Hidup / Berjalan

Dahulu kamu hidup (berjalan) di dalamnya. Kolose 3:7

Beberapa tahun silam saya mengunjungi kembali kota kelahiran saya. Suatu hari pada masa kunjungan itu saya berjalan di sebuah mal perbelanjaan yang besar sekali. Tiba-tiba saya dengar suara yang saya kenal sejak dulu: “Smith—apa kabar?” ternyata itu pelatih lari SMU saya dan istrinya. “Kau kelihatan mulai sedikit botak, ya,” ujarnya sambil tersenyum, “tetapi saya ingin katakan ini — cara jalanmu sejak dulu di SMU masih persis sama; di mal ini tadi saya lihat dari jarak sekitar seratus meter. Saya lihat kamu berjalan dan berkata kepada istri saya, ‘Sayang, itu Jim Smith.’ Ia menjawab, ‘bagaimana kau tahu
— ia seratus meter jauhnya dan kamu sudah lama sekali tidak bertemu dia.’ ‘Itu persis cara jalan Smith. Itu pasti dia,’ demikian jawab saya.” Meski ia kenal saya baik, saya heran ia sanggup mengenali saya hanya dengan mengamati cara saya berjalan dari jarak waktu dan ruang begitu jauh.

Kata berjalan dipakai sepanjang Alkitab sebagai sejenis kiasan untuk cara hidup orang:

Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup (harfiah: berjalan) menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (Ulangan 10:12).

Menurut seorang sarjana biblika, kata berjalan dipakai untuk memaparkan “keikutsertaan dalam sebuah perjalanan hidup.”Cara kita berjalan merujuk ke jalan yang kita lalui sepanjang kehidupan, hal-hal yang kita lakukan sehari-hari, jalan berpikir dan bertindak kita, semua kegiatan yang menjadi rutin kehidupan kita. Dalam ayat 7, Paulus memberitahu jemaat Kolose bahwa sebelum mereka bersatu dengan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, mereka menjalani jalan tertentu,
jalan yang dicirikan oleh dosa: “Dahulu kamu berjalan [hidup] di dalamnya” demikian Paulus mengingatkan mereka, “dalam hidup yang dulu kamu hidupi.”

Cara Allah memanggil kita untuk berjalan berkaitan dengan terang, kebenaran dan kasih. Yesus berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yohanes 8:12). Pernahkah Anda mencoba jalan dalam gelap? Lambat dan seram. Yesus berkata bahwa mereka yang mengikuti Dia — yang hidup sebagai orang yang magang kepada-Nya, melakukan yang Ia lakukan dan memikirkan yang Ia pikirkan — tidak
akan pernah berjalan dalam gelap sebab Ia adalah terang dunia. Ia menerangi dunia dengan realitas bahwa di inti alam semesta ada kuasa yang indah, dan penuh kasih. Ketika kita belajar melihat dunia dengan terang Kristus, seluruh dunia tampak berbeda, bercahaya. Lalu kita dapat melihat segalanya sebagaimana adanya. Kita dapat melihat di mana kita ada. Kita dapat melihat siapa kita sesungguhnya.

Tiap hari, begitu kita bangun dari tempat tidur kita menghadapi sebuah dunia yang mengatakan bahwa kita sendirian, bahwa kita adalah apa yang kita capai dan bahwa nasib buruk tertentu siap menyergap di sudut jalan. Salah satu hal yang terang lakukan adalah menyatakan kebenaran.
Yohanes murid Yesus menulis, “aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran” (3 Yohanes 1:3). Syukur bagi Yesus, saya tahu siapa saya (Jim yang didiami oleh Kristus) dan saya tahu di mana saya hidup (dalam Kerajaan Allah yang kuat dan tak tergoncangkan). Saya suka jalan dalam terang. Dan ini bukan angan-angan tentang “kue di angkasa.” Ini benar adanya.

Kita berjalan dalam terang, dan kita tahu kebenaran. Kebenaran utama yang kita pelajari dalam perjalanan bersama Yesus ialah kita dikasihi. Rasul Yohanes juga menulis, “Inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya” (2 Yohanes 1:6). Dalam Yesus kini kita dapat berjalan dalam terang, tetapi lebih dari itu apabila kita berjalan dalam ketaatan
kepada perintah-Nya dengan sendirinya kita berjalan dalam kasih.
Realitas itu diterangi oleh hidup Yesus sendiri. Inkarnasi, kematian dan kebangkitan Yesus adalah pernyataan kasih. Bila kita merenungkan tentang kandang yang hina dan salib ternoda darah serta kubur yang kosong kita tahu pasti satu hal: kita dikasihi. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yohanes 4:10). Dan karena kita dikasihi, maka
kita mengasihi: “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yohanes 4:11).

Ada banyak sekali kegelapan, kebohongan dan kebencian dalam dunia ini. Itulah perjalanan hidup kebanyakan orang. Tetapi Yesus datang dan mengajarkan kita bagaimana berjalan dalam jalan yang lain. Berjalan bersama Yesus menolong kita mengetahui bahwa kita tidak sendirian, bahwa kita makhluk sakral yang tak ternilai, terlepas dari apa yang kita buat, dan bahwa sukacita besar menantikan kita. Kita berjalan bersama Yesus dan karenanya kita berjalan dalam terang, sebab Ia
adalah terang. Kita berjalan bersama Yesus dan karena itu kita berjalan dalam kebenaran sebab Ia adalah kebenaran. Kita berjalan bersama Yesus dan karena itu kita berjalan dalam kasih, sebab Ia kasih adanya.

Untuk satu masa dalam kehidupan saya, sebelum saya memilih menjadi pengikut Yesus, saya berjalan dalam kegelapan, dusta dan kebobrokan. Saya tidak lagi berjalan dalam cara demikian. Terang bercahaya terus, kebenaran tampak, dan kasih masuk. Kini saya berjalan secara berbeda, syukur bagi Yesus. Langkah-langkah saya makin pasti sebab saya tahu siapa saya dan ke mana saya menuju.

Perkataan Yesus benar adanya. Perkataan-Nya adalah “pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Kini saya berjalan dalam ajaran-Nya, dan saya berjalan dalam kebenaran. Langkah-langkah saya diarahkan oleh belas kasihan. Sebagai orang yang sangat dikasihi, maka saya dipanggil untuk mengasihi, dan kaki saya kini membawa saya kepada orang yang butuh perkataan yang ramah atau sekadar kehadiran saya. Saya berjalan dalam kasih, dan dengan demikian berjalan untuk kasih.

Saya tidak dapat berkata bahwa cara-cara jalan hidup saya yang lama sepenuhnya sudah di belakang saya. Jika Anda seperti saya, ada saat ketika kita menghindari terang, kebenaran dan kasih yang Yesus berikan bagi kita. Kabar baiknya ialah bahwa Ia tidak pernah menyerah. Ia tidak pernah berhenti bersinar; Ia tetap adalah kebenaran, dan kasih-Nya tidak pernah gagal.

Menghidupi Kebenaran Ini

Hari ini, atau minggu ini, renungkan satu dari tiga karunia yang Yesus berikan bagi kita: terang, kebenaran dan kasih. Pilih salah satu dan pusatkan perhatian pada arti berjalan dalam karunia itu. Tulis dalam jurnal Anda tentang berkat karunia itu. Contohnya, mengetahui bahwa kita berjalan dalam kebenaran berarti bahwa ajaran Yesus adalah kebenaran mutlak dan andal. Mengetahui bahwa kita berjalan dalam terang berarti bahwa ajaran Yesus menjadikan segalanya jelas dan karena itu kita sanggup melihat ke mana kita menuju. Mengetahui bahwa kita berjalan dalam kasih berarti bahwa kita tidak akan pernah
mengambil satu langkah pun tanpa jaminan bahwa Allah tersenyum pada kita, dan itu mungkin membuat kita tersenyum ke mereka di sekeliling kita.

Penegasan

Terang, kebenaran dan kasih Yesus adalah karunia yang diberikan untuk saya. Saya tidak layak menerimanya. Saya tidak menciptanya. Saya tidak dapat kehilangannya. Saya hanya dapat berjalan dalamnya, dan bila saya buat itu, seluruh dunia akan tahu saya adalah pengikut-Nya.

Doa

Abba penuh anugerah, terima kasih Engkau mengutus Anak-Mu, Yesus, yang adalah terang dunia, kebenaran dan kasih yang saya perlukan. Tolong saya mengenal dan menghargai karunia ini, dan tolong saya berjalan dalamnya sepanjang hari-hari kehidupan saya. Amin.

Renungan

Bila orang melihat Anda berjalan — jalan hidup Anda — apa yang mungkin mereka simpulkan tentang Anda dan siapa yang Anda ikuti?

(James Bryan Smith, Tersembunyi dalam Kristus, psl. 13)

Be the first to comment

Leave a Reply