Jemaah dan Keluarga-keluarga

Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. — Keluaran 12:3
Untuk pertama kali catatan Keluaran menyebut tentang Jemaah — himpunan, kumpulan, kawanan — dengan kata lain Israel kini disebut sebagai sebuah komunitas besar yang saling berbagi tanggungjawab, kesukaan dibebaskan dan dinaungi TUHAN Allah, dan berjuang bekerjasama mengikuti maksud kekal dan pimpinan TUHAN Allah. Jelas Israel kini dilihat sebagao kawanan besar orang-orang yang dibebaskan untuk menyembah TUHAN Allah yang benar, yang sejati — artian rohani dan teologis, sambi; di sisi lain Israel dilihat juga sebagai kawanan besar orang-orang yang merdeka, bangsa yang bebas yang memiliki nama untuk dirinya sendiri, tujuan untuk dikejar dan kelak tanah milik mereka yang dikaruniakan Tuhan kepadanya — ini adalah artian kebangsaan atau bersifat politis dengan segala implikasinya.
Himpunan besar rohani-teologis dan politis itu langsung dihubungkan dengan keluarga dan rumah tangga — Jemaah dengan bait, bangsa dengan keluarga, rumah tangga. Sebagai himpunan rohani di bumi ini mereka akan mengalami kebebasan melalui tindakan penyelamatan dari TUHAN Allah yaitu ketika TUHAN berjalan mendampakkan maut di Mesir, semua rumahtangga, setiap keluarga Israel yang mengoleskan darah anak domba Paskah di ambang pintu rumah mereka akan diselamatkan, Keluarga-keluarga, bait-bait, rumahtangga-rumahtangga Israel diselamatkan. Sedangkan di pihak lain bangsa yang selama ini menjajah, menindas, memperbudak mereka akan terjadi penghancuran — sudah dihancurkan “kerohanian” palsu mereka dengan Sembilan tulah sebelum yang kesepuluh, yang akan menghancurkan masa depan kebangsaan mereka karena yang sulung dari tiap keluarga akan dorenggut nyawanya dengan maut. Maka di satu pihak keumatan dan kebangsaan Israel dibentuk melalui penyelamatan keluarga-keluarga, di pihak lain kerohanian dan kebangsaan Mesir dihancurkan melalui kematian sulung tiap keluarga.
Keluarga ada di inti semua rencana, tindakan dan visi-misi kekal Allah — mulai dari Penciptaan, Janji Penyelamatan, Keluaran, Pembuangan dan Pengembalian dari Pembuangan, Pelayanan Yesus Kristus dan para rasul, sampai Gereja. Belajar dari sejarah, baik gereja maupun suku, bangsa, negara mana pun hancur ketika kaidah-kaidah tentang tanggungjawab moral – spiritual, kesukaan merayakan tindakan penyelamatan dan kehadiran Tuhan, bekerjasama dengan maksud-maksud Tuhan diabaikan apalagi dilanggar. Dalam teologi Reformasi (baik Lutheran maupun Reformed dan semua cabangnya) ditemukan kembali prinsip keimamatan semua orang percaya yang berjalan serasi dengan prinsip keumatan Allah itu mulai di keluarga-keluarga. Sayangnya inilah prinsip yang paling tidak ditumbuhkembangkan dan diwujudnyatakan dalam hampir semua aliran gereja. Salah satu penyebabnya adalah pelembagaan, hirarki dan birokrasi yang berpusat pada para oejabat gereja yang ditahbiskan bukan seperti yang dimaksud Allah dalam Alkitab — melengkapi, memberdaya, mengaktifkan semua orang percaya, dengan kata lain megnenergikan keimamatan semua orang percaya, melainkan membuat semua orang percaya bergantung pada segelintir pejabat gereja. 
Blessings in disguise — berkat melimpah tak terduga terjadi dengan menyebarnya wabah yang kini kita alami. Mau tidak mau, gereja harus kembali ke akar sumber yang memberinya daya kehidupan. Gereja adalah sel-sel keluarga, Bait adalah sel-sel rumahtangga (Rencana Allah adalah Tabernakel yang dinamis dan mobile dapat dengan mudah direntangluaskan dan dipindahkan, bukan Bait yang megah tetapi statis dan mudah menjadi monumen), Umat adalah kawanan yang masing-masingnya dipimpin oleh kepala keluarga. Gereja rumahtangga ini kini “dipaksa” Tuhan untuk berfungsi. Gereja institusional yang selama ini kita kenal kini didesak keadaan untuk membuka diri kepada pemurnian dan pelurusan yang Tuhan kirimkan. Para pejabat gereja wajib memeriksa diri sejauh apakah tanggungjawab membina, melatih, mengajar kepala keluarga agar rumahtangga diperlengkapi untuk beroperasi sebagai unit-unit Tubuh Kristus, agar Gereja yang adalah Keluarga Allah sungguh beroperasi nyata. Momentum ini hendaknya jangan berlalu tanpa terjadi perenungan dan transformasi bukan saja tentang kondisi kehidupan moral dan rohani orang per orang, tetapi juga tentang kondisi kehidupan kegerejaan kita. Tuhan kiranya beracara. Amin.

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply