Iri: Ketidakpuasan yang Tetap

Foto: faktualnews.co

Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. (Kej. 37:3-4)

Dalam bahasa populer kata iri sering dipakai sebagai sinonim untuk ketamakan atau kerakusan, tetapi ini tidak tepat. Ketika iri
ditambahkan sebagai satu dosa maut, ia dilihat sebagai dosa yang berorientasi ke isu rohani, sedangkan ketamakan diarahkan kepada hal-hal materiil. Sementara ketamakan terutama menyangkut milik, iri menyangkut posisi seseorang dalam dunia. Ketamakan menginginkan hal-hal baik yang orang lain miliki, iri ingin menjadi satu-satunya yang memiliki hal-hal baik.

Iri adalah ketidakpuasan dengan bagaimana Allah telah membuat saya menjadi sebagai siapa adanya saya. Ia juga suatu kecurigaan bahwa Allah menahankan apa yang saya patut terima dan memberikan itu kepada
orang lain. Bila kita berharap lebih cerdas daripada orang lain atau lebih kaya daripada orang lain atau lebih cantik daripada orang lain, kita mengalah kepada dosa iri. Iri membuat kita menjadi gelisah terhadap sukses atau kebahagiaan orang lain sebab iri percaya bahwa hidup adalah suatu permainan di mana kemenangan satu pihak berarti kekalahan pihak lain. Jika seorang lain mendapatkan sesuatu yang baik, maka yang tersedia bagi saya adalah yang kurang baik. Pada intinya, iri tidak pernah dapat puas.

Suatu kali saya menolong seorang pasien yang dalam semua sesi kami hampir selalu membandingkan dirinya secara tidak baik kepada orang lain. Ia tidak peduli apakah hal yang ia pikirkan tentang orang lain itu benar tetapi ia sekadar mengandaikan bahwa semua orang lain lebih bahagia dan berhasil dibanding dirinya. Dalam satu sesi ia menceritakan khayalannya tentang saya dan bagaimana dugaannya tentang hidup saya. Ia melukis suatu gambaran yang didasari secara longgar atas kerangka fakta-fakta yang ia ketahui tentang saya tetapi yang banyak sekali ia tambahkan sendiri. Dalam khayalannya saya memiliki
segala sesuatu yang ia angankan. Itulah hakikat iri.

Khususnya ada satu jenis iri yang menyerang para orangtua. Kita menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita, bahkan lebih baik daripada yang kita miliki. Situasi itu sendiri menjadi tanah subur bagi iri untuk berakar. Saya ingat saat ketika putra saya masih kecil dan saya menyediakan untuknya pengasuhan seperti yang saya angankan saya terima di masa kecil saya. Sesaat saya menyesali bahwa ia mendapatkan apa yang saya inginkan. Untuk sesaat kasih saya untuknya dan iri saya berbenturan dan membuat saya merasa bingung.

Saya telah bekerja dengan banyak orang yang merasa bahwa mereka menerima pesan-pesan bercampur dari orangtua mereka. Mereka menerima dorongan untuk sukses dan untuk menelusuri karunia dan talenta mereka dari orangtua mereka. Lalu ketika mereka berhasil dan unggul, mereka tidak menerima berkat dari orangtua mereka. Kita dapat menginginkan sesuatu untuk seorang lain dan pada saat yang sama iri kepadanya.

Iri senang merusakkan apa yang orang lain miliki. Jika saya tidak dapat bahagia, iri berkata, saya ingin Anda pun tidak bahagia. Iri bertumbuh subur di pengadilan perceraian. Orang-orang yang kelihatan normal berubah menjadi binatang buas bermata hijau, berusaha untuk memastikan bahwa mantan pasangan hidupnya tidak mendapatkan kebaikan apapun sesudah perceraian terjadi. Sebagian orang memakai lebih banyak uang dalam usaha untuk membatasi apa yang pasangan mereka terima daripada mereka menanggung kekurangan jika mereka bekerja sama. Mereka ingin memastikan bahwa mantan pasangan mereka tidak lebih bahagia dari mereka.

Kecemburuan adalah suatu bentuk iri yang menjaga apa yang telah seseorang miliki. Kecemburuan membangkitkan persaingan di mana sesungguhnya tidak ada satu pun dan mengkhayalkan kompetisi padahal itu tidak ada. Saya menolong suatu pasangan untuk membantu mereka mencapai perceraian yang ramah. Mereka sudah berbulan-bulan dalam
proses itu tetapi masih juga bertengkar. Sang suami tidak merahasiakan bahwa ia sedang serius mengencani seorang wanita lain. Namun demikian suatu hari ia meledak dalam kemarahan kecemburuan ketika mendengar dari temannya bahwa istrinya yang segera akan menjadi mantannya telah terlihat bersama seorang pria lain di sebuah restoran. Dengan cemburu
ia mengangap istrinya sebagai miliknya dan menolak untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa istrinya menjadi milik orang lain, meskipun ia sendiri sudah pindah ke wanita lain.

Kedengkian adalah sebentuk iri yang benar-benar mengharapkan hal buruk untuk orang lain dan gembira melihat atau menyebabkan penderitaan orang lain. Orang yang tertular dosa kedengkian membayangkan bahwa orang lain memiliki keinginan tersembunyi yang sama terhadapnya dan bahwa mereka akan menyebabkan ia menderita jika mereka memiliki
kesempatan. Kedengkian membuat para saudara Yusuf membuang dia ke dalam lubang dan menjualnya ke dalam perbudakan daripada mengizinkan ia menikmati posisi sebagai anak kesayangan.

