Memberikan Nasihat Rohani

Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. I
Y E S A Y A  5 0 : 4
Menghafal Alkitab telah menolong saya mengerti sifat manusia, melihat kelemahan kita sebagaimana yang Yesaya alami: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum” (Yesaya 42:3). Merenungkan Alkitab menolong saya melihat realitas dosa
asal dan pencobaan dari si musuh. Alkitab juga mengajarkan saya bahwa hidup tidak mudah tidak juga adil. Perjalanannya pasang dan surut. Ada masa baik dan masa buruk, masa ketika kemanusiaan menanggung kesalahan dan kerendahan, disakiti oleh luka yang dalam di dalam jiwa.
Masalahnya jauh lebih dalam dan rumit ketimbang yang tampak di permukaan. Sebagian orang tidak berdamai dengan masa lalu mereka; sebagian hidup dengan bekas luka emosional.
Saya telah belajar juga bahwa Tuhan adalah penyembuh kita, bahwa penyembuhan sejati mulai di dalam jiwa kita, bahwa Roh beroperasi melalui Firman-Nya. Semua prinsip ini, yang didasarkan atas realitas jiwa dan kerasnya perang rohani, tidak dikenal oleh para penyuluh yang bukan pemercaya tetapi dikenal baik oleh kita para pemercaya.
Sebagai konselor rohani saya berulang kali meneguhkan bahwa hikmat alkitabiah adalah esensi dari konseling yang baik. Dalam hal ini saya diingatkan akan perkataan Yesus kepada para murid-Nya: “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26).
Pelajaran jelasnya ialah bahwa Roh akan memakai nas-nas Alkitab yang penyuluh telah simpan dalam ingatannya. Ini tidak menghapuskan berbagai kesempatan ketika Roh mengajarkan hikmat melampaui apa yang telah kita pelajari, tetapi umumnya Ia lebih bekerja secara koperatif dengan usaha kita.
Kearifan, kebanyakannya kita pelajari dari menghafalkan Alkitab, adalah esensial bagi penyuluhan yang efektif; itu menolong kita menemukan sumber rohani dari permasalahan. Tetapi kita harus mendengarkan dengan penuh perhatian kepada orang yang datang kepada kita dengan masalah mereka, mendengarkan adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan.
Pentingnya mendengarkan telah dipastikan oleh Dr. Paul Tournier, dokter Swiss yang juga seorang Kristen. ‘Tidak seorang pun mengenal dirinya melalui introspeksi atau dalam kesendirian pencatatan diary pribadinya. Melainkan, itu terjadi di dalam dialog pada perjumpaannyadengan orang lain”
Saling Mengerti
Tournier selanjutnya mengatakan bahwa para dokter harus menolong pasien mereka untuk mendapatkan pengenalan diri umum bahkan sambil menolong mereka mengenali masalah khusus mereka.
Ketika para dokter rohani mengidentifikasi masalah, dengan bijak mereka memberitahu pasien apa yang perlu diketahui, bukan apa yang ingin pasien dengar. Yang menolong para dokter rohani melakukan itu adalah Roh, yang akan mengambil dan memilih berbagai ayat yang cocok dengan kasus yang ditangani, dari ingatan kita.
Nabi Yesaya tahu harus melakukan apa seribu tahun lalu, dan kita akan sanggup bertindak tepat dengan mengikuti teladan dia masa kini.
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi
semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (Yesaya 50:4)
(Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl. 20)

Be the first to comment

Leave a Reply