.

Bayangkan diri Anda di Gunung Kenaikan, bersama para murid. Jika Anda belum pernah ke Palestina, pilih salah satu bukit yang Anda tahu dan suka, mungkin dari daerah Anda sendiri atau dari suatu pengalaman liburan. Bukit itu bisa berfungsi untuk maksud doa juga.

Sambil Anda menanti bersama para murid, pikiran Anda menerawang ke kejadian-kejadian menjelang kenaikan.

Anda kilas balik ke kepedihan dan misteri penyaliban. Kasih tergantung di salib karena dosa-dosa, kita telah menyalibkan-Nya dan Ia berkata, “Aku tidak akan menyerah–dan Aku tak akan membalas.” Ingatlah kata-kata Alkitab:

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (Yes. 53:3-5)

Lalu Anda mulai berpikir tentang misteri kebangkitan. Kasih bisa dimatikan tetapi tidak dapat ditahan oleh maut dalam kematian. Kebencian, meski membunuh, memiliki kematian di hatinya dan akan hancur sendiri, sementara kasih, meski mati memiliki hidup di hatinya dan akan bangkit kembali. Jadi Yesus hidup, dan laporan tentang kebangkitan-Nya berdatangan dari banyak sumber: dari perorangan, dari kelompok-kelompok kecil, dari kelompok lebih besar dan sekali dari kumpulan berjumlah lima ratus orang (1Kor. 15:3-8).

Para murid bingung. Sebagian ragu (Mat. 28:17), tetapi kemuridan terbukti lebih kuat daripada keraguan. Kristus telah memanggil Anda juga ke Gunung Kenaikan, dan kini Anda di sini.

Kemudian tiba-tiba Yesus tampak bersama Anda. Ia terlihat mulia. Anda tergerak untuk menyembah, seperti Tomas ketika ia mengucapkan perkataan terkenal itu “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28).

Bayangkan kejadian itu. Ambil waktu Anda. Sebagaimana dikatakan oleh St. Teresa, “Tergesa-gesa adalah kematian doa.” Jadi diamlah, lihat, dan dengar.

Yesus bicara tentang hal Ia menjadi raja. “”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Terimalah Ia sebagai raja–dalam tubuh Anda, akal budi Anda, roh Anda, sikap Anda, relasi Anda, dan gaya hidup Anda. Terima otoritas-Nya sebagai raja dalam waktu dan dalam kekekalan.

Ia bicara tentang pengutusan-Nya dan pengutusan Anda juga. Anda harus masuk ke dalam dunia bagi Dia. Anda tidak saja harus menjadi seorang murid tetapi memuridkan orang lain (Mat. 28:19). Anda harus menjadi saluran kasih-Nya, kuasa-Nya, maksud-Nya. Terimalah pengutusan ini.

Ia bicara tentang kemahahadiran-Nya. Hari Kenaikan adalah perayaan tentang kemahahadiran Yesus. Semasa pelayanan-Nya di bumi dan bahkan semasa empat puluh hari sesudah Paskah, Yesus hanya hadir di satu tempat pada satu saat, tetapi kini semua pembatasan waktu dan ruang telah disingkirkan. Kita memiliki janji-Nya, jaminan-Nya: “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Terimalah dan rayakan firman-Nya.

Kemudian, di puncak Gunung Kenaikan awan mulai mengitari Yesus. Awan makin lama makin tebal sampai Ia tidak lagi terlihat. Dalam pengistilahan tradisional terjemahan Alkitab, “awan menutup-Nya dari pandangan mereka” (Kis. 1:9). Ketika awan kembali cerah, Ia telah pergi–pergi ke takhta-Nya.

Di manakah takhta-Nya? Di surga. Dalam kata-kata Pengakuan Iman Nicea, “Ia naik ke dalam Surga dan duduk di sebelah kanan Bapa”–melampaui ruang dan waktu. Usahakan yang mustahil. Bayangkan sang Kristus kosmis.

Takhta-Nya juga di dalam hati tiap orang percaya. Sekali lagi tegaskan ulang pentakhtaan-Nya dalam kehidupan Anda. Sebagaimana ditulis oleh Caroline Maria Noel dalam himne “Di Hadapan Nama Yesus”:

Dalam hatimu takhtakan Dia;

Di sana biarkan Ia menaklukkan

Semua yang tidak kudus,

Semua yang tidak benar;

Mahkotakan Dia sebagai Komandanmu

Dalam saat pencobaan,

Biarkan kehendak-Nya merangkulmu

Dalam terang dan kuasa-Nya.

