Memperoleh Hikmat

Ia lebih berharga dari pada permata;
apapun yang kau inginkan, tidak dapat menyamainya.

A M S A L 3 :1 5

Salah satu pengisi waktu paling menyenangkan secara rohani adalah menimba ayat Alkitab dari ingatan dan merenungkannya. Kerap merenungkan itu sendiri sudah menyukakan, tetapi memperoleh hikmat sementara kita merenung memimpin kepada kesukaan besar,

Dunia ini adalah sirkus dosa – berbagai kenikmatan sementara mengelilingi kita dan melimpah dalam kita. Kebijakan dunia bisa menghasilkan kesukaan yang pucat dan lesu bila dibandingkan dengan kesukaan puncak yang kita alami ketika mendapatkan hikmat kekal. Kitab Amsal telah menegaskan pendapat tersebut. “Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai” (Amsal 10:23).

Untuk menjalani kehidupan yang mencari hikmat kita harus mempelajari Alkitab dalam hati. Alkitab mengandung perbendaharaan besar hikmat praktis dan rohani. Apabila kita menyimpannya dalam hati kita, kita memperdalam penyimpanan hikmat kita. Apabila kita merenungkan, kita membenamkan cedok kita ke dalam air sejuk yang jernih dan menyegarkan roh kita ke ketinggian yang tidak dikenal sebelumnya.

Hikmat adalah komoditas paling berharga dalam kehidupan rohani kita:

Ia lebih berharga dari pada permata;
apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.
Umur panjang ada di tangan kanannya,
di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.

Jalannya adalah jalan penuh bahagia,
segala jalannya sejahtera semata-mata. (Amsal 3:15-17)

Hikmat membangun rumah lebih baik dan memperlengkapi prajurit perang lebih baik:

Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan,
dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan
bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.

Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat,
juga orang yang berpengetahuan
dari pada orang yang tegap kuat. (Amsal 24:3-5)

Lukas yang memberikan kita kisah masa kecil Yesus, menggaris-bawahi nilai dari hikmat: “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Paulus menyatakan hal yang sama: “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kolose 2:3).

Paulus menasihati orang percaya di Korintus untuk dewasa dalam hikmat: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” (1 Korintus 14:20).

Hikmat rohani beda dari siasat duniawi. Hikmat itu bersifat bajik dan vertikal, sedangkan muslihat hanyalah kemalasan dan horisontal. Hikmat datang dari Allah di atas, sedangkan muslihat keluar dari iblis. Hikmat itu rohani, tetapi muslihat itu bendawi. Jika hikmat bersifat telekospik (melihat jauh), kelicikan bersifat mikroskopik (melihat dekat). Inti dari hikmat terletak dalam kemampuan membeda-bedakan. Ia mengenali baik dan jahat ketika kedapatan dalam waktu, tempat, posisi, bahasa dan orang. Itu datang dari atas.

Hikmat adalah prinsip yang menangkap ide yang akan mengatasi krisis yang sedang terjadi. Hikmat adalah refleks yang mengubah krisis menjadi kesempatan. Dengan adanya rekam jejak panjang pembelajaran Alkitab dalam hati dan penajaman seni merenungkannya, kita dapat merespons dengan bijak dalam segala situasi, membeda-bedakan, memilih, dan bertindak dengan pasti.

Rahasia kemenangan Yosua terletak dalam hikmat. “Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa” (Ulangan 34:9).

Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl 6

Be the first to comment

Leave a Reply