Mendengarkan dan Memberi Penyuluhan

Terkadang cara membawa penyembuhan kepada orang yang tertekan adalah
menawarkan “penumpangan telinga” bukan menawarkan penumpangan tangan.
Dalam Pasal 4 saya menceritakan kisah Betty, perempuan muda yang
mengidap gejala kecemasan mendalam yang bersumber dalam pengalaman
masa kecilnya. Kebutuhannya ialah untuk penyuluhan intensif jangka
panjang. Untung saya telah menerima beberapa petunjuk tentang
psikoterapi dasar Kristen. Juga untung bahwa saya tahu beberapa
personil medis yang terlibat dalam perawatan Betty. Sehingga selama
beberapa bulan ke depan, sementara melalui delapan sesi penyuluhan
yang masing-masing berlangsung satu setengah jam, saya juga sanggup
menyediakan riwayat kasusnya secara sistematis dan memberikan itu
kepada dokter keluarga Betty, ke konsultannya dan ke seorang psikiater
yang saya kenal untuk mendapatkan komentar dan advis. Akibatnya adalah
suatu contoh penyembuhan Kristen yang indah dan menetap.

Dalam arsip saya ada banyak riwayat kasus serupa, sebagiannya dengan
lampiran komentar medis yang diberikan kepada mereka. Namun untuk
sebagian besar isi pasal ini saya tidak akan mengajukan usul yang
mengacu ke catatan tersebut, karena “penumpangan telinga” yang kerap
menyediakan suatu saluran bagi penyembuhan Kristen tidak bergantung
pada keahlian profesional. Tidak semua orang diperlengkapi untuk
memberikan penyuluhan. Penyuluhan adalah suatu prosedur teknis yang
menuntut latihan khusus. Namun demikian, semua orang dapat
mendengarkan, dan perhatian khusus pasal ini ialah tentang kuasa
penyembuhan dari mendengarkan yang sederhana.

Kuasa dari Mendengarkan

Saya belajar tentang kuasa ini ketika masih remaja. Saya diundang
mengikuti suatu pertemuan antar tetangga, tetapi pada hari pertemuan
itu saya merasa hampir tak kenal seorang pun. Semua orang di sana
terkesan mengenal satu sama lain. Mereka berdiri berkelompok sambil
tertawa dan berbicara dengan senang. Sebaliknya saya merasa kesepian
dan tidak aman, dan segera saya merasa ingin pulang.

Lalu terjadilah itu–momen penyembuhan. Pada saat makan malam seorang
rohaniwan yang tidak saya kenal datang ke ruang makan, mengambil
makanannya dan duduk di meja di mana saya sedang makan. Ia menatap ke
saya dan berkata, “Saya belum pernah melihat kamu sebelumnya.
Ceritakan kepadaku tentang dirimu.” Saya mulai menceritakan kisah
kehidupan saya. Ia hanya mendengarkan–tetapi ia melakukannya seolah
saya seorang yang berarti dan seakan hal-hal yang saya katakan
kepadanya begitu penting dan menarik. Ketika makan malam usai,
kesepian, dan ketidaknyamanan saya telah lenyap. Saya merasa bebas
untuk bicara dan mendengarkan orang lain. Sejak saat itu saya tidak
lagi berjumpa dia, tetapi saya tidak pernah melupakan dia dan
penyembuhan yang dibawanya.

Jika Anda memiliki waktu dan kecenderungan untuk mendengarkan orang
lain, Anda memiliki suatu harta yang amat berharga. Banyak dokter
berharap memiliki itu dan merasa terus menerus frustrasi karena kurang
waktu untuk pasien mereka yang kebutuhan utamanya adalah sebuah
percakapan berarti dari hati ke hati, bukan sebotol pil.

Tak Seorang pun Mendengarkan Vikki

Berikut ini adalah contoh kasus tentang Vikki, seorang istri yang
masih muda dari jemaat saya sebelum ini. Ia selalu berkunjung ke
dokter. Ia sering menderita turun naik berat badan secara berlebihan.
Ia menderita depresi dan kerap air matanya mengalir tanpa alasan yang
jelas. Serangan flu agaknya berlangsung terus menerus. Ia mudah
terserang radang usus. Juga ia cenderung mudah mengalami kecelakaan,
dan ketika terjatuh ia mengalami patah tulang. Ia juga menderita
kesulitan bernafas. Ia menderita sakit di selangkangan.

Dapat Anda bayangkan, pena dokter bergerak cepat di kertas resepnya
begitu cepatnya sampai hampir-hampir terbakar! Namun tidak kelihatan
ada hasilnya. Sebelum ia menikah kesehatannya baik sekali. Ia
menikmati masa bersekolahnya dan ia menyukai pekerjaannya sebagai
asisten laboratorium; menikmati masa pacarannya dan pertunangannya;
menyukai hari pernikahannya.

Lalu kemudian segala sesuatunya mulai berubah. Ia cepat hamil, dan
ketika putranya lahir ia behenti bekerja. Kemudian ia segera hamil
lagi dan melahirkan seorang putri. Wayne suaminya, hampir tiap malam
pergi dengan teman-temannya. Ia bilang itu haknya sebab ia telah
bekerja keras untuk mendukung keluarga dan ia perlu santai. Vikki
berusaha memberitahu dia betapa ia merasa kesepian dan mulai merasa
tertekan, tetapi Wayne hampir tidak mendengarnya. Lalu pekerjaan Wayne
membuatnya dikirim ke luar negeri. Kini Vikki harus mengurus sendiri
segalanya.

Orang tua Wayne mengunjungi Vikki dan memberitahu dia betapa
beruntungnya ia memiliki seorang suami yang baik dan memiliki rumah!
Mereka bicara dengan lembut dan manis. Ia tidak sanggup menjawab
ucapan itu. Vikki langsung sakit.
Masalah Vikki ialah tidak ada orang yang mendengarkan dia. Dokternya
terlalu sibuk. Orang tua Wayne terlalu protektif terhadap putra
mereka. Dan Wayne kini di Ghana!

Saya meninggalkan jemaat itu sebelum mengetahui apa yang terjadi pada
Vikki dan Wayne, tetapi prospek untuk pernikahan mereka sangat tidak
menggembirakan. Dalam hal ini mereka tidak unik. Sekitar separuh
pernikahan masa kini berakhir dengan perpisahan atau perceraian.

Baru-baru ini komisi pastoral paroki kami rapat, dan kami memakai
sebagian waktu untuk memikirkan tentang orang seperti Vikki dan Wayne.
Kami berharap memulai sebuah kelompok asuh dalam kaitan dengan suatu
sekolah setempat. Kami berharap bahwa pasangan nikah muda (dan yang
sudah agak lama menikah) dapat berkumpul untuk mendapatkan petunjuk
yang berguna, mendapatkan pertolongan, dan terlebih agar ada orang
yang siap untuk mendengarkan. Saya berharap kelompok itu dapat
terbentuk dan terbukti boleh menjadi saluran penyembuhan.

Kami telah menyediakan pelayanan mendengarkan yang serupa untuk orang
yang sedang mengalami kedukaan. Dalam Pasal 9 saya menulis tentang
kuasa penyembuhan dari kebaktian penguburan Kristen yang sensitif.
Tetapi saya sangat sadar bahwa kebaktian macam ini, meski penting,
hanya menyediakan sebagian dari sumber-sumber untuk kebutuhan
penyembuhan bagi mereka yang kehilangan orang yang mereka kasihi.
Mereka juga perlu membicarakan pengalaman mereka. Karena kebutuhan
besar ini, sudah menjadi kebiasaan kami bahwa dua minggu setelah ada
anggota staf kami memimpin kebaktian penguburan, keluarga dari pihak
yang berduka akan menerima sepucuk surat dari saya yang seperti ini
isinya:

Surat ini memastikan Anda bahwa tiap hari kami mengingat Anda dalam
doa, dalam masa sukar kedukaan Anda ini. Kami akan menganggap suatu
hak istimewa menawarkan Anda persahabatan dan dukungan.
Jika Anda izinkan, salah seorang jemaat akan menelepon Anda dalam
minggu ini untuk memastikan bagaimana keadaan Anda dan apakah ada hal
praktis yang dapat kami berikan.

Jika tidak ada telepon yang memberitahu bahwa kunjungan tidak
diharapkan, salah seorang anggota gereja kami akan mendatangi rumah
pihak yang berduka–dengan tujuan menawarkan “penumpangan telinga.”
Berulang kali terjadi pencurahan kepedihan, kesepian, mungkin juga
rasa bersalah, kemarahan dan barangkali lebih banyak hal lainnya. Bisa
jadi ada hal praktis yang dapat kami ambil. Tetapi pertama pengunjung
tersebut harus mendengarkan dan jika perlu, akan kembali beberapa kali
lagi dan terus mendengarkan.
Sering kali kami melihat betapa bermanfaat kunjungan-kunjungan ini dan
betapa berarti tindakan mendengarkan yang lembut itu.

Jejaring Pendengar Kristen

The Acorn Christian Healing Trust, yang didirikan untuk menganjurkan
pelayanan penyembuhan mempekerjakan beberapa anggota staf yang bekerja
untuk menguatkan orang Kristen biasa agar menjadi “para pendengar
Kristen.” Di seluruh Inggris kini ada ratusan anggota gereja yang
telah menerima petunjuk dasar dalam seni menjadi pendengar bagi
Kristus dan yang sangggup melakukan tugas seperti yang dilakukan oleh
para pengunjung gereja kami kepada orang yang dalam kedukaan.

Menurut Shakespeare, sesudah kematian Julius Caesar, Mark Anthony
berkata, “Teman-teman, orang Romawi setanah air–pinjamkan aku telinga
kalian.” Saya percaya Yesus mengatakan yang sama kepada orang Kristen
biasa masa kini. Alkitab mengajar kita untuk “memberikan penumpangan”
(1Ptr. 4:9), dan dalam ucapan Henri Nouwen yang dikenang, mendengarkan
adalah “bentuk pemberian tumpangan tertinggi.”
Kerap kita orang Kristen tidak baik dalam melakukan ini, dan harus
saya akui bahwa terkadang khususnya rohaniwan bisa jadi buruk dalam
hal ini! Dietrich Bonhoeffer menulis:

Orang Kristen, khususnya para rohaniwan kerap berpikir bahwa mereka
harus selalu memberi suatu kontribusi ketika mereka berkumpul bersama
orang lain. Hal itu dianggap sebagai pelayanan yang harus mereka
berikan. Mereka lupa bahwa mendengarkan bisa merupakan pelayanan lebih
penting ketimbang bicara.

Jadi, di sini dan kini, berhentilah sejenak. Buka telinga kita kepada
Yesus dan tanya Dia apakah saat ini Anda harus membuka telinga yang
satunya, tanpa syarat dan tidak tergesa-gesa, kepada beberapa orang
yang memiliki kebutuhan cukup dalam yang tak terucapkan, dan yang
baginya kesanggupan Anda untuk mendengar dapat menjadi saluran
penyembuhan Kristus.
(Canon Revd. Roy Lawrence, Praktik Penyembuhan Kristen, psl. 10)

Be the first to comment

Leave a Reply