Ingat Anda tunduk di bawah sang Raja (Flp. 2:10).
Ingat Anda adalah prajurit sang Raja (1Tim. 6:12).
Ingat Anda adalah anggota Keluarga Kerajaan dan berbagi dalam otoritas dan kuasa sang Raja (Why. 1:6).

Resapi kesan tentang status dan peran Anda sementara Anda mengklaim dan mempraktikkan kemahahadiran-Nya. Ini adalah suatu pengalaman yang menyembuhkan. Berada bersama Yesus selalu berakibat demikian. Ini juga pengalaman yang memberdayakan. Jadi bawa kepada Yesus siapa saja yang Anda ingin doakan. Pegangi mereka di hadapan sang Kristus kosmis. Pegang mereka di hadapan Kristus yang bertakhta di hati Anda. Ingat bahwa Ia bersama Anda dan Ia bersama mereka yang Anda doakan. Tegaskan kehendak Kristus yang kudus dan menyembuhkan, sang Raja yang telah naik dan maha hadir.

Tetaplah dalam tempat kudus ini, hiruplah udara di Gunung Kenaikan ini selama yang Anda inginkan. Dengarkan pengutusan spesifik apa yang sang Raja mungkin ingin berikan bagi Anda.

Lalu ketika waktunya tepat, sambil Anda turun dari puncak gunung, berdoalah:

Allah Mahakuasa, melalui Kristus Raja kami, aku persembahkan kepada-Mu jiwa dan tubuhku. Utuslah aku pergi dalam kuasa Roh-Mu ke dalam hidup dan kerja demi kepujian dan kemuliaan-Mu. Amin.

Anda mungkin perlu melatih metode doa ini beberapa kali sebelum doa ini menjadi hidup bagi Anda. Saya harap cepat atau lambat doa ini akan bercahaya bagi Anda dengan sinar Yesus dan menjadi suatu cara doa yang mengasyikkan, membebaskan, menterapi Anda. Saya harap Anda dan mereka yang Anda doakan akan mendapat manfaat sementara Anda mempersembahkan doa ini dan diri Anda kepada Allah. Namun demikian jika metode doa ini tidak cocok bagi Anda, tidak perlu khawatir; doa Ignatian memang tidak tepat bagi semua orang. Jika Anda bukan tipe Ignatian, coba bentuk doa penyembuhan yang lain. Allah tidak terbatas, dan jalan-jalan doa kepada-Nya pun tidak terbatas. Mungkin akan menolong mencoba metode alternatif doa-Alkitab seperti yang akan Anda dapatkan dalam Pasal 11.

Penumpangan Tangan

Pasal ini diberi judul “Penumpangan Tangan dengan Doa.” Sampai sejauh ini saya belum bicara tentang penumpangan tangan. Ini disengaja, sebab ketika tangan ditumpangkan ke atas penderita dengan doa dalam pelayanan penyembuhan Kristen, doa lebih penting daripada tangan.

Namun ini tidak berarti penumpangan tangan tidak penting. Penumpangan tangan selalu berada di tempat sentral dalam pelayanan penyembuhan Kristen, dan ada berbagai alasan untuk ini.

Mengapa Menumpangkan Tangan?

Menyentuh ketika kita berusaha untuk menolong atau menghibur adalah hal yang alami. Ketika seorang anak kecil jatuh dan lututnya lecet lalu mendatangi ibunya sambil menangis, ibunya secara alami tahu bahwa tidak cukup hanya berdiri dari kejauhan dan mengatakan bahwa ia akan membaik. Dengan insting ia akan mendudukkan anaknya di pangkuannya, mengelus lutut itu dan berkata, “Sekarang akan jadi lebih baik.” Dan memang, itu terjadi! Ada penyembuhan dalam sentuhan kasih.

Alkitab memberitahu kita bahwa Yesus memperlihatkan unsur alami perhatian manusiawi ini ke dalam inti pelayanan penyembuhan yang Ia lakukan. Sebagai contoh, sesudah menyembuhkan ibu mertua Petrus: “Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka” (Luk. 4:40).

Yesus berharap para pengikut-Nya memasukkan penumpangan tangan ke dalam inti pelayanan penyembuhan yang mereka terima dari Dia. Ia berkata, “Orang-orang yang percaya akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk. 16:17-18). Dengan kata lain gereja Kristen sebagai tubuh Kristus, tidak saja harus membicarakan Firman Kristus tetapi juga memberi jamahan Kristus.

