Penguatan

Foto: pikist.com
Saya menderita perasaan tertekan melalui kesukaran. Perasaan tertekan
kerap diikuti oleh perasaan kecil hati, yang dapat dengan mudah
menyebabkan kehabisan tenaga. Kehabisan tenaga mirip nyala lentera
yang kehabisan bahan bakar. Ketika lentera kehabisan bahan bakar ia
hanya membakar sumbunya, yang menghasilkan asap tanpa cahaya. Ketika
kita “membakar sumbu” dalam kehidupan kita, kita dapat menderita
kekecewaan dan kelelahan sangat parah. Pada masa inilah kita kerap
menghadapi pencobaan serius. Kita bisa menjadi depresi dan ingin
menyerah. Hidup terasa tidak bermakna, menempatkan kita dalam ancaman
bahaya besar.
Dalam How to Influence People (Bagaimana Memengaruhi Orang), John
Maxwell dan Jim Dornan mengingatkan kita bahwa “hanya sedikit hal
selain penguatan dapat menolong orang.” Bahkan, George M. Adams
menyebut itu “oksigen untuk jiwa.” Ketika Anda menyalakan lilin dan
menaruhnya dalam botol kaca, oksigen membuat api tetap menyala, jika
Anda menutup botol itu, pasokan oksigen habis, dan api itu akan padam.
Ada nyala api dalam dunia batiniah kita juga. Penguatan adalah oksigen
yang membuat api tersebut tetap menyala terang. Ketika kehidupan
menjadi sukar dan kita kekurangan penguatan, kita mulai memudar dan
padam. Ketika kita dikuatkan, kita mendapatkan kekuatan dan dapat
bergerak kembali.
Kata “penguatan” berakarkan kata “kuat” atau padanannya “pemberanian”
berakar kata “berani.” Menguatkan berarti menaruh kekuatan
(memberanikan adalah menaruh keberanian) ke dalam seseorang.
Memasukkan energi ke dalam seseorang. Banyak orang hidup tanpa
keyakinan, dan begitu banyak yang menjadi kecil hati. Terkadang bahkan
mereka yang tampaknya berhasil menderita perasaan rendah diri. Maka
semua orang membutuhkan penguatan untuk pemulihan energi.
Saya tahu apa artinya bergelimang dalam rawa depresi. Saya sangat
bersyukur untuk penguatan yang saya terima pada masa itu; tangan
Allahlah yang telah menarik saya ke luar. Saya tidak pernah melihat
orang yang tidak butuh penguatan. Setiap orang, setiap hari butuh
dukungan dari orang lain. Itu merupakan dasar bagi kelangsungan hidup
kita sebagaimana kita membutuhkan makanan, air dan oksigen. Semakin
limpah pasokan dukungan kasih, semakin kita akan berdaya. Dan dalam
kelimpahan kita, kita kemudian dapat berbagi dengan orang yang
membutuhkan.
Jenis penguatan yang tepat menolong kita untuk mencoba sesuatu yang
baru. Ia juga dapat menyanggupkan kita untuk bertekun — untuk
mengambil satu langkah maju lagi. Ketika kita melakukan sesuatu yang
baik dan penting, tidak selalu akan terjadi hasil langsung. Orangtua
dan guru menghadapi tantangan dan tugas yang melelahkan itu. Tetapi
penguatan mengandung kuasa untuk menolong mereka untuk melanjut.
Penguatan dapat juga menolong kita memulai kembali beberapa usaha
tertentu yang mungkin telah kita tinggalkan, terkadang perlu energi
lebih banyak untuk memulai kembali sesuatu ketimbang mempertahankan
sesuatu, maka kita butuh penguatan untuk mengakhiri dengan baik tanpa
tersandung. Banyak tugas mulia telah ditinggalkan tanpa penyelesaian
karena kurangnya penguatan. Sebagaimana yang kita tahu dari
pengalaman, kehidupan bukan lari cepat; ini adalah lomba maraton, yang
menyebabkan kita tidak boleh tergesa atau terlalu cepat.
Penguatan bisa berarti menyemangati seseorang. Kita tahu pengaruh
surat atau kartu dengan perkataan hangat dan pemberian kecil. “Marilah
kita saling memperhatikan supaya kita mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik” (Ibrani 10:24). Mari kita menyimpan kata-kata
penguatan yang kita terima semasa kesukaran dan membagikannya dengan
orang sekeliling kita yang sedang menjalani masa-masa sukar mereka.
Pada puncaknya, kita bersyukur untuk Roh Kudus, yang adalah Penguat
dan Pengurap kita. Melalui Alkitab, perjumpaan dengan orang baik dan
penguatan untuk memusatkan mata kita pada Yesus, Roh Kudus memulihkan
dan menguatkan kita. Kemudian, ketika kita menghidupi kehidupan
seorang yang memberi penguatan, kita menjadi peniru Allah. Inilah
sebab kehidupan seorang penguat itu indah adanya.
(Joshua Choonmin Kang, Spiritualitas Kebersyukuran, psl 26)

Be the first to comment

Leave a Reply