JANJI PEMELIHARAAN TUHAN ALLAH

Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam di tanahmu dengan aman tenteram. Tanah itu akan memberi hasilnya, dan kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman tenteram. Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami? Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun. Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama.” — Imamat 25:18-22

Tahun Sabat dan tahun Yobel adalah tahun-tahun yang berat dan menguji ketaatan iman umat Tuhan. Bayangkan saja, demi menaati peraturan untuk tidak mengolah tanah itu, mereka harus tanpa hasil selama tiga tahun berturut-turut. Sebab di tahun ke-49 adalah tahun Sabat, tahun ke-50 adalah tahun Yobel mereka sama sekali harus mengistirahatkan tanah dan beristirahat dari kerja. Tahun ke-51 adalah tahun pertama mereka boleh memulai lagi bercocok tanah, berarti belum ada penghasilan dari tanah yang ditanami. Tiga tahun berturut-turut mereka harus benar-benar memercayai Tuhan akan memelihara mereka dan memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Tuhan memberikan janji yang jauh lebih mengherankan untuk umat apabila mereka menaati pengaturan tersebut. Pertama, Tuhan Allah menjanjikan keamanan dan ketenteraman – istilah yang mencakup baik pemeliharaan dalam arti perlindungan maupun dalam arti pemeliharaan. Sampai dua kali – betapa seriusnya dan baiknya Tuhan – Ia memberikan janji keamanan dan pemeliharaan untuk umat. Janji kedua lebih mengherankan lagi. Dengan tahun ketujuh, kedelapan dan kesembilan mereka belum memiliki hasil dari cocok tanam, tetapi mereka akan tetap berkecukupan. Bagaimana? Sebab di tahun keenam Tuhan akan melipatgandakan hasil tanah mereka sampai dapat memenuhi kebutuhan di tahun-tahun mereka harus istirahat bercocok tanam itu.

Bagaimana memaknai aturan dan janji untuk masa-masa Sabat ini pada masa kini dalam pola penghasilan yang non-agraris? Rangkuman dari aturan / prinsip kehidupan sabatikal ini adalah sebagai berikut. Pertama, mari kita sadari dan yakini benar bahwa Tuhan Allah Mahakasih, Mahakuasa, Mahabaik, Mahabijak. Tidak ada perintah dan tuntutan-Nya yang tidak keluar dari sifat-sifat tersebut. Tidak ada perintah dan tuntutan-Nya yang tidak menghasilkan hal-hal baik yang sesuai sifat dan kehendak-Nya. Kedua, ambillah hikmat sementara kita menjalani prinsip-prinsip yang telah kita telusuri sejauh ini. Yaitu, Tuhan pemilik segala sesuatu, kita adalah penatalayan dari semua yang Ia percayakan kepada kita, dan prinsip Sabat adalah irama hidup yang Ia inginkan terjadi dalam kehidupan kita. Ketiga, kita pasti akan mengalami banyak berkat rohani, jiwani, sosialm komunitas, jasmani dan juga materiil selama menaati prinsip-prinsip kehidupan dari Tuhan secara mengherankan dan mendewasakan iman kita, mengenal Dia makin akrab, mengokohkan hubungan komunal / sosial dan menyehatkan pola kerja kita.

Be the first to comment

Leave a Reply