Kedua, Korban Bakaran Imam

Kemudian disuruhnya membawa domba jantan korban bakaran, lalu Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. Domba itu disembelih, lalu Musa menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya. Domba itu dipotong-potong menurut bagian-bagian tertentu, lalu Musa membakar kepalanya dan bagian-bagiannya dan lemaknya. Tetapi isi perut dan betisnya dibasuh dengan air, lalu Musa membakar seluruh domba jantan itu di atas mezbah. Itulah korban bakaran, yang baunya menyenangkan; yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. – Imamat 8:18-21

Sesudah mempersembahkan korban penghapus dosa menyusul persembahan korban bakaran. Korban bakaran dipersembahkan dengan cara yang sama seperti korban penghapus dosa. Imam harus menumpangkan tangan ke atas korban sebagai tanda pertukaran atau penggantian posisi. Korban harus disembelih dan semua bagian-bagian tubuh korban termasuk utamanya bagian yang ditentukan Tuhan sebagai yang berharga yaitu lemak, organ-organ dalam harus dibakar habis. Perbedaannya korban penghapus dosa harus lembu jantan muda, korban bakaran harus domba jantan. Organ-organ dalam dan betis korban bakaran harus dibasuh dulu dengan air baru dibakar habis.

Apakah kedua korban ini hanya mengulang hal yang sama, tujuan yang sama, dampak yang sama? Jika memang demikian, bukankah ini menjadi upacara yang berlama-lama, bertele-tele? Tidak begitu! Kedua korban ini dimaksudkan untuk maksud dan dampak berbeda. Nas ini memberikan petunjuk dengan kata “korban bakaran, baunya menyenangkan” Tuhan. Apabila korban penghapus dosa adalah korban menggantikan posisi pemberi korban untuk menanggung hukuman atas dosa, korban bakaran adalah korban menggantikan posisi pemberi korban yang telah gagal untuk membaktikan seluruh segi kehidupannya untuk menyenangkan hati Tuhan. Tersirat ketika korban bakaran dipersembahkan dalam beberapa tahapannya tersebut, si pemberi korban berucap, “Kami telah gagal memberikan keseluruhan terbaik hidup kami bagi Allah, binatang ini kini memberikan semua untuk menebus kegagalan kami, dan kini kami bertekad untuk hidup menjadi persembahan yang menyenangkan Allah sebagaimana binatang ini kini mati di posisi kami.”

Tuhan Yesus Kristus bukan saja telah menjadi korban penggantian yang menyelamatkan kita dari berbagai akibat dosa, kehidupan Yesus Kristus juga adalah korban yang menyukakan hati Allah Bapa. Keseluruhan dan masing-masing dari kehidupan Yesus Kristus – sepanjang hidup-Nya sejak berinkarnasi, masa kecil, remaja, pemuda, dewasa, pekerjaan, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan; setiap dan semua aspek pikiran, perasaan, kemauan, tenaga, hasrat, sikap dan tindakan dalam berbagai hubungan – ya semua, segenap, seluruh kehidupan Yesus Kristus adalah persembahan yang menyukakan hati Allah. Surat Ibrani menyimpulkan seperti ini, “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” –meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat–. Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibrani 10:8-10) Jadi Yesus Kristus bukan saja membayar harga penyelamatan kita untuk menutupi dosa dan membatalkan akibatnya, seluruh kehidupan Yesus juga menjadi dasar untuk persembahan hidup yang menyenangkan hati Allah. Dengan pertolongan Roh Kudus, kini kita memercayai, bertumpu, mengandalkan, mengikuti, belajar (murid), menaati, meniru Yesus Kristus, supaya kita menjadi korban bakaran yang berbau harum menyenangkan hati Allah.

DOA: Sesuai Roma 12:1-2.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply