Kuasa Ungkapan

Kebersyukuran adalah ungkapan penghargaan, mengucapkan apa yang telah
kita terima. Seperti suatu tanda terima, kebersyukuran kita adalah
bukti tentang transaksi anugerah dari Allah. Keindahan suara sebuah
lonceng tidak diketahui sampai ia berdentang. Seperti itu, keindahan
suatu alat tidak diketahui sampai ia dimainkan. Dan kasih bukanlah
kasih sampai ia diungkapkan. Kita yang pernah mengalami kasih
mengetahui betapa mengagumkan kasih adanya. Kasih adalah perasaan yang
sarat dan mendalam. Ia adalah gema, getar dan gelombang. Kadang ia
melibatkan sakit dan pedih di hati. Tetapi hubungan kasih hanya mulai
ketika kasih diungkapkan.
Orang yang melupakan pentingnya pengungkapan atau pengucapan belum
mengenal kenyataan hidup. Kuasa bahasalah yang menggerakkan orang, dan
bagaimana sesuatu diungkapkan  menentukan entah ia menghasilkan
komunikasi atau konflik. Bagaimana bicara, bicara apa, kapan bicara
dan kepada siapa kita bicara dapat mengubah kehidupan kita. Bahasa
memiliki kuasa penciptaan, menyentuh dan menggerakkan hati orang.
Doa pun melibatkan bahasa. Ketika kita berdoa, Allah mendengarkan dan
merespons. Dan iman kita dinyatakan melalui pengakuan kita. Ketika
Yesus mendengar pengakuan sang kepala pasukan, Ia memuji imannya.
Kata-kata memiliki kuasa.
Allah bekerja sesuai dengan ungkapan kita. Ketika pikiran kita
diungkapkan dalam kata-kata, mereka menjadi energi yang penuh kuasa.
Tidak peduli sekeras apa pun dunia ini, ketika kita menggunakan bahasa
dengan baik, dunia bisa menjadi tempat yang lebih indah. Kita semua
dapat bahagia. Tentu saja, umat manusia tidak hidup oleh bahasa saja;
kita juga butuh makanan. Tetapi kita tidak dapat menekankan berlebihan
kuasa perkataan.
Kita kenal baik kisah tentang sepuluh oang kusta di Lukas 17. Yesus
menyembuhkan sepuluh orang kusta, tetapi hanya seorang yang kembali
untuk berterima kasih kepada Yesus. Bahkan, — ia orang Samaria —
bertelut di kaki Yesus dan memuji Allah dengan suara kuat.
Tentu saja, sembilan yang lainnya bersyukur telah disembuhkan, tetapi
mereka tidak kembali untuk mengungkapkan kebersyukuran mereeka. Dan
kebersyukuran hanya memiliki kuasa apabila ia diungkapkan.
Karena kebersyukuran mengalir ke luar dari pemikiran dan pengertian
dalam, ia membangkitkan kuasa pengungkapan seseorang. Karena alasan
ini, bahasa kebersyukuran dapat menggerakkan hati banyak orang. Ketika
kebersyukuran diungkapkan, hati kita dibukakan. Ketika hati kita
dibukakan, kita ingin berbagi lebih banyak kasih dan anugerah dengan
orang lain. Dalam cara yang sama, Allah mencurahkan lebih banyak kasih
dan anugerah ketika kita berterima kasih kepada-Nya.
Orang yang dapat mengungkapkan kebersyukuran di bawah keadaan sukar,
menyatakan kedewasaan. Jenis kebersyukuran itu seperti sikap Habakuk
dalam penderitaan, atau Paulus ketika dalam penjara.
Mari kita ungkapkan kebersyukuran. Tidak ada biaya finansial untuk
itu, maka semua kita sanggup melakukannya. Mari kita memilih bersyukur
ketimbang mencela, karena kebersyukuran adalah seperti magnit yang
menarik hal-hal yang lebih baik. Ungkapan kebersyukuran memperdalam
kasih kita untuk dan hubungan kita dengan Allah dan sesama.
(Joshua Choonmin Kang, Spiritualitas Kebersyukuran, psl. 28)

Be the first to comment

Leave a Reply