Keinginan

Matikanlah keinginan-keinginan dunia yang merongrong dirimu, seperti percabulan, hal-hal yang tidak senonoh, hawa nafsu, keinginan yang jahat
Kolose 3:5
Satu malam di musim para pramuka putri mencari dana dengan berjualan kue (sekitar satu atau dua bulan itu rumah kami penuh dengan kotak-kotak kue), putri saya Hope turun dari ruang atas untuk menonton acara televisi yang sama-sama kami sukai. Ia membawa sekotak Thin Mints dan hanya melihatnya dengan wajah sedih. Saya bertanya, “Ada apa Hope?”
“Pa,” jawabnya, “Saya hanya tahu jika saya buka kotak ini saya akan makan semua ini sampai habis.”
“Harus begitu?” tanya saya.
“Ya, begitulah yang terjadi selalu,” jawabnya.
Kebetulan selama beberapa minggu terakhir saya banyak memikirkan tentang nafsu kita dan bagaimana nafsu berhasil mencengkeram kita, dan bagaimana kita dapat mengalahkan kekuasaannya itu. Jadi saya berkata, “Papa usulkan satu hal. Bagaimana jika kamu putuskan hanya makan tiga atau empat potong saja? Dan bagaimana jika kamu memakannya
lambat-lambat dan sungguh menikmati enaknya tiap potong kue itu?
Kira-kira bisakah kau mencoba begitu?” Ia menatap heran tentang ide aneh ini.
Kira-kira sepuluh menit kemudian saya melihat kepadanya, dan ia baru memakan dua potong kue saja. Kini ia tenggelam asyik dengan program televisi. Sekitar empat puluh menit kemudian ia berkata, “Saya lelah Papa. Saya mau siap-siap tidur,” lalu ia pergi. Saya melihat ke kotak kue — baris isinya terlihat masih hampir penuh — lalu terpikir oleh saya tentang bagaimana hasrat atau keinginan bekerja dalam kehidupan kita. Makan kue perlahan-lahan telah mengusir keinginan melahap habis
kue itu dalam sekejap.
Keinginan meluas menjadi nafsu ketika kita memberi tempat yang tidak layak baginya dalam kehidupan kita. Allah menciptakan kita dengan kapasitas untuk menginginkan. Dapatkah Anda bayangkan akan bagaimana hidup jika tiba-tiba Anda kehilangan kesanggupan untuk menginginkan apa saja? Itu akan membuat hidup tak tertanggungkan. Banyak dari
keinginan kita, yang sungguh amat baik adanya. Saya menginginkan Allah. Saya ingin hidup. Saya ingin bersama istri yang saya sayangi.
Saya ingin menjadi ayah yang baik. Namun demikian, sebagian dari keinginan saya, bisa salah dan berdosa. Kadang saya ingin dikagumi dan dipuji. Kadang saya ingin melihat orang lain gagal, khususnya orang yang tidak menyukai saya. Kadang saya ingin jadi kaya supaya saya bisa membeli semua hal yang saya anggap dapat membuat saya bahagia.
Bahkan keinginan baik kita bisa menjadi berdosa apabila diizinkan menguasai kita. Itulah kasus dosa di daftar yang Paulus buat dalam Kolose 3:5. Keinginan seksual, dalam dirinya adalah hal yang sangat baik, dicipta oleh Allah dan dimensi penting dari pribadi manusia. Tetapi bila ia menjadi dominan, ia mematikan. Paulus tidak berkata, “matikan keinginan seksual”; ia berkata, “Matikan percabulan (immoralitas seksual). Ia tidak berkata, “Matikan uang”; ia berkata,
“Matikan keserakahan.” Keserakahan adalah keinginan meluap akan uang. Itu adalah keinginan mendapatkan lebih dan lebih lagi, tidak pernah puas, sampai ke keadaan menyembah uang, yang membuat Paulus berkata keserakahan sesungguhnya adalah penyembahan berhala.
Banyak dosa kita merupakan hasil dari keinginan alami yang tak diatur. Keinginan makan adalah alami dan baik (jika tidak, mengapa Allah mengaruniai kita kemampuan mengecap?), tetapi bila menjadi fokus utama kita, keinginan makan terus-menerus, maka itu menjadi sebuah kerakusan. Kue secukupnya, bisa merupakan berkat. Dorongan memakan kue
sekotak jelas adalah akibat dari keinginan baik yang berubah jadi buruk. Keinginan merasakan penerimaan untuk siapa kita dan apa yang kita lakukan adalah wajar dan baik (pikirkan tentang anak yang berbinar senang ketika orangtuanya memuji gambarnya dan menempelkan di dinding kulkas), tetapi ketika penerimaan dan pujian menjadi kebutuhan
terus menerus itu menjadi kesombongan dan keangkuhan. Ingin minum secawan air anggur adalah wajar dan baik (mukjizat pertama Yesus ialah membuat air anggur yang sangat baik), tetapi bila kita meminum terlalu banyak itu membuat kemabukan.
Jadi apa yang membedakan? Apa yang menyebabkan seksualitas menjadi immoral? Kapan keinginan memiliki harta materiil menjadi keserakahan? Keinginan menjadi dosa bila ia pindah dari sesuatu yang kita nikmati ke sesuatu yang kita kejar sebagai keinginan utama kita. Inilah kuncinya.
Apabila keinginan terdalam kita adalah untuk Allah, semua keinginan lainnya mengambil tempatnya yang wajar. Lalu kita dapat menikmati segalanya dengan tepat, dengan penghargaan dan keseimbangan. Tetapi apabila Allah tidak di pusat tindakan kita, maka kita mungkin mengisi kekosongan itu dengan sesuatu (kue atau mobil), dan apabila kita lakukan itu, kita dapati keinginan itu tak terpuaskan. Kue tidak mengisi kekosongan itu. Maka kita makan lebih banyak dan merasa makin
