Mengerti Alkitab sebagai Kitab Utuh

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara
kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

I B R A N I 1 : 1 – 2

Tiap anak Allah harus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi mereka yang melayani orang lain harus mengenal Alkitab dari dalam sampai luar. Jika tidak, mereka bukan membodohi siapa-siapa tetapi diri mereka sendiri.

Kita bisa dibilang mengetahui Alkitab apabila dapat meliput dari satu ujung ke ujung lain Alkitab, menemukan utas dan tema yang umum, menimbang berbagai penafsiran berbeda, memberi perhatian lebih ke satu nas tertentu ketimbang lainnya. Apabila kita menempuh program menghafal Alkitab dalam ukuran cukup besar, segera kita mulai menghubungkan butir dan tema sentral yang muncul bagaikan untaian butir-butir mutiara.

Salah satu contohnya adalah khotbah Stefanus yang dicatat di Kisah Para Rasul pasal tujuh. Ia seorang awam yang memiliki penguasan Alkitab tingkat rabi. Ketika tiba ia membela dirinya terhadap tuduhan berat, ia sanggup mengingat nas-nas kunci dan tema-tema besar Perjanjian Lama. Ia dapat mengingat sejarah alkitabiah dalam terang pribadi Kristus. Menjawab isu-isu mengganggu yang dibangkitkan oleh para intelektual, Stefanus membalikkan keadaan terhadap mereka. Yohanes mencatat Yesus berkata kepada orang Yahudi, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku” (Yohanes 5:39).

Menurut rasul Paulus, siapa saja yang memahami Alkitab melihat Kristus di setiap bagiannya. “Senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:4-5).

Demikian juga, pengetahuan menyeluruh akan Alkitab berakibat pada mengerti rahasia-rahasia Allah. Menurut Paulus, keseluruhan misteri Allah itu tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri, “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kolose 1:27). Rahasia lainnya adalah injil. Paulus berkata, “Berdoalah juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil” (Efesus 6:19).

Satu lagi rahasia lain adalah kerajaan Allah dan gereja: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat” (Efesus 5:31-32).

Menurut Injil Matius, realitas ilahi jauh melebihi yang dapat ditampung oleh akal budi manusia; itulah sebab Yesus memakai berbagai perumpamaan ketika ingin mengajarkan tentang kerajaan. “Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ‘Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan’” (Matius 13:34-35).

Pengetahuan menyeluruh juga menyadari sifat progresif dari penyataan alkitabiah – bagaimana Perjanjian Lama mengandung banyak ajaran Perjanjian Baru. Menurut penulis Kitab Ibrani, “pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (Ibrani 1:1-2).

Cukup jelas, Yesus adalah model kita dalam banyak cara lainnya, juga adalah model dalam hal menghafal Alkitab. Ia mengenal benar isi Alkitab, mengetahui ayat-ayatnya di hati dan menafsirkan Perjanjian Lama dalam terang sejarah penyelamatan.

Tidaklah terlalu dini, tidak juga terlalu terlambat, untuk memulai program penghafalan Alkitab yang serius dengan maksud memiliki pengenalan lengkap tentang arti Alkitab secara utuh. Ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian dalam proses ini, Roh memainkan peran-Nya, mengurapi roh kita, memberikan kita anugerah pengajaran-Nya.

(Joshua Choonmin Kang, Alkitab Dalam Hati, psl. 3)

Be the first to comment

Leave a Reply