Penting diperhatikan bahwa prasyarat penumpangan tangan ini bukan pentahbisan kepada pelayanan kependetaan atau penerimaan beberapa karunia khusus. Penumpangan tangan ini semata suatu kepercayaan sederhana–iman dalam Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, percaya akan pelayanan penyembuhan-Nya, percaya akan keabsahan keberlangsungan pelayanan penyembuhan dalam tubuh-Nya, yaitu gereja.

Tidak ragu bahwa penumpangan tangan berjalan serasi dengan doa untuk kesembuhan. Kerap, ketika saya melawat seorang yang sakit, tidak cukup waktu untuk doa yang panjang seperti dicontohkan dalam perenungan Ignatian tentang Kenaikan di atas. Hanya beberapa menit tersedia untuk memfokuskan kreativitas Allah Bapa, kehadiran yang menyembuhkan dari Allah Anak dan ketersediaan Roh Kudus, dengan semua kuasa-Nya yang memberi hidup pada orang sakit tersebut. Jadi biasanya saya memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang ada itu dengan meletakkan satu atau dua tangan saya di kepala orang bersangkutan, dan jika satu tangan saya bebas akan saya gunakan untuk menggenggam tangannya. Atau mungkin (lebih jarang dan hanya jika pada tempatnya) saya menyentuh bagian tubuhnya yang sakit.

Biasanya saya berdoa spontan ketimbang menggunakan suatu rumusan doa. Sebagai contoh saya bisa jadi berdoa seperti ini:

Bapa, kiranya tangan-tangan saya menyampaikan jamahan Yesus, kasih Yesus, kuasa penyembuhan Yesus. John (Mary), saya klaim semua yang Allah miliki dalam hati-Nya yang pemurah itu untukmu di sini dan kini. Allah Bapa kita dan Pencipta menciptakanmu ulang oleh kemahakuasaan-Nya dalam tubuh, akal budi, dan rohmu. Allah Anak, Tuhan kita Yesus Kristus, menjumpaimu di keadaan kebutuhanmu dan memegangi kamu dalam hadirat-Nya yang penuh kuasa dan kasih. Dan pengaruh yang menyembuhkan dari Allah Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi hidup, bergerak di dalammu, membebaskanmu dari semua yang melukaimu dan membawa untukmu hidup baru di tiap tingkat keberadaanmu. Berkat dari Allah Yang Mahakuasa, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, turun ke atasmu, menggelora di dalammu dan membawakan untukmu keutuhan, kesukaan, dan kedamaian. Amin.

Penumpangan tangan dengan doa lebih singkat juga adalah unsur kunci dari kebaktian-kebaktian penyembuhan Kristen yang kami adakan. Uraian rincinya akan terdapat dalam Pasal 9.

Apa yang Kita Harapkan Terjadi?

Ketika doa Kristen dan penumpangan tangan datang bersama dalam suatu tindakan pelayanan, entah secara pribadi atau publik, hal berarti dapat terjadi.

Sebagian orang mengalami perasaan aneh ketika mereka menumpangkan tangan ke atas penderita dalam nama Yesus. Sebagai contoh para pelayan terkadang dapat mengalami tangannya seperti kesemutan atau bergetar. Bahkan bisa lebih aneh lagi bagi yang ditumpangkan tangan. Tess memberitahu saya bahwa tangan saya merah panas ketika saya menumpangkan tangan untuk kesembuhannya. Itu mengherankan, sebab tangan saya biasa saja–tetapi Tess perlu belajar bahwa ada sesuatu dalam kehidupannya yang ingin Allah bakar dan lenyapkan. Menurut Eric, ia mengalami suatu kejutan listrik ketika ia menerima penumpangan tangan. “Bagaimana Anda melakukan itu?” tanyanya kepada saya. Orang lain mengalami perasaan kesemutan atau cahaya amat terang. Sebagian kecil mendapatkan diri mereka terjatuh ke lantai ketika saya menumpangkan tangan ke atas mereka–sesuatu yang agak membuat saya malu!

Jika ada suatu maksud dalam pengalaman semacam tadi, mungkin itu adalah untuk mendorong dunia kita yang materialistik dan lapar sensasi agar menerima penyembuhan Kristen secara serius. Dunia ini menyukai dan barangkali membutuhkan tanda-tanda kasat mata tentang kuasa. Tetapi saya ingin menegaskan keyakinan saya bahwa fenomena ini bukan suatu pedoman tentang terjadi atau tidaknya penyembuhan. Saya pernah mengalami fenomena mengejutkan tanpa terjadi kesembuhan sesudahnya. Di pihak lain, saya tahu banyak kasus di mana tidak ada perasaan apa pun terjadi selagi penumpangan tangan tetapi kesembuhan mengherankan mengikuti.