tidak puas. Materi tidak bisa memberi arti hidup. Maka semakin kita serakah semakin kita merasa hilang kendali dalam hidup.
Bagaimana kita mendapatkan kesukaan sejati? Sama seperti yang dilakukan Allah Tritunggal. Sekali lagi, lihatlah Kolose 3:1-4 di mana Paulus menyatakan rahasia kesukaan sejati. Itu adalah kisah kasih yang didambakan oleh hati dan jiwa kita semua. Allah, yang mencipta alam semesta, sangat mengasihi kita sampai Ia mengutus Anak-Nya, yang dengan tubuh hancur dan darah tercurah telah mendamaikan kita kepada Allah. Dan sang Anak bangkit dari kematian, mengalahkan maut dan
memberikan hidup kekal-Nya untuk kita. Romans sakral ini adalah sumber kesukaan kita. Kita menemukan kesukaan ketika kita berpaling kepada Allah, dengan hati sepenuhnya terpapar bagi tatapan kasih Allah, menyerah dan berpuas dalam rangkulan tangan Bapa kita.
Kita semua adalah manusia baru, manusia yang di dalamnya Kristus berdiam dan bersuka. Kita adalah bait Roh, kudus dan berharga. Dosa menodai kita. Itu sebab Paulus berkata, “Matikanlah.” Ia tidak menasihati kita untuk mengakhiri semua keinginan; melainkan, ia berkata, “Kamu didiami Kristus, sepenuhnya dikasihi dan dipelihara-Nya. Jangan cari pelipur lara dalam keinginan bumiah.
Tempatkan itu pada tempatnya. Nikmati hidup Anda, jangan berusaha mencari hidup dalam kegemaran Anda.” Cara pandang ini membawa keteraturan pada keinginan kita. Makanan menjadi sesuatu yang membuat kita bersyukur dan menikmati, seksualitas menjadi jalan untuk meningkatkan keintiman dengan pasangan nikah kita, dan uang menjadi sesuatu yang kita pakai untuk membeli keperluan kita.
Teolog spiritual, James Houston menulis: “Semakin keinginan kita diarahkan kepada Allah, semakin Ia mengubahkannya, sehingga kita makin bersemangat menginginkan Dia; kita diubahkan dalam proses menginginkan itu sendiri, yaitu menginginkan segala sesuatu dalam cara yang semakin saleh.” Kita dicipta untuk menginginkan — menginginkan Allah. Sambil
kita mengungkapkan keinginan kita akan Allah, Allah menjumpai kita, dan hati kita menemukan apa yang  dicarinya. Konsekuensinya, semua keinginan kita lainnya diubahkan. Keinginan dilihat sebagaimana adanya (yaitu hal yang untuk dinikmati), dan tidak dikembangkan dalam hal yang bukan merupakan sifat serta tujuannya (tempat kita menemukan arti
hidup tertinggi).
Beberapa minggu sesudah percakapan saya tentang Thin Mints dengan Hope, ia berkata, “Papa, kemarin saya tidak ikuti nasihat papa. Saya buka sekotak Thin Mints dan saya habiskan semua.”
“Kamu menikmatinya?” tanya saya.
“Ya, tetapi hari itu setelah memakannya habis saya merasa tidak nyaman. Saya rasa saya tidak akan lagi melakukan itu. Lebih baik rasanya makan hanya tiga atau empat potong saja,” ucapnya.
Keinginan tidak buruk. Hanya bila kita berusaha mengisi kekosongan dengannya, keinginan merusakkan kita.
Menghidupi Kebenaran Ini Keseimbangan (moderasi) adalah hal baik untuk kita usahakan, tetapi mengejarnya dalam dirinya sendiri jarang berhasil. Masalahnya ialah keinginan itu, jika sudah menjadi tidak teratur, tidak mudah menyerah
kepada ide filosofis tentang moderasi. Cara untuk mengatur ulang keinginan kita ialah menemukan kesukaan kita dalam Allah. Hari ini, atau minggu ini, khususkan waktu Anda untuk ada dalam hadirat Allah.
Berusahalah memaparkan hati Anda kepada Allah, bagaikan sekuntum bunga kepada sinar matahari, membuka kelopaknya dan menyilakan dirinya bermandi sinar matahari sampai ke intinya. Barangkapi salah satu doa singkat ini boleh menolong Anda:
“Abba, saya buka semua tempat rahasia hati saya kepada-Mu.”
“Selidiki saya, O Allah, dan lihat saya sebagaimana adanya saya.”
“Kiranya saya merasakan kasih-Mu hari ini seperti yang tak pernah
terjadi sebelumnya.”
Lalu, duduk diam dan dengarkan apa yang Allah ingin taruh dalam pikiran Anda.
Penegasan
Dalam dirinya keinginan bukanlah hal buruk, tetapi karunia dari Allah, bagian dari bagaimana saya dicipta. Tetapi kesukaan murni, kesukaan dalam Allah, adalah tujuan saya dicipta. Hanya itu saja yang dapat menata ulang keinginan-keinginan hati saya.
Doa
Abba penuh anugerah, tolong saya untuk lapar dan haus akan Engkau dan bukan akan hal bumiah. Ajar saya bagaimana menikmati hal baik dunia ini dalam pengaturan yang tepat. Amin.
Renungan
Apa satu keinginan atau hasrat yang Anda rasa sukar mengatakan “cukup” kepadanya?
(James Bryan Smith, Tersembunyi dalam Kristus, psl. 11)

Be the first to comment

Leave a Reply