Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.” Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: “Tuhanlah panji-panjiku!” Ia berkata: “Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun.” — Keluaran 17:8-16
Perikop ini memcatat untuk pertama kali tiga hal penting dalam riwayat kemajuan Israel menuju tanah perjanjian. Pertama, untuk pertama kalinya Israel sungguh-sungguh terlibat dalam peperangan fisik. Amalek — entah ini bangsa yang tidak dikenal asal usunya karena sudah muncul di Kejadian ketika Abraham menaklukkan Kedarlaomer (Kejadian 14), atau ini suku yang keluar dari cucu Esau, Amalek anak dari Elifas dengan gundiknya Timna (Kejadian 36), kita tidak tahu persis. Yang jelas, tanpa sebab Amalek menyerang israel. Apabila di langkah awal kebebasan Israel beban tanggungjawab perjuangan lebih ringan di Israel dan lebih berat di intervensi ilahi, kini kesannya beban itu 50-50. Israel harus benar-benar maju berjuang keras, berperang sengit, menahan dan melawan serangan Amalek. Namun, bukan perjuangan mereka itu semata yang membuat mereka menang, ada topangan supernatural dari tindakan Musa mengangkat tongkat otoritas panggilan ilahi dari Tuhan dengan tpangan batu, dan Harun serta Hur membuat Israel berhasil mematahkan serangan Amalek.
Kedua, Musa mengerti peran kepemimpinan itu hakikatnya apa. Sewaktu ia merasa sanggup memimpin, ia bertindak sendiri membunuh pengawas Mesir. Kini ia tidak menempuh cara yang sama. Ia mengambil posisi sangat menentukan. Yaitu, sebagai pemimpin ia harus menjadi pengantara, medium (dalam artian bukan seperti dukun atau orang kesurupan, tetapi dalam arti mediator), yang menghubungkan pewujudah rencana dan aliran kuat kuasa TUHAN Allah kepada pasukan umat Allah. Peran mediator itu disebut juga pensyafaat dan penggenap penuh peran itu adalah Allah sejati-manusia sejati yaitu Yesus Kristus, sang Pemenang yang sampai kini terus menerus bersyafaat untuk menopang kita yang sedang berperang di dunia ini melawan kuasa kejahatan dan berjuang untuk menegakkan pewujudan Kerajaan Allah, sampai benar-benar menang dan berhasil.
Ketiga, ini untuk pertama kalinya nama Yosua disebut. Dan pertama kali perannya adalah untuk menjadi panglima dalam perang melawan Amalek. Yosua adalah hamba, penolong atau lebih tepat murid yang magang pada Musa. Peran dan tanggungjawab dalam kemagangan biasanya dipercayakan secara bertahap, sedikit demi sedikit, makin hari makin besar. Dengan Musa memerintahkan Yosua menjadi pemimpin perang tersebut, tentu Musa telah melihat pertumbuhan Yosua dalam karakter, keterampilan dan keandalan mengemban tanggungjawb. Kemudian hari firman Tuhan memilih Yosua menggantikan Musa, karena ia “seorang yang padanya ada Roh.”
Maka: 1) semakin maju kita dalam iman sebagai pribadi, komunitas, gereja, semakin besar tantangan dan perjuangan yang Tuhan percayakan untuk mendewasakan otot-otot berbagai kapasitas kemanusiaan-keilahian kita secara utuh. 2) keberhasilan dalam perjuangan hidup ini melibatkan pengerahan sumber-sumber daya natural dan supernatural. 3) senyanpang dengan perjuangan itu timbul pula kebutuhan dan kesempatan untuk pelatihan para pemimpin muda dan baru. Kemagangan Yosua pada Musa, pematangan keandalan Yosua dan kepenuhan Roh dalam dirinya perlu menjadi kriteria dalam proses pemilihan para aktivis, pemimpin / penatua, rohaniwan masa kini juga.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan/persembahan kasih Anda ke: BCA 0953882377
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.