Kuasa Penyembuhan dari Ibadah

Foto: python-belajar-gitihub.io

Adrienne adalah seorang penulis. Beberapa waktu lalu ia mengalami
masalah. Masalah itu ialah sebuah kutil di tangannya yang membuat ia
sukar menulis atau mengetik. Tidak saja menjengkelkan tetapi juga
mengganggu kehidupannya.
Suatu hari Minggu, Adrienne menerima roti dan anggur dalam kebaktian
Perjamuan Kudus kami, di luar harapan, tiba-tiba kutil itu lepas dari
tangannya. Tanpa bekas. Seolah kutil itu sama sekali tidak pernah ada.
Adrienne senang sekali, hanya terpikir olehnya bahwa saya mungkin
jengah. “Tidak biasa bahwa itu terjadi di kebaktian yang bukan
kebaktian penyembuhan?” ucapnya. Saya harus menjelaskan kepadanya
bahwa tidak ada kebaktian yang tidak menyembuhkan.

Ketika Yesus Hadir

Dalam gereja-gereja kita, kita perlu menemukan ulang konsep kuasa
penyembuhan dari semua ibadah. Ibadah Kristen adalah suatu perjumpaan
dengan Tuhan yang bangkit (Mat. 18:20). Ibadah tidak boleh menjadi
bukan peristiwa, dan kita tidak perlu terkejut jika Yesus membuat
suatu perubahan yang nyata untuk kita ketika kita datang bersama
mempraktikkan kehadiran-Nya.

Dalam dirinya sendiri Perjamuan Kudus adalah suatu kegiatan sehat.
Sebagian orang menerima pandangan bahwa Perjamuan Kudus justru adalah
kegiatan penyembuhan Kristen yang paling utama. Pikirkanlah tema-tema
penyembuhan yang menjadi ciri ibadah ini. Dalam setiap denominasi
Kristen, Perjamuan Kudus mulai dengan saat persiapan di mana kita
berdoa agar Allah akan membuat kita siap, menyucikan pikiran kita
dengan Roh Kudus. Kemudian kita menantikan Firman Allah sementara
Alkitab dibacakan dan diuraikan. Kita membuat peneguhan iman dan
menaikkan doa serta syafaat. Kita mendengar kembali secara segar
pernyataan kasih Allah yang menyelamatkan, dan ini memberikan
keberanian untuk kita melakukan tindakan pengakuan. Kita dengar
perkataan pengampunan yang terdapat di hati injil dan berbagi tanda
damai Allah.

Semua ini di dalamnya memiliki kuasa untuk penyembuhan, dan kuasa
penyembuhan ini kemudian difokuskan dan ditingkatkan melalui tindakan
misterius yang membawa kita ke empat lapis inti dan puncak Perjamuan
Kudus. Dalam kata-kata Paulus (cetak miring dari saya):

Tuhan Yesus, pada malam ia dikhianati, mengambil roti,
dan sesudah Ia mengucapkan syukur,
Ia memecah-mecahkannya dan berkata,
“Inilah tubuh-Ku, yang dipecahkan untukmu; lakukan ini untuk
peringatan akan Aku.” (1Kor. 11:23-24)

Misteri tubuh Kristus mengingatkan kita bahwa orang Kristen adalah
orang yang telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat; kita
mengucap syukur atas semua kenyataan diri-Nya dan semua yang Ia buat;
kita ingat dengan sedih bahwa dosa-dosa kitalah yang telah
memecah-mecah Dia; dan sambil kita menaati perintah-Nya untuk
“melakukan ini” kita dapatkan bahwa itu adalah “untuk kita.” Kita
sekaligus menerima Dia dan berbagi hidup-Nya.
Misteri itu menjadi makin dalam sementara kita menyadari bahwa orang
Kristen diminta tidak saja untuk menerima, tetapi sesungguhnya untuk
menjadi tubuh Kristus (1Kor. 12:27); bahwa kita diberikan hak istimewa
untuk mengambil bagian dalam pelayanan-Nya; bahwa Ia memberi syukur
karena kita dan kita harus bersyukur untuk semua kemungkinan
pertumbuhan kita dalam Kristus dan untuk satu sama lain; bahwa kita
juga dipanggil untuk mengalami keterpecahan agar dengan melakukan ini
penyembuhan kita sendiri dan penyembuhan dunia boleh diteruskan.
Betapa banyak hal untuk direnungkan di sini, dan terkadang betapa
sedikit kita merenungkannya. Betapa banyak yang dapat kita terima di
sini, dan betapa sedikit kita kadang menerimanya. Betapa banyak untuk
kita berbagi di sini, dan betapa sedikit terkadang kita membaginya.
Sementara kita menyentuh hati Perjamuan Kudus, kita menyentuh hati
Yesus, dan kita menyentuh hati penyembuhan Kristen baik bagi diri kita
sendiri dan bagi orang lain.
Seharusnya kita berharap hal-hal lebih besar terjadi dari sakramen
seperti ini ketimbang hanya lepasnya kutil Adrienne!
Setiap kesempatan ketika kita datang bersama untuk ibadah
Kristen–asalkan merupakan ibadah sejati, perjumpaan nyata dengan
Kristus yang riil–harus semerbak dengan penyembuhan.

