Menghasilkan Buah melalui Merenungkan Alkitab

Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah
mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik
dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.
L U K A S 8 : 1 5

Belajar Alkitab dengan hati, membuka pintu untuk perenungan. Apabila kita merenungkan kata-kata Alkitab secara mendalam, kita mulai menghasilkan buah. Tetapi sebelum kita dapat melakukan perenungan yang alkitabiah, kita harus memiliki perbendaharaan Alkitab di dalam hati kita. Kata-kata Alkitab harus aman disimpan dalam rongga dan ruang hati kita paling dalam. Perenungan Alkitab seumpama sapi mengunyah makanannya berulang kali, kita mengunyah pemikiran alkitabiah secara sengaja dan menyeluruh; maksudnya, kita memamah biak firman dalam akal dan hati kita.

Harus diingat bahwa mencerna Firman lebih penting daripada menelannya; makanan sendiri tidak berguna bagi kita kecuali diubah menjadi energi. Makanan yang telah dicerna memenuhi kebutuhan tubuh melalui darah, dan dengan demikian makanan dapat disebut sebagai memberikan persediaan untuk kehidupan itu sendiri. Menghafal Firman seumpama menelan Firman, sedangkan merenungkan adalah mencerna makanan rohani itu.

Yesus membandingkan Firman Allah dengan benih (Lukas 8:11). Benih berukuran kecil dan sukar dipegang, tetapi masing-masingnya penuh dengan kehidupan. Satu biji mengandung ribuan pohon apel. Satu pohon ara mengandung ribuan benih ara. Sebagaimana seorang bijak mengatakan, misteri kehidupan terkandung di dalam sebiji benih.

Setiap firman Alkitab adalah sebiji benih. Tanamlah masing-masing firman dalam kebun batin Anda dan Anda akan menghasilkan lebih banyak buah daripada yang anggota tubuh Anda dapat pikul. Kita dapat mengukur kekayaan rohani orang dengan kerimbunan kebun rohani mereka, yang tumbuh subur dengan mereka menghafalkan Alkitab.

Gembala yang memberi makan kawanannya dengan firman-firman Allah memperkaya mereka melampaui yang diharapkan. Tetapi si gembala akan tetap miskin sampai ia juga diisi dengan pakan yang sama dengan melimpah. Semakin banyak Alkitab yang sang gembala hafal, semakin sehati kawanannya dan semakin cepat ia berkembang biak.

Petani menuai apa yang ia tabur dan tidak lebih. Jika sang petani menabur di tanah yang baik, hasil panennya akan melimpah ruah. Ini jelas adalah hukum pertanian yang berlaku juga dalam kerohanian; yang akhirnya akan menuai buah rohani adalah lelaki maupun perempuan manusia Allah, sedemikian banyaknya melebihi yang mereka tahu bagaimana memperlakukannya.

Petani menanam benih, memupuk tanaman dan menuai buah. Dalam artian ini, perenungan adalah periode antara menanam benih dan menghasilkan buah, atau periode antara menelan dan mencerna,

Surat Petrus yang pertama menyatakan progres yang sama. Pertama ia mendorong pembacanya untuk membuang segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Kemudian, “jadilah seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:2).

Nasihat Petrus tetap berlaku untuk orang Kristen hari ini. Apabila kita merenungkan Firman Allah, kita akan menghafal Firman Allah itu. dan bila kita menghafal Firman Allah, kehidupan rohani kita akan tumbuh seperti yang tidak kita kenal sebelumnya.

(Joshua Choonmin Kang, Alkitab Dalam Hati, psl 1)

Be the first to comment

Leave a Reply