MANIFESTASI KEKUDUSAN (2)

Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN. – Imamat 19:9-18

Manifestasi kekudusan itu berakar dan bersumber pada sifat Tuhan yang Mahakudus, Mahakasih, Mahabenar dan Mahaadil. Kekudusan berarti dipisahkan dari sifat, sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan sifat, sikap dan tindakan Tuhan. Dan dalam bagian lanjutan ini, manifestasi kekudusan tersebut akan mewujud dalam:

1) Kemurahhatian dalam wujud berbagi hasil panenan, cara memanen gandum dan memetik dari pohon buah. Tuhan memerintahkan agar secara sengaja memanen hasil ladang dan kebun tidak dibersihkan untuk kepentingan sendiri, tetapi disisakan untuk kaum fakir miskin dan orang asing. Untuk penerapan masa kini ke masyarakat bukan agraris tetapi industri atau perkantoran atau perdagangan, berarti penghasilan dan keuntungan selalu perlu memperhitungkan bagian yang akan ditujukan untuk dukungan kemanusiaan.

2) Kejujuran dalam relasi dengan sesama dalam bentuk tidak mencuri, berbohong, berdusta, memberi kesaksian palsu. Kejujuran dan kepercayaan adalah tulang punggung relasi apa pun dalam lingkup komunal dan dunia sosial. Di sini kejujuran adalah manifestasi dari kekudusan, yaitu sikap hidup orang yang telah dipisahkan dari dunia menjadi milik Allah yang Mahabenar.

3) Keadilan dalam hubungan dagang atau kerja. Memeras, merampas atau menahan upah bawahan adalah sikap dan tindakan yang tidak kudus, tidak manusiawi, tidak serasi dengan keumatan yang telah dipisahkan dari pola duniawi untuk memancarkan sifat dan kehendak Allah.

4) Keadilan atau kesepadanan dalam menilai harkat manusia membuat kita tidak merundung orang yang memiliki keacatan jasmani.

5) Keadilan dalam lingkup pengadilan. Peradilan harus sungguh menegakkan kebenaran, menyatakan yang benar benar, yang salah salah, tidak lebih tidak kurang. Orang yang bersaksi, mendakwa, menimbang, memutuskan perkara di pengadilan tidak boleh memihak kepada yang kaya dan menekan yang miskin, atau sebaliknya memihak si miski karena ingin menjatuhkan yang kaya. Semua yang terlibat dalam dunia peradilan harus membela dan memihak kebenaran.

6) Kekudusan secara aksi praktis umat Tuhan menolak fitnah, mengancam, membenci, mendendam. Sebaliknya wujud nyata kekudusan dalam hal terjadinya konflik antar sesama adalah menegur berterus terang, bukan menggosipkan, bukan hal-hal yang dilarang Tuhan tadi. Tujuan dari sikap yang Tuhan minta ini adalah supaya umat Tuhan memancarkan sikap kasih kepada sesama seperti kepada diri sendiri. Dengan kata lain, hukum kasih kepada Tuhan Allah (vertikal) mewujud dalam hukum kasih horisontal.

Semua petunjuk dan larangan dan anjuran ini, berulang kali dikaitkan atau dialaskan atas ungkapan: “Akulah TUHAN Allahmu,” “kekudusan nama Allahmu,” dan “Akulah TUHAN.” Dialah TUHAN Allah dalam diri-Nya, kita adalah milik-Nya karena penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan dan pengudusan oleh-Nya. Maka kita pun diinginkan Dia untuk seperti Dia.

DOA: Ya Roh Allah, selidiklah hati dan perilaku kami, supaya kami boleh bertobat dari semua perilaku dan sikap sosial yang tidak kudus, tidak sesuai pengakuan iman kami kepada-Mu, tidak sepadang kasih, kekudusan, keadilan, kebenaran dan kebaikan-Mu. Demi Yesus Mahakudus. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply