Menaklukkan Kecemasan

Janganlah khawatir mengenai apa pun. Dalam segala hal, berdoalah dan ajukanlah permintaanmu kepada Allah.

Apa yang kalian perlukan, beritahukanlah itu selalu kepada Allah dengan mengucap terima kasih.
Maka sejahtera dari Allah yang tidak mungkin dapat dimengerti manusia, akan menjaga hati dan pikiranmu yang sudah bersatu dengan Kristus Yesus. (FILIPI 4 : 6 -7 (BIS)

Menghafal Alkitab menolong kita menjadi umat Allah. Itu membuat kita tunduk kepada firman-Nya. Itu meningkatkan kualitas kehidupan intelektual kita. Memilih apa yang akan kita pikirkan adalah berkat, hadiah, pahala luar biasa.

Khawatir adalah perilaku jahat. Kita harus terus menerus siaga terhadapnya. Hal itu datang dari ketidakmampuan membulatkan pikiran. Ketika akhirnya kita memutuskan untuk khawatir, akhirnya kita membuat keputusan salah. Sebaliknya, mempelajari Alkitab dalam hati adalah bentuk latihan rohani dan disiplin intelektual yang menguatkan kita untuk membuat pilihan benar.

Kerohanian memiliki kedalaman; ia mengetahui bagaimana hidup secara penuh di masa kini; hakikatnya adalah “di sini dan kini.” Ia tidak dihentikan oleh masa lalu dan tidak dibungkukkan dengan kecemasan tentang masa depan. Hidup sepenuhnya di masa kini berarti hidup secara terfokus; itu juga berarti hidup dengan setia bahkan meski kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Kita manusia terbatas; kita tidak dapat menjauhkan diri kita dari masa lalu. Tetapi, kita masih dapat memilih untuk hidup di masa kini tanpa diperbudak oleh masa lalu. Untuk belajar dari masa lalu, Allah memberi kita ingatan; supaya dapat hidup dengan bijak di masa kini, Allah membuat kita belajar dari kesalahan kita. Kita kini memiliki pilihan. Kita dapat khawatir tentang masa depan, atau kita dapat melihat dengan satu mata ke masa kini dan satu mata lagi ke masa depan.

Kekhawatiran merupakan rintangan besar apabila kita berusaha memimpikan impian besar. Ia menahan penerimaan risiko, menenggelamkan semangat merintis, menyingkirkan tantangan. Jika kita dilumpuhkan oleh kecemasan, perlahan kita akan melemah sampai kita tidak lagi dapat menggerakkan jari kita sendiri.

Kekhawatiran juga akan menyerang kesehatan jasmani kita. Kita tahu bahwa banyak penyakit mengandung komponen kekhawatiran. Terkadang khawatir sakit jauh lebih serius ketimbang penyakitnya sendiri. Itu menyingkirkan perasaan bahagia dan puas, dua afeksi jiwa yang menunjang banyak emosi positif dan sehat. Tetapi bila dibiarkan, kecemasan akan menggantikan perasaan itu dengan kegelisahan dan ketidakamanan.

Kekhawatiran cenderung menjadi kebiasaan. Ia berkembang menjadi kebiasaan pikiran yang membuat pilihan salah, menjalani jalan yang salah. Kebiasaan buruk akhirnya berubah menjadi kecanduan yang akan menggulingkan kepribadian paling kuat pun. Ingat, kebiasaan buruk seperti kumbang aktif yang selewat waktu dapat merubuhkan seluruh pohon.

Salah satu obat penawar kekhawatiran adalah memelihara Alkitab dalam hati kita. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus memberikan ucapan penghiburan untuk para pengikut-Nya.

Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:25-34)

Kemudian, Yesus berusaha menghilangkan kecemasan para pengikut-Nya di Taman Getsemani. “Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya Aku juga” (Yohanes 14:1).

Rasul Paulus berkata, “Janganlah khawatir mengenai apa pun. Dalam segala hal,
berdoalah dan ajukanlah permintaanmu kepada Allah. Apa yang kalian perlukan, beritahukanlah itu
selalu kepada Allah dengan mengucap terima kasih. Maka sejahtera dari Allah yang tidak mungkin dapat dimengerti manusia, akan menjaga hati dan pikiranmu yang sudah bersatu dengan Kristus Yesus” (Filipi 4:6-7).

Ketika si musuh mulai menyerang kita, kita harus menampilkan senjata yang dapat menolak segala macam kekhawatiran. Ini tidak lain adalah pedang Roh, Firman Allah.

(Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl. 9)

Be the first to comment

Leave a Reply