Perawat muda itu pasti terkejut ketika dokter gigi yang saya kisahkan dalam Pasal 3 dengan suhu badan yang meninggi telah balik ke normal. “Termometer ini rusak,” ujarnya. “Termometer ini pasti salah.” Tetapi termometer itu bekerja baik, dan termometer kedua membuktikan itu. Saya juga teringat kejutan yang dialami oleh seorang perawat senior rumah sakit sesudah saya menumpangkan tangan dan berdoa bagi seorang perempuan yang menurut perawat itu “sedang sekarat,” dan tubuh yang hampir menjadi mayat itu tiba-tiba bangun dan seterusnya mengalami pemulihan yang di luar dugaan. Namun demikian dalam kedua contoh ini sang penderita tidak merasakan apa pun yang luar biasa saat penumpangan tangan.

Pengharapan saya ialah bahwa ketika doa diiringi penumpangan tangan, entah diikuti oleh sensasi atau tidak, selalu akan ada pemberkatan dan penguatan kecuali Tuhan ditolak. Kerap pemberkatan dan penguatan akan diikuti oleh semacam penyembuhan jasmani, mental atau spiritual. Ini bisa jadi menyeluruh atau sebagian. Dalam banyak kasus hal ini dapat dijelaskan secara medis, seperti halnya dengan kasus Mildred dalam Pasal 4. Terkadang kesembuhan itu sama sekali tidak dapat dijelaskan, dan kita mungkin berpikir apakah harus menjelaskannya sebagai mukjizat. Secara paradoks, kerap “dampak” terjadi paling baik ketika akal budi kita tidak dikuasai dengan pertimbangan-pertimbangan ini dan kita tidak mengizinkan kecemasan kita menghalangi antara Tuhan dan kesadaran kita akan Dia.

Paling baik kita ingat bahwa jamahan Yesus diingini demi kepentingannya sendiri, demi Ia sendiri, terlepas dari hasil bawaan bersama jamahan itu.. Namun demikian, jika “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8), jamahan-Nya tidak pernah tidak menjadikan sesuatu terjadi. Ketika tubuh Kristus memberikan jamahan Kristus dalam konteks doa yang berharap, suatu saluran penyembuhan terbuka, dan kita dapat menyerahkan hal berikutnya ke dalam tangan Tuhan.

Kisah Julia

Saya telah menulis tentang pokok ini cukup panjang, tetapi saya ingin melanjutkan dengan menceritakan satu lagi kisah, sebab ini berkaitan dengan suatu kejadian yang terjadi kemarin tepat sementara saya menyelesaikan pasal ini.

Julia, anggota jemaat kami, menderita perdarahan otak dan harus dilarikan ke rumah sakit. Seluruh jemaat membungkus ia dengan doa, dan operasi agaknya berhasil. Kemarin saya pergi melawat dia. Ia bersyukur atas semua yang telah dilakukan untuknya, tetapi wajahnya meringis menahan hentakan rasa sakit. Sambil saya duduk di tepi ranjangnya saya raih salah satu tangannya ke dalam genggaman kedua tangan saya, menutup mata saya dan mulai berdoa–bukan dengan berkonsentrasi pada denyut-denyut rasa sakitnya yang memang menggodanya untuk merasakan itu saja tetapi dengan meneguhkan kedamaian dan kuasa dan kehendak Allah untuk menyembuhkan.

Ketika saya membuka kedua mata saya sesudah berdoa kira-kira lima sampai sepuluh menit, saya lihat Julia meraba kepalanya dengan salah satu tangan dan duduk dengan ekspresi wajah cerah. “Telah hilang,” katanya, “Saya rasakan sakit itu pergi, keluar dari kepala saya, melalui tangan saya dan lenyap.” Dengan hati-hati ia letakkan tangannya di beberapa bagian kepalanya. Dengan tiap sentuhan ia berkata, “Tidak ada denyut sakit di sini–tidak ada di sini–tidak di sini.”

Sementara saya duduk dan menatap dia, saya lihat bentuk wajahnya kelihatan telah berubah sambil ia senyum dan relaks. Bahkan bekas-bekas luka operasi agaknya juga menyembuh.

Saya katakan ia terlihat beda. Ia beritahu saya ia memang merasa beda. Kami duduk dalam keheningan sejenak. Allah terasa sangat besar dan saya merasa diri sangat kecil.

Sambil saya pamit ia mengucapkan empat kata yang saya percaya tak akan pernah saya lupakan. Ia hanya berkata, “Anda adalah utusan Allah.”

Sungguh, setiap kita boleh menjadi utusan Allah juga.

Be the first to comment

Leave a Reply