Membentuk Sistem Nilai Alkitabiah

SONY DSC

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun
ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.

A M S A L 2 2 : 6

Sistem nilai orang menyatakan karakter orang tersebut. Sistem nilai menyatakan harta kita, kasih kita. Tetapi ketika ditanya apa sistem nilai kita, kerap kita menjadi malu, gugup dan gagap, terbata-bata mengucapkan sesuatu yang mungkin bertentangan dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Untuk menemukan nilai-nilai kita, yang perlu kita lakukan hanyalah menanyakan serangkaian pertanyaan. Apa yang menyukakan kita minggu lalu? Apa yang kita pikirkan? Apa yang kita lakukan? Dengan siapa kita memakai waktu? Untuk apa kita pakai uang kita?

Bila menyangkut pembentukan nilai pada anak-anak, psikolog pendidikan memberitahu kita, lebih dini lebih baik. Lima tahun pertama menentukan. Tetapi jika kita tidak melakukan apa-apa waktu itu, dunia akan mengambil alih dan menghancurkan anak-anak kita. Yang membahagiakan ialah, jika kita para orangtua melakukan tugas kita dengan benar sejak mula, kita memberikan hadiah paling berharga untuk anak-anak kita.

Para orangtua harus menjadi contoh pertama, meneruskan nilai-nilai dengan memodelkan. Apabila kita mempelajari Alkitab dalam hati, menyayangi dan menyukai prosesnya, segera anak-anak kita akan mengikuti. Cepat mereka juga belajar menghormati Dia yang telah memberi kita Alkitab. Sepanjang kehidupan mereka selanjutnya Alkitab akan menjadi berkat bagi mereka dan orang lain,

Orang Yahudi selalu mengajarkan anak-anak mereka untuk mengasihi Allah Alkitab. Unsur hikmat praktis ini telah mengisi Perjanjian Lama. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6).

Sebagai para pembangun Kerajaan, kita hidup dalam dua dunia, yang tampak dan yang tidak tampak. Tetapi kita menaruh nilai lebih besar pada yang tak tampak, Firman kekal dan jiwa manusia. Penghafalan Alkitab membantu kita memeriksa fokus sejati hati kita dan memampukan kita melihat diri sejati kita.

Kita tidak dapat tinggal di bumi ini selamanya. Sementara di sini, kita ada hanya untuk memenuhi maksud Allah, hanya untuk memuliakan Dia. Alkitab menolong, memberi nilai lebih besar pada yang surgawi ketimbang yang bumiah, yang kekal ketimbang yang sementara, yang tidak tampak ketimbang yang tampak.

Tentu saja butuh keseimbangan ketika menghidupi kehidupan yang dipenuhi Alkitab. Kita selalu harus mencari yang rohani di dalam yang bumiah, tetapi kita tidak perlu meremehkan prinsip pencapaian tugas dengan sukses.

Namun, semua ini adalah cara yang kita pakai untuk memenuhi kehendak Allah. Doa saya ialah kita memulai proses ini dengan mempelajari Alkitab dalam hati. Lupakan kemilau dan kemewahan dunia ini. Berdoalah menurut apa yang kita baca dalam nas Alkitab.
(Joshua Choonmin Kang, Alkitab dalam Hati, psl. 4)

Be the first to comment

Leave a Reply