Penghinaan sama dengan kedengkian. Penghinaan juga berusaha melakukan kekerasan terhadap orang lain, tetapi secara yang tidak terlalutampak. Orang yang menghina menumpuk celaan atas kebajikan atau kemampuan orang lain. Ia menanti kesempatan untuk mengejek orang lain, sambil menghapuskan segala kenangan tentang keberhasilan orang lain.
Penghinaan mengambil kualitas apa saja yang tidak dimiliki oleh yang menghina dan mencemarkan mereka sehingga mereka terkesan tidak menarik dalam diri orang lain. Semua bentuk pembedaan atau penghakiman berdasarkan ras, seks, kelas dan lainnya yang menganggap satu kelompok lebih unggul daripada kelompok lain adalah bentuk-bentuk dosa
penghinaan.

KERAKUSAN: JIKA SEDIKIT BAIK, BANYAK LEBIH BAIK

Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, karena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari. (Pkh. 8:15)

Dosa kerakusan adalah pencarian dan pemuasan berlebihan dari selera-selera tubuh, terutama untuk makan dan minum. Perhatian untuk tubuh jasmani, rumah Roh Kudus, adalah suatu disiplin rohani yang penting. Kerakusan melebihi perhatian diri yang sehat. Kerakusan percaya bahwa jika sedikit adalah baik, banyak selalu lebih baik. Yang membuat kerakusan menjadi dosa ialah bukan saja fakta bahwa ia buruk untuk tubuh tetapi bahwa ia menempatkan selera-selera badani dalam posisi unggul atas hal-hal baik rohani. Kerakusan menjadikan hal-hal baik yang dipujikan oleh penulis Pengkhotbah dan menjadikannya suatu berhala.

Kerakusan mencari dan teradiksi pada kenikmatan. Dalam prosesnya kenikmatan akan menurun, dan perlu pemuasan lebih besar untuk mencapai kenikmatan yang semula telah cukup. Keserakahan juga mencari jalur lebih mudah ke kenikmatan. Kenikmatan yang perlu waktu lebih lama melalui disiplin dan pengendalian diri menjadi sukar untuk dicari
dibanding kenikmatan makan dan minum yang dapat dicapai dengan lebih langsung.

Saya bergumul dengan kerakusan. Saya merasa sulit melawannya karena ia mulai sebagai sesuatu yang baik. Saya telah melanggar di suatu titik dalam perjalanan antara menerima kenikmatan pemberian Allah melalui makanan yang baik dan menjadi seorang yang kelebihan berat badan dengan arteri tersumbat. Sayangnya saya tidak cermat memerhatikan
garis batas itu. Salah satu moto diet ialah “tidak ada yang terasa lebih nikmat daripada menjadi ramping,” tetapi saya sulit percaya bahwa saya akan menikmati kesehatan di masa depan dan kebugaran sebanyak saya puas dengan makanan lezat saat ini.

Sepanjang beberapa sesi Minggu Sengsara saya telah melaksanakan berbagai jenis puasa. Saya sering berpuasa sehari tiap minggu dan tidak memakan makanan penutup sepanjang enam minggu. Tiap kali saya melakukan ini, saya gembira dengan pengalaman bagaimana makanan mulai mengambil tempat yang tepat dalam kehidupan saya sebagai hal baik
untuk dinikmati secara tidak berlebihan. Tiap kali juga saya sedih karena begitu cepat saya kembali ke kebiasaan rakus saya. Saya dapat mendisiplin diri saya untuk enam minggu sebagai pemberian kepada Allah. Entah bagaimana saya tidak berhasil melanjutkan pemberian diri kepada Allah dan kepada diri saya ini dalam jangka waktu panjang.

Kerakusan tidak saja menyangkut kenikmatan. Ia juga menyangkut pelarian. Kenikmatan sering digunakan untuk memati-rasakan atau paling tidak mengimbangi kepedihan. Meski sebagian orang tersandung pada alkohol atau adiksi narkoba hanya untuk menikmati hidup, kebanyakan orang menjadi teradiksi kepada substansi karena ada sesuatu yang berarti yang ingin mereka hindari. Adiksi itu sendiri menumpuk lebih banyak kepedihan dan tidak dihadapi, sehingga libatannya menjadi
tambah parah. Kebergantungan jasmani hanya memperdalam masalah.

Seperti halnya alkohol atau narkoba, makanan dapat menjadi cara untuk mengelak dari kepedihan. “Makanlah, minumlah dan bergembiralah,” penulis Pengkhotbah berkata. Ketika hidup tidak menyediakan ganjaran yang Anda rasa layak Anda terima, makanan selalu menjadi ganjaran yang dapat Anda berikan kepada diri Anda. Mencari kenikmatan secara berlebihan menyediakan pelarian cepat dari kepedihan. Sebagian makanan malah memompa kadar serotonin dan endorfin dalam otak, meningkatkan kobaran api adiksi. Ketika kenikmatan usai, kepedihan masih ada menanti.

Ketika kerakusan ditemani dengan kemalasan, konsekuensi kesehatan menjadi parah. Rencana diet berlimpah, di samping metode jelas untuk mengurangi makan dan berolahraga lebih banyak. Cara terbaik untuk mendapat uang mudah ialah dengan memperkenalkan temuan mudah bagaimana mengendalikan berat badan. Mengganti satu dosa dengan dosa lain, iklan-iklan rencana diet lebih merangsang ke kesia-siaan, iri dan hawa nafsu daripada ke janji kesehatan yang lebih baik.

(Michael Mangis, Dosa Ciri Diri, psl. 2.2)

Be the first to comment

Leave a Reply