Bahkan Kebaktian Penguburan

Kebaktian penguburan bisa menyediakan satu lagi contoh.
Kebanyakan pendeta cukup sering memimpin kebaktian penguburan. Saat
ini saya tengah menyiapkan dua kebaktian penguburan. Yang satu untuk
seorang laki-laki usia 72 tahun yang telah merana sampai meninggal. Ia
tuli, tetapi ia memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia, dan
istrinya menjadi “telinganya” yang menyanggupkan dia hidup wajar
sepenuhnya. Dua tahun yang lalu istrinya meninggal. Ia jadi merana.
Dokternya berkata kesehatannya baik, namun ia mulai menunjukkan gejala
seperti yang diderita istrinya, sampai ia meninggal tanpa alasan medis
yang jelas. Penguburan lainnya adalah bagi seorang bayi laki-laki
prematur yang ketika dilahirkan telah meninggal. Saya baru saja
bersama ibunya. Ia tidak menikah. Ibu perempuan itu sendiri tidak
bersedia bicara dengannya, dan ayahnya telah meninggal. Meski saya
sama sekali tidak menyetujui hubungan seks luar nikah, tetapi hati
saya tergerak menjumpainya, kami duduk di flatnya yang kecil sambil
melihat ke foto jenazah bayinya.
Tak satu pun dari penguburan ini yang besar. Mungkin hanya cukup ruang
untuk sedikit orang. Tetapi keperluan akan penyembuhan dalam keduanya
sangat besar.
Apakah unsur-unsur dari suatu penguburan yang menyembuhkan? Saya
percaya perlu ada peneguhan tentang orang yang meninggal, tetapi tidak
boleh dibuat-buat atau berlebih-lebihan atau terpisah dari proklamasi
injil. Jika semu, maka keseluruhan kebaktian akan tidak dihargai. Jika
berlebihan dan tidak diletakkan teguh dalam konteks injil, maka meski
isinya benar pun, orang paling hanya akan berkata pada dirinya, “Ini
orang baik, dan ia telah pergi.” Lalu mereka akan pergi dalam keadaan
tertekan dan tidak sembuh.
Jika ingin terjadi penyembuhan, unsur utama kebaktian itu harus
merupakan penyajian sensitif tentang injil Kristen mengenai
kebangkitan. Kebaktian itu harus mengurus isu yang ada di pikiran
mereka yang berduka. Mengapa orang Kristen percaya ada hidup sesudah
kematian? Apa yang orang Kristen percaya tentang hidup itu? Fakta atau
dongengkah kebangkitan Yesus? Dapatkah Yesus menolong kita menghadapi
hidup dan kematian? Apakah pengharapan Kristen sesungguhnya? Bagaimana
itu memengaruhi cara kita menghadapi kedukaan? Bagaimana itu dapat
memengaruhi hidup sesudah kedukaan? Apa yang hal itu katakan tentang
prospek kehidupan kekal kita?
Jika pertanyaan-pertanyaan tadi disorot dan jawaban diberikan dengan
lembut dan jelas, tanpa ada yang dihindari dan juga tanpa manipulasi
(sebab memanipulasi orang yang berduka dalam saat kedukaan adalah hal
yang tak terampuni), maka gejala penyembuhan terindah boleh terjadi.
Seseorang yang hadir mungkin akan dibangunkan secara spiritual, dan
khususnya hidup baru akan mulai di kebaktian penguburan.
Baru dua minggu lalu usai suatu penguburan seorang perempuan
mendatangi saya dan berkata:

“Semua benar, yang Anda katakan kepada kami, tentang hidup baru mulai
di penguburan. Ketika ayah mertua saya meninggal, pendeta juga
mengucapkan hal yang lebih kurang sama, dan ketika kami kembali ke
rumah suami, pemikiran saya tentang iman Kristen tidak seperti
sebelumnya.” Akhirnya ia menerima peneguhan iman dan ikut dalam gereja
kami. Kini ia seorang Kristen yang sungguh–dan semua itu mulai di
penguburan ayahnya.

Penyembuhan Kristen bisa terjadi dan harus diharapkan terjadi–di
penguburan Kristen, di pernikahan dan baptisan, di kebaktian biasa
hari Minggu, di kebaktian misi, di retret gereja, sesungguhnya di
kesempatan apa saja ketika orang Kristen berkumpul mempraktikkan
kehadiran Allah dan meminta berkat-Nya dalam nama Yesus Kristus.

Kebaktian Khusus
Namun begitu, bersama dengan berbagai kesempatan ibadah lainnya, masih
ada peran berarti untuk hal yang kita kenal sebagai “kebaktian
penyembuhan Kristen,” dan akan salah mengakhiri pasal ini tanpa
menyebutkan sesuatu tentangnya.
Saya sendiri yakin bahwa semua gereja harus mengadakan kebaktian
Minggu untuk penyembuhan sebulan sekali. Barangkali lebih dari sekadar
kebetulan bahwa pohon kehidupan dengan daun-daunnya yang menyembuhkan
di pasal terakhir kitab Wahyu mengeluarkan buah dua belas kali dalam
setahun!

Tiga Unsur

Format apa pun yang dipakai, umumnya dianggap ada tiga unsur sebagai
tiang utama di inti kebaktian penyembuhan Kristen. Yang pertama adalah
pewartaan Firman Allah. Jika penyembuhan spiritual merupakan hal yang
spesifik Kristen, maka penting kesederhanaan injil dipaparkan dengan
jelas di kebaktian penyembuhan.
Yang paling saya ingat tentang ini ialah lima dari enam kebaktian
penyembuhan terawal yang diadakan dalam suatu gereja harus berisi
rangkaian khotbah-khotbah yang menyajikan prnsip-prinsip dasar bagi
penyembuhan Kristen. Tetapi ketika rangkaian itu selesai,
khotbah-khotbah berikutnya harus terdiri dari proyek studi Alkitab
jangka panjang. Saya merekomendasikan untuk mengkhotbahkan salah satu
Injil secara keseluruhan, bulan lepas bulan, tanpa ada bagian di
dalamnya yang dilewati.
Ketika saya melakukan ini dalam jemaat saya, tujuan saya pertamanya
ialah melihat Yesus yang riil untuk diri saya sebagaimana Injil-injil
memaparkan Dia, dan kemudian mengomunikasikan realitas itu secara
sederhana dan jelas. Selama banyak tahun pelayanan saya di St.
Stephen, saya telah mengkhotbahkan seluruh Injil Lukas, Kisah Para
Rasul, pertama dan kedua Korintus, dan sekarang saya mengkhotbahkan
Injil Yohanes di cabang gereja kami. Saya temui topik yang disajikan
oleh tiap bagian Alkitab tidak pernah tidak relevan bagi keutuhan
tubuh, akal budi, dan roh yang merupakan maksud Allah bagi kita.
Seusai khotbah, kami lanjutkan dengan menawarkan penumpangan tangan
dalam nama Kristus–yaitu unsur khas kedua dari kebaktian penyembuhan
Kristen. Bahkan meski kami yang melayani mutlak tidak mengklaim
memiliki satu pun karunia khusus penyembuhan (lihat Pasal 2 dan 6),
pengalaman kami ialah 90 persen lebih dari mereka yang hadir biasanya
maju ke muka untuk penerima pelayanan ini. Hal ini menunjukkan
kerinduan mereka bahwa Yesus akan menjumpai mereka di segala situasi
kebutuhan mereka, apa pun bentuknya. Mungkin mereka sadar tentang
suatu wilayah jasmani, mental atau spiritual yang membutuhkan
jamahan-Nya. Mungkin ada kebutuhan untuk penyembuhan sikap atau relasi
atau beberapa unsur dalam gaya hidup yang telah menyimpang dari Allah.
Atau mereka ingin berdoa bagi seseorang yang dekat dan mereka kasihi.
Tiap orang mungkin memiliki alasan berbeda untuk kebutuhan jamahan
Kristus.
Kami tidak pernah bertanya alasan mereka yang maju ke muka. Jika kami
tanyakan, itu mungkin menjadi perintang bagi sementara orang yang
kebutuhannya membuatnya malu untuk diakui di depan umum atau terlalu
rumit untuk diutarakan dengan kalimat singkat. Juga maksud kami bukan
memikirkan penyakit, tetapi merenungkan Kristus. Jadi kami
mempraktikkan kehadiran Allah dan menumpangkan tangan dalam nama
Kristus–dan kami menyerahkan kepada-Nya tindakan yang akan Ia lakukan
menurut cara-Nya sendiri.
Biasanya kami terdiri dari dua pasang orang yang melayani seperti ini:
tiap pasang melayani masing-masing kelompok dari dua baris kelompok
yang maju ke tempat penerimaan Perjamuan Kudus. (Biasanya di gereja
Anglikan ada dua tempat untuk berlutut menerima Perjamuan Kudus di
sisi kiri dan kanan di depan mimbar.) Pertama, kami saling melayani di
antara kami lebih dulu, sebab kami perlu menerima jamahan penyembuhan
Tuhan sebelum meneruskan itu kepada orang lain. Sementara orang-orang
yang meminta pelayanan berbaris maju dan satu-per-satu berlutut di
tempat menerima Perjamuan Kudus, kami menaruh tangan kami dengan
lembut dan pasti di kepala mereka dan mengucapkan doa penyembuhan
singkat bersama. Jamahan empat tangan dan suara dua manusia bersamaan
menjadikan jelas bahwa hal itu bukan tindakan perseorangan. Tindakan
itu mewakili seluruh tubuh Kristus, memberikan jamahan Kristus. Doa
yang paling sering kami pakai dalam pelayanan ini ialah: “Semoga kuasa
penyembuhan dari Roh Kudus bekerja di dalam kamu. Amin.” Tetapi itu
bisa diubah dari waktu ke waktu. “Semoga kuasa penyembuhan bayi
Kristus bersamamu” (waktu Natal). “Kiranya kuasa penyembuhan Kristus
yang bangkit menyertaimu” (Paskah). “Terimalah panenan penyembuhan
dari tangan Allah” (masa panen). Atau, “Tuhan Yesus menjumpaimu di
situasi kebutuhanmu” (kapan saja).
Sesudah penumpangan tangan, saya suka memimpin anggota jemaat dalam
suatu waktu doa perenungan. Ini adalah unsur kunci ketiga dari suatu
kebaktian penyembuhan. Sambil saya melakukannya, saya acungkan buku
doa syafaat kami–sebuah buku catatan di mana permohonan doa
dituliskan. Bukan kebiasaan saya membacakan nama-nama serta berbagai
penyakit yang diderita. Hal itu bisa menyebabkan pemikiran negatif
ketimbang positif, dan dalam peristiwa apa pun, Allah tahu mereka yang
nama-namanya ditulis dalam buku itu, dan juga mereka yang nama-namanya
seharusnya tercantum tetapi tidak karena ketidaktahuan atau
keterlupaan di pihak kami. Maka saya angkat buku itu, dan kami
mempraktikkan kehadiran Allah dan menyerahkan segalanya kepada-Nya.
Lalu kami nyanyikan suatu himne pujian untuk mengakhiri kebaktian, dan
kami pastikan bahwa sesudahnya tersedia cukup kopi dan kesempatan
untuk kami bicara dengan orang andai ada dari yang hadir ingin
membukakan hati mereka.

Memulai

Beberapa rohaniwan gugup tentang mengadakan kebaktian penyembuhan
Kristen dan tidak tahu bagaimana harus memulainya. Saya mengerti
ketakutan itu dan mengalaminya juga semasa awal pelayanan saya. Namun
dalam kenyataannya tidak sukar memulai kebaktian penyembuhan secara
teratur. Siapa pun yang memimpin gereja hanya harus mengikuti urutan
sederhana ini.
Temukan seorang lain yang dihormati dalam jemaat dan yang percaya akan
keabsahan dan kepentingan pelayanan penyembuhan.
Lalu pilih suatu acara kebaktian yang di dalamnya topik khotbah Anda
akan mengenai pelayanan penyembuhan Kristen.
Sesudah khotbah, umumkan kepada jemaat bahwa rekan Anda dan Anda akan
saling menumpangkan tangan satu sama lain sementara himne berlangsung
dan sesudah itu kalian akan siap untuk melakukan penumpangan tangan
kepada siapa saja yang maju ke muka.
Jelaskan bahwa Anda tidak akan memaksa orang untuk maju. Allah tidak
menuntut gereja-Nya untuk memaksakan penumpangan tangan dalam nama
Kristus kepada siapa pun, tetapi Ia meminta kita (para pelayan) untuk
membuat pelayanan ini tersedia.
Bulan berikutnya, lakukan lagi hal yang sama.

Meski para pelayan kebaktian penyembuhan tidak perlu khawatir tentang
apakah akan ada orang maju ke muka atau tidak, dalam kenyataannya dari
ratusan kesempatan kebaktian penyembuhan yang pernah saya pimpin tidak
pernah terjadi ada kesempatan yang tidak mengundang respons berarti.
Dan ini termasuk sejumlah kebaktian yang saya pimpin di gereja-gereja
yang sebelumnya tidak pernah diadakan kebaktian penyembuhan Kristen.

Mengundang Orang Merespons

Bentuk undangan seperti ini bisa dipakai:

Anda diundang untuk menerima penumpangan tangan dalam nama Kristus
jika Anda ingin menerimanya untuk alasan apa pun.

Barangkali Anda telah menderita sakit penyakit dan butuh
kesembuhan jasmani. Barangkali Anda merasa cemas atau tertekan dan
butuh jamahan Yesus atas akal budi Anda. Barangkali ada berbagai
pencobaan yang sukar Anda atasi dan Anda sangat butuh kesembuhan dalam
kedalaman roh Anda. Mungkin Anda prihatin tentang suatu relasi atau
sikap atau berbagai unsur dalam gaya hidup Anda yang memerlukan
jamahan penyembuhan Kristus.

Jika Anda ingin, Anda boleh maju ke muka sebagai suatu
tindakan komitmen, suatu doa untuk kerohanian yang diperdalam, suatu
lambang kesediaan Anda bagi Tuhan.

Mungkin Anda ingin mengundang Yesus masuk ke dalam hidup
Anda sebagai Juruselamat, Tuhan, dan Sahabat untuk pertama kalinya.
Atau mungkin saat ini pikiran Anda tertuju pada seorang
lain, seorang dekat yang Anda kasihi, yang memiliki suatu kebutuhan
besar untuk jamahan Yesus, dan dengan maju ke muka Anda membawa orang
itu maju ke muka dalam hati dan akal budi Anda untuk menerima
pelayanan penyembuhan. Bahkan Anda mungkin maju ke muka sebagai suatu
doa bagi penyembuhan masyarakat, penyembuhan bangsa. Atau barangkali tidak ada suatu alasan khusus mengapa Anda
ingin maju ke muka. Anda hanya tahu bahwa jamahan Yesus adalah sesuatu
yang dalam dirinya patut dirindukan, terlepas dari apa akibat yang
dibawanya. Apa pun alasan Anda, Anda dipersilakan datang ke jamahan
Kristus dari tubuh Kristus dan untuk berdoa bagi kuasa penyembuhan
dari Roh Kudus.

Jika undangan seperti ini diberikan, dan orang datang ke muka, lalu
penumpangan tangan dengan doa diberikan dan diterima–kemudian apa? Apa
yang mungkin akan terjadi? Saya hanya dapat berbagi pengalaman saya
sendiri.
Ketika kami memulai kebaktian penyembuhan Kristen dalam jemaat saya
terdahulu di St. George, di Hyde, terjadi respons langsung.
Orang-orang berbondong-bondong maju untuk menerima penumpangan tangan.
Langsung terjadi perbaikan kualitas kebaktian. Namun tidak ada laporan
terjadinya kesembuhan. Tidak ada satu pun kesembuhan dilaporkan
sepanjang delapan belas bulan penuh. Dengan menatap ke belakang saya
pikir ini mungkin terjadi karena saya terlalu khawatir bahwa harus
terjadi kesembuhan dan akibatnya lebih banyak terpancar kekhawatiran
daripada kedamaian dan kuasa Tuhan.
Meski begitu, kesembuhan-kesembuhan benar-benar terjadi pada waktunya,
dengan pertolongan dari George Bennett yang datang ke jemaat saya
untuk memimpin misi penyembuhan dan pengajaran atas permintaan saya.
Kesembuhan-kesembuhan terjadi sebelum ia datang ketika prospek
kedatangannya menyanggupkan kami menyingkirkan kekhawatiran kami.
Kisah ini diceritakan dalam Christian Healing Rediscovered (hlm.
17-23).
Sejak itu tetap terjadi aliran kesembuhan yang terkait baik dengan
kebaktian-kebaktian dalam jemaat saya sendiri dan dengan
kebaktian-kebaktian yang saya diundang untuk memimpinnya.
Kesembuhan-kesembuhan ini dapat bersifat spektakuler. Sebagai contoh,
kini saya teringat lagi tentang suatu kebaktian di sebuah katedral. Di
tengah kebaktian terjadi kegembiraan karena seorang perempuan yang
tidak dapat berbicara–ia terpaksa melepas pekerjaannya sebagai seorang
guru sebab operasi yang ia alami telah merusak pita suaranya–tiba-tiba
mendapatkan bahwa kemampuan bicaranya pulih total. Kita tahu bahwa itu
terjadi ketika ia dan orang-orang di sekitarnya mulai memuji Allah
dengan semangat besar! Saya menemui dia beberapa kali di tahun-tahun
sesudahnya dan mengecek bahwa kesembuhan itu permanen dan lengkap.
Sering kali kebalikan dari itu, kesembuhan berlangsung senyap dan pada
saat terjadinya tidak diperhatikan. Saya baru mengetahuinya beberapa
lama kemudian. Baru-baru ini Eira dan saya diundang ke suatu perayaan
makan malam, dan salah seorang undangan memberitahu bahwa ayahnya
menderita depresi yang sangat mengganggu kualitas hidupnya, ia
mengajak ayahnya ke salah satu kebaktian penyembuhan sembilan belas
tahun yang lalu. Ketika ia ke luar dari gereja, ayahnya memberitahu
putrinya itu bahwa ia merasa jauh lebih baik. Bahkan beberapa
peristiwa setelah itu menunjukkan bahwa depresinya mulai berkurang,
dan ia telah berhasil berhenti makan obat. Tetapi saya tidak pernah
tahu tentang itu andai tidak terjadi pertemuan tersebut, sembilan
belas tahun sesudah penyembuhan itu, di suatu perjamuan.
Ada semacam pencobaan untuk membesar-besarkan kisah-kisah serupa
tentang orang yang melaporkan penyembuhan tubuh, akal budi, atau roh
sesudah berpartisipasi dalam kebaktian penyembuhan Kristen. Jika saya
tidak hati-hati dalam tahapan pelayanan penyembuhan yang saya lakukan,
saya dapat dengan mudah merosot ke keadaan yang bisa dijadikan ejekan!
Pada kesempatan ini saya ingin menolak pencobaan itu, sebab lebih baik
kita mengarahkan pikiran kita ke Tuhan–pada apa yang Ia lakukan, yang
Ia perintahkan dan yang Alkitab beritahu tentang yang dapat Ia
sanggupkan melalui gereja masa kini.
Hasil pelayanan penyembuhan Kristen adalah tanggung jawab-Nya, dan
kita dapat membebaskan diri kita dari kekhawatiran di satu pihak atau
kebanggaan di lain pihak.
Tanggung jawab kita hanyalah satu yaitu ketaatan.

(Canon Revd. Roy Lawrence, Praktik Penyembuhan Kristen, psl. 9)

Be the first to comment

Leave a Reply