MANIFESTASI KEKUDUSAN (7)

Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN.” – Imamat 19:32-37

Dalam perikop terakhir pasal 19 ini TUHAN mengatur agar kekudusan umat memanifestasi dalam berbagai hubungan sosial. Sikap hormat kepada orang yang lebih tua; sikap adil dan kasih kepada orang asing; dan sikap benar dalam dunia dagang, Penting kita perhatikan bahwa setiap perintah ini dihubungkan dengan “Akulah TUHAN,” artinya mengakui Allah sebagai TUHAN harus memancar keluar ke dalam sikap dan perilaku sosial tadi. Hal lain, khususnya perintah untuk adil dan mengasihi orang asing, dan perintah untuk bertindak benar dalam dunia dagang, dikaitkan dengan fakta bahwa umat Israel kini bukan lagi hidup dalam perbudakan Mesir, maka diskriminasi dan kesengsaraan yang pernah mereka alami di Mesir tidak boleh mereka tiru sampai diberlakukan ulang kepada bangsa asing yang tinggal di tengah mereka. Juga bahwa TUHAN Allah telah membawa mereka keluar dari Mesir menjadi dasar untuk perintah tidak berlaku curang dalam perdagangan.

Perintah pertama ini relevan untuk disimak masa kini sebab bukan saja di Barat tetapi di Timur pun makin terasa bahwa dunia ini milik orang muda dan para senior makin tersingkir, makin kurang dihargai, makin dianggap siap untuk dimuseumkan. Sejak Orde Baru ada kebiasaan aneh bahwa panggilan “Bapak,” dan “Ibu” dijadikan panggilan untuk menghormati terutama dalam dunia pekerjaan. Anehnya adalah apabila orang sudah di atas 50 tahun memanggil “Bapak” atau “Ibu” kepada yang masih berusia 30 tahun yang sebenarnya seusia anak-anak pihak yang senior itu. Perubahan dalam cara menyapa ini sedikitnya cerminan dari nilai-nilai yang terbalik. Yang tua harus menghormati yang muda, yang muda enggan menghormati yang tua. Firman ini mengajar kita khususnya di antara orang Kristen, agar yang muda berdiri di hadapan yang lebih tua, sebab itu adalah ungkapan hormat kepada Tuhan Allah juga.

Memperlakukan orang asing dengan adil dan kasih adalah kebalikan dari yang diterima Israel dalam periode sesudah Firaun tidak lagi mengenal Yusuf. Dalam periode itu, Israel yang asing bagi Mesir, diperbudak. Kini, Tuhan Allah meminta Israel membalikkan sikap kejam yang pernah mereka terima di Mesir itu. Kepada orang asing mereka harus adil dan kasih, sebab Tuhan Allah telah melimpahkan anugerah pembebasan besar kepada mereka, dan ini harus menjadi dasar untuk perilaku mereka terhadap orang asing.

Masih ingat bagaimana di Keluaran, Mesir memperlakukan Israel dengan mempermainkan tuntutan kerja dan hasil kerja dengan mengubah-ubah pasokan bahan bagi kerja paksa yang harus mereka tanggung? Umat Tuhan tidak boleh sama seperti perilaku Mesir yang tidak kenal takut akan dan kasih Tuhan. Maka “peradilan, ukuran, timbangan, sukatan, neraca, batu timbangan, efa dan hin, semuanya harus betul, tidak boleh dipermainkan.

DOA: Kami bersyukur Engkau memaksudkan agar hubungan sosial kami ditandai oleh hormat, adil, kasih, dan benar. Tolong kami baik yang muda maupun tua, baik terhadap minoritas maupun terhadap mayoritas, baik terhadap orang asing maupun yang kami anggap sesama, baik dalam dunia kerja, dagang, keluarga, gereja, pertetanggaan… agar adil, kasih dan benar boleh kami berlakukan. Demi Yesus Tuhan yang telah menyelamatkan kami dari dosa. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply