KORBAN SAJIAN PARA IMAM

TUHAN berfirman kepada Musa:

“Inilah persembahan Harun dan anak-anaknya, yang harus dipersembahkan oleh mereka kepada TUHAN pada hari ia diurapi: sepersepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian yang tetap, setengahnya pada waktu pagi dan setengahnya pada waktu petang. Haruslah itu diolah di atas panggangan bersama-sama minyak, setelah teraduk haruslah engkau membawanya dan mempersembahkannya sebagai korban sajian, sesudah dibakar dan berpotong-potong sebagai bau yang menyenangkan bagi TUHAN. Dan imam dari antara anak-anaknya yang diurapi sebagai penggantinya, haruslah mengolahnya; itulah suatu ketetapan untuk selamanya. Seluruhnya haruslah dibakar bagi TUHAN. Tiap-tiap korban sajian dari seorang imam itu haruslah menjadi korban yang terbakar seluruhnya, janganlah dimakan.” – Imamat 6:19-23

Korban sajian dalam nas ini bicara tentang upacara syukur para imam pada saat mereka ditahbiskan / dikhususkan menjadi imam. Korban sajian perikop sebelum ini dibagi dua yaitu segenggam teoung dan minyak dan kemenyan diperuntukkan bagi Tuhan, sedangkan korban sajian para imam pada saat pelantikan mereka memang dibagi dua yaitu untuk korban pagi dan korban petang, namun semuanya untuk dibakar. Inilah korban syukur dan ungkapan komitmen para imam kepada YHWH yang telah mengkhususkan mereka sepenuhnya untuk melayani Dia.

Pada saat penahbisan imam tersebut, Musa yang diperintahkan Tuhan untuk melakukan upacara persembahan korban para imam. Ini ditunjukkan dalam kalimat perintah Tuhan kepada Musa: “engkau membawanya dan mempersembahkannya.” Dengan kata lain Musa diperintahkan Tuhan untuk bertindak sebagai imam bagi para imam keturunan Harun dalam upacara penahbisan imam baik pertama maupun seterusnya.

Dalam era Perjanjian Baru keimamatan Yesus Kristus telah meniadakan dan membentuk konsep keimamatan dan pelayanan secara baru. Secara singkat dan sarat Petrus merumuskan itu sebagai: “kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Petrus 2:9). Artinya tidak lagi ada pembagian dan pembedaan antara pelayan Tuhan dan pekerja dunia, pelayanan sakral dan pekerjaan duniawi. Semua orang percaya adalah pelayan YHWH, diselamatkan untuk dimiliki seutuhnya menjadi pewujud cita-cita YHWH bagi dunia dan umat manusia. Meski beda konsep dan praktik, kita sangat perlu mengyahati prinsip persembahan pada pelantikan imam ini. Yaitu persembahkanlah hidup sepenuhnya dan segenap kapasitas / aspel / daya sampai “dibakar” habis bagi kepentingan dan kemuliaan Allah. Bersyukurlah melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan demi kemuliaan-Nya dan karena dicontohkan oleh sang Imam atas segala imam, yaitu Yesus Kristus. Dan lakukanlah baik pekerjaan non-gerejawi maupun pelayanan gerejawi sebagai sama-sama pekerjaan surgawi-ilahi, dengan penuh komitmen dan syukur.

DOA: Terima kasih ya Allah Pemilik kehidupan, bahwa Engkau menginginkan kami menjadi milikMu, pelayan-Mu, kekasih-Mu dalam segala segi kehidupan kami. Tolong kami hitung-hitungan berdasarkan teladan korban Yesus Kristus ketika menimbang tentang apa dan bagaimana kami merespons ajakan-Mu untuk melayani. Amin.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply